Friday, July 29, 2011

Lubang di Hati


di dalam hati ini
begitu banyak lubang
di mana dahulu sang kala tinggal
di mana dahulu sang murka bersemayam
di mana dahulu kuasa gelap hinggap
kini hati ini dipenuhi asa
ada malaikat-malaikat kecil yang mau tinggal
ada air surgawi mengalir mengisi cawan hati
ada seberkas pelita menerangi ruang-ruang hati
ketika terbangun nanti
semoga
tak ada lagi lubang
walau hanya satu
lubang terakhir
semoga

XL 87

IZUL


Beginilah jadinya kalau sudah diindikasikan sakit sejak awal, tetapi tetap dibiarkan terus tanpa ada tindakan lebih lanjut.

Siapa Yang Sakit Sejak Awal ???

Para pejabat yang sekarang sedang naik panggung umumnya sudah divonis sehat pada saat test kesehatan sebelum ditetapkan sebagai seorang pejabat pembantu presiden. Ya, mereka dua tahun lalu sudah menjalani test kesehatan yang dilakukan oleh Team Dokter Kepresidenan.

Saat akan menjalani test kesehatan mereka berdatangan satu persatu dan disambut oleh para fotografer ataupun reporter media elektronik dan cetak, bak nominator Piala Oscar melintasi karpet merah. Sesudah menjalani test pun mereka langsung dirubung untuk diwawancara, masih memakai baju rumah sakit yang mirip piyama.

Rata-rata para calon pejabat ini lolos test, kecuali satu dua yang tereliminasi. Jadi pejabat yang sekarang ini dijamin sehat walafiat. Siap bekerja keras membangun negeri tercinta.

Tetapi test itu ternyata hanya untuk fisiknya saja, mental dan moralnya setahu saya tak dilakukan test juga. Entah tak ada metodologinya atau belum terbit Keppresnya atau tak ada UU-nya. Jadi asumsinya adalah para calon pejabat ini lolos test kesehatan luar dan dalam, lahir dan bathin. Kalo dimisalkan nilai raport, maka Bahasa Indonesia dapat A, Matematika dapat A, IPS dapat A, IPA dapat A, dan pelajaran Agama & Kewiraan dapat F (mengulang terus, ngga lulus-lulus). Secara rata-rata layak menjadi pejabat.

Apa Yang Sakit Sejak Awal???

Sakit yang ini adalah sakit dalam artian teknis. Umpama kata kalau mobil kita rusak maka seharusnya dibawa ke bengkel dealer resmi mobil, jangan diservice di bengkel motor pinggir jalan, bisa berabe. Misal yang lainnya, kalau anak