Saturday, July 9, 2011

Last Return : The Fifty Post

The Fourth Estate


Hobi gw selain menulis, filatelis, numismatis, grafis, naik bis, tidur, makan, ngopi, tidur lagi, nulis lagi, adalah baca novel. Syarat novel yang gw baca pertama harus tebal minimal 551 halaman, kalo tipis males bacanya, cepet kelar, jadi cepet nganggur. Syarat kedua harus fresh (bukan minjem), soalnya ngga bakalan ketemu dalam radius 5 km orang yg punya novel, apalagi yg tebal. Syarat ketiga harus pengarang impor bukan lokal, misalnya Allan Folsom, Jhon Grisham, Dan Brown, James Patterson, Tom Clancy, Jeffrey Archer, etc etc etc. Syarat ke-empat (The Fourth) adalah dibeli dengan uang hasil keringat sendiri.

Konon pada jaman dahulu kala, tiap bulan saya pasti menyisihkan uang untuk beli satu novel yang paling tebal yang berjejer di rak toko buku. Uang ini hasil bayaran cuap-cuap sembilan puluh menit di hadapan tiga orang bocah nakal yang minta diajarin Bahasa Indonesia (eh salah, Fisika ding).

The Day After Tomorrow (Demi Esok Lusa) bikinan Allan Folsom keren banget, berkisah tentang rencana kebangkitan Hitler yang menyiapkan seorang atlet yang super untuk dipenggal kepalanya diganti sama kepala Hitler, yang konon kepala ini diawetkan hingga dibawa ke gunung tertinggi di Swiss, Gohrnjungfrau (mungkin, agak lupa). Tapi bukan buku ini yang akan saya ulas.

Buku yang akan saya ulas sedikit saja ini adalah karya Jeffrey Archer : The Fourth Estate, yang sepertinya ada seorang tokoh nasional yang mencoba peruntungannya meniru gaya pemeran utama buku ini. Tapi karena sepak terjang sang tokoh nasional yang kurang matang dan kurang simpatik di mata masyarakat, kayaknya nasibnya akan seperti pemeran lain dalam buku ini.

The Fourth Estate

Novel karya Jeffrey Archer besutan 1996 ini bercerita tentang hidup matinya dua kaisar media, Richard Armstrong dan Keith Townsend. Mereka memiliki latar belakang kehidupan yang sangat bertolak belakang. Yang satu pria sederhana keturunan Yahudi dan yang lainnya tinggal di Australia sebagai keluarga terpandang di sana.

Richy kecil terbiasa hidup bersahaja, tetapi mempunyai insting dan jiwa bisnis yang luar biasa. Untuk mencari uang dia rela menjaga kios koran milik pak tua dengan bayaran ala kadarnya, tetapi dengan kelihaiannya mengelola kios malahan akhirnya ia bisa memiliki kios tersebut.

Saat dewasa ia masuk dinas militer dan jiwa bisnisnya tetap tak hilang, ia selalu ingin menguasai media di mana dia hinggap.

Keith kecil selalu hidup berkecukupan, apa saja dia punya, hingga akhirnya dia bisa memegang perusahaan media ayahnya.

Cerita mengerucut hingga persaingan kedua tokoh sentral ini yang ingin menguasai media. Pernah pula sang tokoh memborong koran yang akan terbit esok harinya, hanya karena agar berita keburukannya tak sampai ke para pembaca. Lain waktu menerbitkan buku seorang wanita berpengaruh, hanya agar lolos verifikasi.

Begitu terkenalnya satu tokoh ini, konon di suatu restoran terkenal, dia punya meja khusus yang tak boleh orang lain duduk di sana, dan di dapur chef restoran tersedia saus kegemaran sang tokoh. Kata sichef master, konon inilah restoran satu-satunya yang menyediakan saus dalam botol beling kehijauan asli dari tempat kelahiran sang tokoh.

Akhir cerita, salah satu tokoh berhasil menguasai media dengan jalan yang berliku, terseok-seok, jatuh bangun, dan pada akhirnya tercapai tujuannya.

Dan tokoh lainnya ditemukan tewas di tepi sungai. Ia terjun, bunuh diri dari atas kapal pesiar mewah yang melaju pelan membelah kegelapan malam Amerika.

(bila ada kesalahan dalam tulisan ini, harap maklum, karena penulisnya sudah rada pikun)

Return 49

Sri


Jam 15.25 WIB, waktu yang sangat rawan buat mata yang tinggal 15 watt, saatnya untuk ngopi dan ngindomie telor. Kabur diam-diam sebentar ke warteg di ujung jalan.

Tumben pengunjung rada sepi, cuma ada seorang klien yang lagi asyik makan di bagian sudut warteg. Gw masuk ambil posisi favorit, di dekat jendela biar bisa lihat situasi jalan dan kios gw. Sri seperti biasa tersenyum dan ngga perlu lagi nanya pesenan gw, cukup bilang, “ biasa !! ”.

Orang yang paling hebat ini menurut gw adalah Sri, bukan Sri Mulyani, bukan Sri Ambarwati, bukan, Sri Paduka Raja, tapi Sri penjaga warteg. Bagaimana ngga dibilang hebat, tiap orang yang dateng, cuma bilang ‘biasa’ maka Sri pasti sudah hafal pesenan orang tersebut.

Kopi yang dibikin juga sesuai dengan kliennya, kalo buat gw jelas, kopi sesendok teh lebih dikit, gula dua sendok teh ceper. Kalo buat supir truk yang biasa mangkal, kopinya gelas gede, sedikit gula, kalo buat karyawan kantor biasanya kopinya manis banget, buat pak satpam dia bikin kopinya black tanpa gula, dan buat siapa saja yang biasa mampir ke warteg, si Sri sudah hafal pesenannya.

Soal makan juga begitu, Sri hapal bener selera makanan tiap pengunjungnya. Ada yang hobi telor ceplok, telor dadar, tempe orik, cumi, ikan kembung, sayur kangkung, sayur sop, dan lain-lain deh, banyak menu tersedia.

Urusan bayar pajak ke Pemerintah, Sri ora mudeng, ngga ngarti. Padahal ada aturan dari Pemerintah yang mengenakan pajak ke warteg dan usaha makanan/minuman sebesar 10% dari omzet per tahun.Jadi kalo dapet 60 juta setahun musti bayar pajak 10%-nya.

Kalo dihitung omzet per hari 170 ribu perak udah kena pajak. Kepala Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta bilang ada sekitar 35 ribu warteg di ibukota, jadi sumbangan pajak dari warteg ini setahunnya bisa mencapai 190 milyar rupiah. Angka yang cukup besar.

Buat Sri dia hanya dagang aja, melayani aja, yang penting dagangannya laku, laris, hasilnya ditabung buat pulang kampung, syukur-syukur lebaran besok bisa nenteng BB buat pamer di kampung.

Ada 35 ribu Sri-Sri lainnya di ibukota dan sekitarnya, mereka hanya dagang, tetapi tanpa sadar mereka sudah menyumbang pajak buat Pemerintah. Dan harga jual ke konsumen juga ngga terlalu banyak naiknya, standar saja, kecuali kalo ada fluktuasi harga sembako di pasar.

Jadi bukan tanpa alasan saya menganggap Sri ini tokoh walaupun tidak sehebat Sri Mulyani.

Sri penjaga warteg begitu paham konsumennya, tahu takaran kopi tiap orang, dan yang saya lihat pembukuannya juga sederhana, Cuma dua kolom, nama dan hutangnya berapa. Jadi saya sendiri juga agak bingung bagaimana petugas pajak melakukan penghitungan nilai pajak warteg si Sri dan 35 ribu warteg lainnya. Saya yakin ada hitung-hitungannya sendiri.

Sri penjaga warteg, always listen always understanding (maaf bukan iklan nih).

Return 48

Deadlock di KLB PSS1? Jangan !! Sekali Lagi, Jangan!!

13100856741458154489

Euforia sepakbola memuncak saat Indonesia melaju ke Final Piala AFF walaupun tak berhasil merebut trophy bergengsi itu.

Kemana kita pergi, berjumpa siapa saja, di angkot, naik motor, di busway, di volvo, di BMW, pasti mengenakan kaos Tim Nasional yang bergambar Garuda di depan atau belakang kaos merah, putih dan strip hijau. Saat menjamu Malaysia di laga final leg kedua, menjelang pertandingan, di depan Sensi pun antusiasme muda-mudi begitu gempitanya. Luar biasa, demam sepakbola yang begitu meluas ke segala lapisan masyarakat.

Belum hilang juga dari ingatan tentang sedikit kericuhan saat antri tiket di loket yang sangat lengket dengan diskelola pihak penyelenggara.

Cerita berlanjut dengan lengser ke prabonnya sang Arjuna mencari Cinta di Kursi PSS1. Pengganti pun disiapkan, tetapi ada yang tak terima, akhirnya Kongres deadlock. Cerita ternyata terus menggelinding, semakin banyak bola-bola liar, tak terkendali. Deadlock lagi.

Saya tak terlalu berharap banyak pada KLB di Solo, karena sikap dan sifat orang tak akan pernah berubah hanya sekejap mata. Kalau sukses dan berjalan lancar, ya …. syukur.

Jangan Deadlock !!!

Tapi jangan juga pesimistis seperti ucapan si Sarman, “Kita hanya takut kepada SEA Games. Untukevent-event lain seperti Pra Piala Dunia 2014 dan Piala AFF U-13, sepak bola kita pasti rontok. Namun, Agum Gumelar sebagai Ketua Komite Normalisasi harus bisa melobi FIFA. Dia bilang ke FIFA bahwa keinginan pemilik suara adalah terhadap AP-GT. Agum harus bisa menunjukkan nasionalismenya,” beber mantan pemain tim nasional itu.

Takut kok sama Sea Games, takut ketahuan apa-apanya ya? Pra Piala Dunia 2014 udah pesimis, Piala AFF U-13 yakin rontok. Ampun dah, orang pesimis kok dipelihara. Kayaknya orang-orang yang optimis banyak di negeri ini.

Viva PSS1, Viva Team Nasional, FIFA ngga viva ya?

Return 47

Seva


Sebelum berdirinya Kerajaan Demak, Islam mendapat penolakan dari orang Jawa. Dengan berdirinya Demak dan mulai surutnya pengaruh Majapahit, yang digambarkan sebagai Jembar kalangane danpadang rembulane (Luas lingkaran bulan dan terang sinar rembulannya), Islam dimetaforakan seperti tanaman padi yang semula kurus dan menguning menjadi berangsur sehat dan menghijau, semangat orang memeluk Islam seperti semangat pengantin baru, tersirat dalam sebait tembang Ilir Ilir.

Tembang Lir Ilir adalah tembang Jawa yang sangat populer yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo. Tembang ini menceritakan semangat orang Jawa masuk agama Islam yang dibawa oleh para wali.

Dalam lagu tersebut juga digambarkan persiapan seorang hamba ketika akan menghadap (sebo) kepada Sang Raja (Allah). Dengan dibantu Cah Angon (Gembala), walau penuh perjuangan ( lunyu-lunyu / licin ) tetap berjuang demi mendapatkan buah belimbing. Cah Angon atau anak gembala adalah nabi-nabi atau orang yang membimbing.

Dalam agama samawi, nabi-nabi besar pernah bertindak sebagai gembala seperti nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad (ketika dalam masa penyusuan). Buah belimbing adalah metafora dari syariat Islam karena buah belimbing bersisi lima. Buah belimbing dalam tradisi Jawa digunakan untuk mencuci senjata dan perlengkapan lain yang terbuat dari tembaga atau kuningan. Sifat tembaga dan kuningan adalah akan kusam apabila lama tidak dibersihkan.

Persiapan seorang abdi yang akan menghadap Rajanya antara lain adalah membersihkan pakaian (dodot) dan merapikan kain biar pantas di hadapan Sang Raja. Dodot adalah bagian dari keris yang terbuat dari kuningan bahkan ada yang terbuat dari perak atau emas.

Seva adalah bahasa Sansekerta yang berarti pelayanan. Bisa juga diartikan sebagai segala pelayanan yang ditujukan semata untuk Tuhan. Di dalam sebo atau seva, ada ketaatan, ada sembah dan pelayanan. Jadi mengabdi kepada Allah haruslah dengan sembah yaitu merendahkan diri atau mengagungkan Allah dan melayani-Nya. Melayani Allah dengan jalan melayani umat-Nya untuk kembali ke jalan-Nya dan senantiasa memayu hayuning bawono. Seva atau sebo bisa berarti menghadap atau kembali kepada Allah.

Berikut terjemahan bebas lagu Lir-Ilir:

Semilir, semilir, tanaman (padi)nya sudah berangsur sehat
Saya gambarkan menghijau, saya suarakan seperti pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatkan pohon blimbing itu
Licin-licin tetap panjatkan untuk mencuci dodotmu
Dodotmu dodotmu kusut sobek di pinggir
Jahitlah dan rapikanlah untuk menghadap nanti sore
Mumpung luas lingkaran bulannya (luas kekuasaan raja Demak), mumpung terang rembulannya
Mari bersuka ria! mari!

Lagu yang manja ini saya persembahkan untuk seseorang yang manja. Seseorang yang memiliki semangat seperti pengantin baru dalam belajar belimbing untuk bekal menghadap (sebo/seva) kepada Sang Khaliq.

(disarikan dari coretan dua orang sohib nun jauh di seberang sana yang baru berjumpa setelah sekian lama tak bersua, bersapa hanya di dunia maya)

Return 46

Foto Nazarudin Kecil


Tombo ngantuk.

1310034068129441338



Return 45

Sepotong Berlin


Siang tadi seorang teman mampir ke tempat saya, ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul, dari A sampai Z, mulai alpha hingga omega, dari politik hingga dagang itik, pokoke yang lagi ngetrend saat ini dah.

Sampai pada satu pertanyaan yang saya tak mengerti arahnya. Dia tanya, kalau disebut kata Berlin, apa yang terlintas di kepala saya. Hmmm, kata pertama yang terlintas adalah tembok, ya Tembok Berlin. Apalagi tanyanya. Nazi, Hitler, Holocaust, Catacombe, Kamp Konsentrasi, Yahudi, Hertha Berlin, Berlin Barat atau Berlin Timur, …. apalagi yaa?

Dia bilang, kalau satu kata disebut lalu yang terbayang oleh saya cuma yang bernada miring atau tidak baik, berarti saya kurang banyak baca, kurang banyak pengetahuan, masih negative thinking dalam menyikapi sesuatu.

Ternyata arah pertanyaannya cukup lurus. Tak lama setelah ia pulang, langsung saya cari informasi tentang Berlin, walaupun cuma dapet sepotong-sepotong. Kalau diibaratkan gajah, saya cuma dapet ujung ekornya saja.

Di Berlin yang penduduknya sekitar 3,4 juta jiwa itu ternyata tercatat jumlah komunitas Indonesia adasekitar 2.000 orang dan 1.200 orang di antaranya adalah muslim, secara total penganut Islam di Berlin ada sekitar 290.000 orang. Total WNI di Jerman ada sekitar 12.000 orang.

Fenomena menarik di Berlin dan Jerman pada umumnya adalah peningkatan penganut agama Buddha, dan jumlah pastinya saya belum dapat. Rencananya Pusat Buddhis terbesar di Eropa akan dibangun di sebuah situs bekas kompleks militer di luar Kota Cologne setelah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah.

Kompleks pusat Buddhis tersebut akan menampung 60 sampai 80 bhiksu dan lebih dari 200 tamu. Saat ini sudah ada 20 bhiksu dan bhiksuni tinggal di situs di Waldbroel, 50 km sebelah timur Kota Cologne. Proyek senilai 10 juta Euro (14 juta Dolar Amerika), oleh Institusi Buddhisme Terapan Eropa tersebut adalah untuk menyediakan seminar-seminar dan kursus, pengajaran strategis untuk menghadapi masalah-masalah seperti konflik, kemarahan atau kesulitan. Pusat Buddhis tersebut rencananya akan dibuka pada tahun 2015.

Trauma akibat Perang Dunia II dan holocoust hanya tersimpang di kepala para orang tua masyarakat Yahudi. Sedang bagi kaum muda, Jerman kembali diminati sebagai tempat yang menarik bagi masyarakat Yahudi. Para imigran Yahudi memanfaatkan undang-undang yang memungkinkan keturunan warga Jerman untuk mengklaim kewarganegaraan Jerman.

Menurut kedutaan Israel, kurang lebih sebanyak 13.000 orang Israel sekarang tinggal di Berlin, belum di wilayah Jerman lainnya. Beberapa tahun terakhir ada kecenderungan semakin banyak warga Israel yang datang ke Jerman untuk menghindari ancaman kekerasan di Timur Tengah.

Untuk orang-orang Israel, kota Berlin menawarkan banyak kemungkinan dan harapan karena begitu Go Internasional dan biaya hidup yang cukup murah untuk standar Eropa.

Data lain tentang Berlin sedang saya ubek-ubek ke sana-sini. Tapi secuil info di atas yang cuma tiga potong kue dalam nampan yang segede Danau Toba sepertinya sangat sedikit sekali.

Kalau ngomong Jerman, pasti larinya ke Piala Dunia atau Piala Eropa, karena di kedua event itu saya pasti jagokan Jerman, kalo di Piala Champions saya jagokan Schalke 04 yang diperdaya oleh United. Kalah menang saya tetap jagokan Jerman.

Auf Wiedersehen !!!

Return 44

ryanbakkaru.GOBLOGS.com


Belum juga tiga bulan bikin blog, eh denger-denger Blogger mau ganti nama sesuai kebijakan global oleh pihak Google yang bersiap meluncurkan Google+ yang konon akan menghantam popularitas Facebook dan Twitter.

Tak hanya Blogger, Picasa pun sebagai anak Google akan diganti namanya.

Buat gw mah ngga masalah, yang penting gw tetep ngikutin apa aja yang digariskan oleh yang di atas sana. Gw akan tetep nulis, corat sana, coret sini. Di media apapun yang tersedia, terutama yang menyediakan layanan GRATIS, TIS, TIS, TIS.

Nama Blogger nantinya adalah GOOGLE BLOGGERS, jadi domainnya mungkin akan menjadi :

bla bla bla . goblogs . com.

Blog gw mungkin jadi ryanbakkaru.GOBLOG.com.

Lebih kedengeran keren kayaknya, apalagi kalo disapa, “Eh lo udah punya GOBLOG belum?”.

Return 43

Anas


Tetangga gw ini bener-bener deh, mentang-mentang udah baik hati sering nganterin makanan ke gw, eh buntutnya pasti ada aja. Tolong betulin ini dong, tolong anterin si bontot dong, tolong ketikin tugas anak aye dong.

Apalagi pas tahu gw punya modem gratisan, udah deh, apa-apa gw disuruh nyari di internet, pengen resep kue lah, pengen liat muka artis lah, dll dll dll. Terakhir minta data tentang bisnis yang lagi dicoba bikin ama encangnya. Karena gw butuh goreng pisangnya, ya udah gw kasih datanya.

Berikut data yang diminta sama tetangga gw.

Makhluk yang mau dibisnisin ama tetangga gw namanya anas, bukan anas yang impor tetapi anas lokal yang merupakan keturunan dari tetua pendatang yang telah mengalami domestiksi tetapi belum jelas tahun masuknya tetua tersebut ke wilayah Indonesia.

Anas tersebut dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu :

1. anas daratan rendah (Cirebon, Karawang, Serang)
2. anas gunung atau dataran tinggi (Cihateup) dan
3. anas rawa (Alabio).

Anas yang dipelihara saat ini disebut Anas domesticus. Anas ini berasal dari domestikasi anas liar (Anas moscha) atau wild mallard.

Anas bersifat omnivorus (pemakan segala).

Ciri-ciri kaki pendek dari tubuh, kaki memiliki selaput renang, paruh ditutupi selaput halus yang sensitif, bulu cekung, tebal, berminyak, memilki lapisan lemak di bawah permukaan kulit, dagingnya gelap (dark meat), tulang dada anas berbentuk sampan.

Anas merupakan unggas air yang dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya yang mempunyai ciri-ciri umum tubuhnya ramping, berjalan horizontal, berdiri hampir tegak seperti botol, lincah sebagai ciri unggas petelur.

Merupakan hewan monogamus atau hidup berpasangan yang biasa diternakan untuk dambil daging dan telurnya. Anas lokal Indonesia umumnya tipe petelur, dengan  masak kelamin umur 20-22 minggu, lama produksi 15 bulan.

Data yang gw bikin gw print berikut gambar-gambarnya sekalian, biar tetangga gw puas. Dan tak lupa gw minta dikirimin sampelnya yang udah mateng tentunya.

Tetep aja dia ngga mau rugi, minta dibikinin spanduk buat lapaknya. ANAS PANGGANG SAUS PADANG mpok INDUN.

Lumayan, malam yang dingin abis diguyur hujan deres, dapet anas panggang saus padang.

Return 42

Ibra


Siapa yang ngga kenal Ibra di seantero tempat kost yang mirip kandang burung ini. Dari ujung ke ujung, dari pintu ke pintu, dari mulut ke mulut, dari Senin ke Sabtu, dari Tingkat 1 sampai Tingkat IV, dari bocah hingga si neneknya ibu tante kost, dari tadi hingga kemarin, pasti kenal yang namanya Ibra.

Kemana-mana yang dipegang pasti BB buatan Chinanya (ngakunya sih asli original), padahal kalo kata orang Kadin mah, 85% barang elektronik (HP, BB, ipad, tablet, PC, apa aja deh) yang masuk ke Indonesia itu pasti palsu atau mirip asli. Kalau BB-nya ngga dipegang, pasti dia lagi nyungsep di depan laptop barunya yang katanya pake prosesor i7 tampilan OS-nya Windows 8.

Kalo dua-duanya ngga dipegang? Pasti dia lagi megang piring yang munjung ama nasi ditemani dua potong tempe bacem dan ikan tongkol asem manis pedas pahit asin, pokoke rame deh rasanya.

Jangan sekali-kali ngobrol ama dia, ga bakalan ada respon yg berarti, jawaban apapun kalo ditanya Cuma, “ya ….”, atau “ hmmmm …”, … tangannya ngga pernah lepas dari pencet-pencet tombol BB-nya.

Suatu pagi pernah ada kegaduhan yang bikin kaget semua penghuni kost. Usut punya usut, selidik punya selidik, ternyata kegaduhan berasal dari WC umum yang ramai orang pada antri, sementara yang di dalam asyik aja, biar digedor-gedor juga. Ngga tahunya di dalam itu ada si Ibra yang lagi buang hajat sambil nulis bawa laptopnya, katanya kejar tayang nih, mau diposting segera. Kontan aja semua penghuni kost pada protes. 

Si Ibra keluar tanpa rasa bersalah, malah cengar-cengir sambil tersenyum puas, puas sudah membuang si kuning sementara tulisannya kelar digarap dan sudah diposting dengan aman. Dasar Ibra.

Sudah seminggu si Ibra ngga nongol di tempat kost, orang-orang pada kehilangan juga rupanya. Akhirnya para penghuni dapat kabar dari Agnes.

Saat itu akhir bulan, si Ibra dapat kiriman uang dari bapaknya yang petani mete di Sekotong. Berangkat lah Ibra mencari ATM terdekat. Biasa, BB-nya ngga lepas dari tangan, katanya sih lagi nulis sesuatu yang sangat penting demi keamanan negara ini dan mau segera diposting, sambil jalan menuju ATM tetep aja tuh mata ke BB-nya.

Tanpa tengok kiri-kanan si Ibra nyebrang jalan, dan …………………… bruaaaak. 

Sebuah angkot yang ngebut menabrak si Ibra, dan si Ibra meninggal seketika.

Di makam si Ibra banyak sekali karangan, bukan karangan bunga, tetapi kertas-kertas tulisan si Ibra, dan di nisannya tertulis “MENINGGAL SAAT MENULIS”.

Return 41

Pilih dan Pecat Presiden Karena Fisik?


Postingan yang saya lihat di highlight menggelitik saya untuk sedikit melepas unek-unek yang ngga enak kalo dipendam saja di kepala yang udah botak cilok lagi beruban ini.

Presiden pertama dipilih karena apa? karena kiprah dan sepak terjangnya saat itu, lalu dipecat karena apa? juga karena disepak dan diterjang saat itu.

Presiden kedua dan ketiga memaksa dipilih atau terpaksa dipilih karena apa? karena cerita dan kejadian saat itu, lalu dipecat karena apa? karena fisik, main fisik, atau ahli fisika aerodinamika.

Presiden keempat dan kelima dipilih karena apa? karena fisik atau karena gender. Dipecat karena apa? karena gender dan karena fisik.

Presiden keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh …. dst, Anda pilih karena apa? pastinya disesuaikan dengan keadaan saat itu. Cari-cari celah agar kelihatan simpatik di mata masyarakat, lalu dipilih atau selanjutnya dipecat.  Saya yakin yang gencar untuk memecat orang pasti bukan pemilihnya, kalaupun pemilihnya yang ingin memecat, ya silahkan saja, BERANI MEMILIH, BERANI MEMECAT, dengan sejuta alasan yang dicari-cari, diobok-obok, dikurek-kurek, diacak-acak, dibetot-betot. 

Kalau saya mah cukup menikmati aja apa yg sedang terjadi. Hidup seputih mega yang berarak disapu sang bayu, mengikuti kemana sang bayu bertiup, fly where the wins blow.

40 Kolom

Obrolan Calon Doktor (S3) dari Canberra


Selain corat-coret, hobi saya yang lain adalah tukang nguping kalo ada orang lagi ngobrol. Saya sih pura-pura sms-an, BBM-an, atau kalo bawa tablet, pura-pura surfing dengan wajah yang dibikin serius, biar ngga ketahuan lagi nguping.

Suatu hari Omar ngobrol dengan kawan sejawatnya berusia setengah baya yang lagi studi S3 di Canberra, Ausie. Omar iseng-iseng nanya ke pak tua ini kenapa dia mau melanjutkan studi S3 (berhubung umur dia sudah agak lanjut dibanding other youngsters yang pernah atau sedang studi doktoral di sini).

Dia menjawab se-ringan kapas yang tersapu bayu, “Well, biar peluang utk dpt jabatan lebih besar. Gantianlah, masa yang pejabat itu-itu aja yg bisa ngerampok duit rakyat”. (dia menjawab tanpa ekspresi sambil tertawa garing, tertawa calon koruptor kali).

Gubraaaak. Jatuh saya dari kursi jeunjing yang reot ini. Kaget juga dapet jawaban yang seperti ini. Orientasi studi yang aneh, atau memang itu yang lagi ngetrend kali ya, studi buat naik jabatan, lalu merampok duit rakyat?

Omar mengingat-ingat masa aktif di birokrasi sepuluh tahun lalu dan bergumam dalam hati, apa desain sistemik yg membuat semua orang berorientasi oportunistik (e.g.merampok negara) belum berakhir? Wajar sekali jika reformasi berjalan lambat sekali, atau malah sudah pada titik nadir, GATOT (gagal total).

Kalo berbicara idealisme, kadang-kadang Omar pesimistik dan skeptikal, “Ayolah, effisiensi pembangunan? Mana bisa? Law enforcement kita aja gak becus? Penanggulangan korupsi selalu tergelincir dengan power one man play ? Sudah berapa banyak para Indonesianist yang pernah komentar kalau kita ini negara yang sangat messy “.

Tapi, coba tanya nurani kita.

Omar sudah hampir lima tahun terakhir ini pulang balik Indonesia-Australia, dalam beberapa kesempatan mampir di negara-negara di belahan dunia lain, developed dan developing countries.  Karena hidup agak lama di negara orang, Omar mengakui hampir-hampir terjerumus dalam jurang pola pikir “sebodo amatlah“.

Tapi kalo melihat bagaimana negara-negara berkembang lain yang secara ukuran geografis dan ekonomi lebih kecil dari Indonesia, tapi punya progress yang mengundang harapan untuk lebih baik, Omar miris sekali dan kadang-kadang ‘drop’, dan mungkin berpikir: “ah yang penting saya selamat“.

Omar sakit hati sekali ketika pada suatu pagi melihat berita TV tentang Nazaruddin dan allegasi korupsi di tubuh Partai Demokrat.  Dia bergumam, “Mudah2an uang yang kalian makan itu dan membuat miskin orang2 di kampung saya (Kendari) menjadi ulat busuk tujuh turunan. Amiiin”.

Tiba-tiba saya tersentak, “Hei, bangun, kalo nguping itu jangan sambil tidur, ilernya netes ke mana-mana tuh”, kata Omar sambil cekakakan.

39 Kolom

Waduk Jatiluhur


Saya dapet tugas ngambil gambar suasana di sekitar Waduk Jatiluhur, bagaimana kondisi airnya, warganya, proyeknya, pembangkitnya, ikannya dll dll dll.

1309820983830052634

Berhubung ngga punya mobil, terpaksa jalan kaki eh engga ding, naik motor aja. Sampai di batas desa saya tanya seorang warga, “Punte, abdi badek ka PLTA, di mana euy ?”. Pria itu menjawab, ngga ada PLTA di sini, katanya.

Saya lanjut lagi masuk ke desa, nanya ke seorang pedagang bakso yang sedang jalan, apakah tahu dimana PLTA berada. Tetep jawabnya ngga tahu, atau ngga ada. Masa sih warga sini ngga tahu di mana Pembangkit Listrik Tenaga Air itu berada.

Udah capek nanya ke 115 orang, ada seorang laki-laki berseragam dinas, saya langsung tanya, di mana Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berada.

Kalo PLTA di sini ngga ada, yang ada Cuma PLTC (Pembangkit Listrik Tenaga Cai’).

38 Kolom

Oleh-oleh dari Swedia


Seharian kemarin, abis pulsa gw buat telpon sana-sini, tanya ini itu, eh malah diketawain ama orang di ujung telpon sana. Sohib sih enjoy di sana, ngga terganggu dengan masalah blacklist. Soalnya katanya yg diblacklist dbukan negara tetapi individu perorangan.

Gw minta buah tangan, eh malah dikirimin puisi. Ya, ngga apa-apa thanx banget bro. Enjoy your study (biar cepet nambah temen Doktor dilist FB gw). Inilah oleh-oleh puisi dari Swedia.

Kau dan Cinta

Sejak bahtera ini terkayuh
kau kerap hentak sadarku
arahkan laju ke setiap asa
yang cinta harap tiada tara
kau hempas aku ke situ
yang semua pecinta tuju
kepak sayap keatas awan sembilan
ke langit biru nan perawan
hmm…rasa ini menggila
rindu semakin mendera
detik terus berpacu
semenit terasa sewindu
bila saatnya tiba
ini kelak semakin bermakna
bagi awam untuk dicerna
Jadi puisi yang tiada sirna

(Gaya membaca puisinya kayak anak kelas 4 SD)

37 Kolom

Buntu


Ibarat orang mau ke suatu tempat, tiba di perempatan, lalu ambil jalan ke kanan, teruuuus jalan, berkelok-kelok, eh taunya buntu, balik lagi ke perempatan. 

Sekarang ambil jalan ke kiri, jalan menurun, lalu tanjakan, pas jalan mendatar taunya buntu, balik lagi ke perempatan. 

Nah terakhir jalan lurus aja, setengah jalan bagus, lalu menapaki jalan yang rusak, penuh lubang, kadang putus jembatannya, menyeberangi kali, jalan bagus lagi, eh tak lama melangkah, buntu, balik lagi ke perempatan.  

Sampai ke perempatan akhirnya putar balik pulang.

Banyak yang mau ditulis, banyak unek-unek, banyak ide, banyak kritikan, pas mau ditulis, buka dashboard, buntu. Mentok. Blank. Ngga jadi nulis.

Dari balik sekat kubik ada celetukan, “Udah lah mas, ngga usah dipaksain. Nulis aja di mana mas biasa nulis. Atau cooling down dulu, biar fresh”. 

Okey deh, bro, gw cari sasaran lain dulu aja. Cooling down. Gw langsung ngacir ke warteg mbak Sri pesen kopi sama mie telor.

36 Kolom

Perlunya Cross-Check Data Sebelum Posting


Saya sangat tersentak ketika mendapat respon dari WNI yang sangat lama tinggal di Jerman yangmempertanyakan opini berita yang saya posting sebelumnya “INDONESIA DI-BLACKLIST JERMAN GARA-GARA ISU TERORISME”. 

Saya sangat ceroboh dan gegabah mengambil informasi tanpa melakukan cross-check lebih mendalam. Saya sudah bertanya ke penulisnya, tapi belum dapat jawaban.

Efeknya mungkin bisa biasa saja, tapi malah mungkin lebih hebat dan berbahaya dari yang saya duga. Saya mungkin dicap provokator jadinya. Kesalahan yang cukup fatal.

Ini menjadi pelajaran berharga buat saya, yang harus lebih berhati-hati jika menerima informasi. Tujuannya share malah bikin panik. Semoga saja saya tidak di-blacklist oleh pihak kompasiana. Kalau pun iya, itu sudah resiko buat orang yang kurang hati-hati dalam menulis. Mungkin saya kembali menulis di buku agenda saja. Tak perlu publikasi lagi.

Saya hanya ingin menulis, itu saja. Jika sebelumnya saya kurang perhatian dengan cross-check informasi, maka ke depan saya harus lebih teliti lagi. Kalaupun saya dilarang menulis di buku apapun, saya akan tetap menulis walaupun di dalam hati.

35 Kolom

Indonesia Di-blacklist Jerman Gara-gara Isu Terorisme


“Ketika itu saya kaget karena mendapat surat dari dinas keamanan kota setempat. Saya harus datang membawa paspor saya. Dan disanalah saya harus mengisi berlembar-lembar pertanyaan yang berkaitan dengan terorisme. Pada waktu itu saya ditemani oleh seorang teman saya berkewarganegaraanJerman. Kepada saya juga diperlihatkan daftar negara yang masuk ke dalam blacklistIndonesia adalah salah satunya”.

Petikan di atas adalah tulisan rekan yang berada di Bochum, Jerman.

Saya jadi bingung, mengapa Indonesia begitu gencar mengekspos aksi Densus 88 dalam mengejar terorisme, malah pakai acara siaran langsung segala. Apapun maksudnya tentu ada konsekuensi logis yang menyertainya.

Contoh konkret seperti yg terjadi di atas. Tiap WNI yang berada di Jerman, entah negara Eropa lain memberlakukan atau tidak, maka akan diinterogasi dan diawasi. Kalau hingga kini status Indonesia belum dicabut dari daftar blacklist, maka ketidaknyaman akan menghantui tiap WNI yang hendak ke Eropa, Jerman khususnya.

Saya menghubungi rekan yang sedang studi S3 di Swedia, pemeriksaan terhadap WNI agak kurang mencolok, walaupun tetap harus mengisi formulir.

Perlu perhatian dan langkah pemerintah untuk memulihkan nama baik bangsa ini, agar tidak terus di-blacklist sebagai negara sarang teroris. Belum lagi isu sarang koruptor dan isu-isu lainnya.

34 Kolom

Spesies Baru Primata : Pongo gayusinensis


Akibat ekploitasi yang membabi buta, sedikitnya empat primata asal Indonesia benar-benar akan punah jika tidak segera diselamatkan.

Beliau adalah :

Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Kukang Jawa (Nyeticebus javanicus)
Tarsius Siau (Tarsius tumpara)
Simakubo (Simias cocolor).

13096977741883655280
sumber : SHUTTERSTOCK

Dan terpengaruh cerita tentang reinkarnasi, baru-baru ini team survey fauna perkotaan menemukan spesies baru dari primata, cecunguk itu adalah :

Pongo gayusinensis (reinkarnasi dari Gayus Tambunan)
Nyeticebus melindadeae (reinkarnasi dari secuil payudara MD)
Tarsius nazarudincus (reinkarnasi dari jantung Pak. Nazarudin)
Simias baccarus (reinkarnasi dari gw kali ya?)

Butuh kerja keras dari pemerintah untuk melestarikan mereka, sepak terjangnya, kebesarannya kepiawaiannya, keuletannya, kepintarannya dll.

33 Kolom

Meriam Si Jagur Ditangkringin Para Bocah


Oleh-oleh dari acara hunting ke kawasan Kotatua Batavia salah satunya adalah melihat Meriam Si Jagur.Karena penempatannya di bagian belakang dan tanpa pagar pembatas maka para pengunjung begitu bebasnya berseliweran di badan meriam, malah banyak yang bergantian nangkring di atasnya. Kalau saya menegurnya, eh malah dibalas tanya, “Mas penjaganya ya?”, kalau saya jawab bukan maka mereka tetap saja nangkring di atasnya, padahal mereka didampingi orangtuanya. Lebih memprihatinkan lagi adalah banyak corat-coret di sekitarnya (aksi vandalisme), saya sebagai orang yang hobi corat-coret kalau melihat ini agak kurang sreg juga.

Museum yang begitu besar dengan karyawan yang sedikit memang agak wajar kalau bagian-bagian museum tidak terawasi (saya tak melihat ada kamera CCTV nemplok di sudut-sudut ruangan atau saya kurang perhatikan).

Riwayat Meriam Si Jagur

Dibawa oleh orang Belanda dari Malaka setelah Selat Malaka direbut dari tangan Portugis pada tahun 1641. Meriam ini berkaliber 24 pon dan ditempatkan di salah satu kubu di Kastil Batavia. Pada bagian atas meriam tertera tulisan EX ME IPSA RENATA SVM (saya terlahir dari diri saya sendiri) dan angka Latin X + I + V = XVI artinya 16 buah meriam berukuran lebih kecil dilebur untuk membuat ‘Si Jagur’ ini.

Meriam dibuat pada 1639 oleh Magellanus Tenenerive Bocarro di Macao (China) untuk kelengkapan pertahanan benteng Portugis di Malaka. Meriam si Jagur terbuat dari besi baja padat berukuran panjang 1,83 m dan berat 3,7 ton.  Kini ditempatkan di halaman belakang MSJ.


1309684424157071642

(sumber : buku panduan Napak Tilas Menyusuri Jejak Kota Tua Batavia Tempo Dulu)


32 Kolom

Presiden Sekarang Paling Sukses


Sukses Pertama : Kemakmuran

Silahkan lihat antrian yg mengular untuk mendapatkan satu dua tablet idaman masyarakat kita, mereka rela berdiri berjam-jam, yg malam sebelumnya juga antri hanya untuk mendapatkan nomor antrian, antri untuk mengantri. Padahal harga yg dibandrol cukup lumayan bagi orang kebanyakan, tapi bagi mereka tak seberapa, hanya senilai 10% penghasilan bersih mereka sebulan.

Lalu tengok begitu berjubelnya orang di ITC untuk berburu aneka busana, celana, dan pernak pernik lainnya. Belum lagi di food corner, harus antri juga buat dapat bangku.

Melongok agak ke utara, di Roxy Mas. Di sini lebih ramai lagi. Tiap counter HP, BB dan lainnya kewalahan menghadapi serbuan pembeli yang mencari gadget idamannya. Konon pada pembukaan sesi pagi tadi, dalam satu jam pertama telah terjual 300.000 unit, tak terbayang pada sesi penutupan nanti malam.

Seorang ibu berwajah arab bilang dia beli banyak gadget ini buat dibagi-bagi ke para staff di kantor yang kepalanya baru diangkat (Pejabat Tinggi baru nih), jadi dia harus ikhlas terpaksa, untuk berderma kepada mereka agar urusan bisnisnya lancar, tidak tersendat-sendat, jangan sampai pom bensinnya yg di Tebet ditutup (ancaman yg selalu dilontarkan sang staff). Untuk pejabat yang baru diangkat si ibu sudah menyiapkan mobil mewah super canggih. Siap meluncur ke garasi sang pejabat.

Jadi, masyarakat kita sudah makmur, khan?

Sukses Kedua : Pendidikan

Musim pendaftaran sekolah kemarin, para orang tua dengan sekuat tenaga dan daya upaya akhirnya berhasil memasukkan anaknya ke sekolah favorit atau SBI. Walau biaya yg dipatok cukup lumayan tinngi, tapi bagaimana lagi, masa harus putus sekolah seperti kebanyakan orang di kampung dan di desa-desa saat ini. Mereka tak kuat lagi membiayai pendidikan anaknya. Memang sekolah itu gratis katanya, tapi tetep aja harus ada banyak uang yg harus dikeluarkan pada awal-awal masuk sekolah.

Ada yg nyeletuk, kalau mau pinter ya harus keluar banyak uang. Iya deh, terserah mereka yg mampu berkata begitu.

Sekolah semahal apapun mereka jabanin, berarti sudah makmur, khan?

Sukses Ketiga : Kemiskinan

Sesuai amanat pasal 34 ayat 1 UUD ’45, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Jadi para fakir miskin dan anak-anak terlantar ini dipelihara terus oleh negara, dipelihara kemiskinannya, dipelihara keterlantarannya.

Pernah menengok pelosok negeri, dimana hanya untuk sesuap nasi saja, suatu keluarga harus memecahkan batu-batu gunung untuk dijual ke pengumpul. Ada yang mencari rencek kayu di hutan, malah mereka dituduh pencuri kayu, dipenjara, seorang nenek mengambil dua batang buah coklat dipenjara. Di suatu desa di nusa tenggara, melihat bocah telanjang dada dan busung lapar menjadi pemandangan yang biasa. Listrik tah pernah menjamah desa mereka, masih jauh dari target pemerintah yang mau menerangi 100% Indonesia.

Jadi, sukses juga khan memelihara kemiskinan dan orang terlantar?

Dalam hal memelihara KKN pun sepertinya paling sukses di antara presiden pendahulunya. Tapi mungkin kesuksesnya ini bukan andil Beliau seorang, khan banyak para oportunis yang mengerumuni Beliau setiap harinya.

Sukses Keempat : Olahraga

Masih menunggu hasil Sea Games yang akan digelar, soalnya banyak persoalan yang masih menggelayutinya. Tenang …. , kata sang penasehat, banyak berita yang siap diluncurkan buat rakyat kita, pasti mereka akan cepat lupa, ada NII, teroris, agama, kesehatan, atau pilkada, banyak dech.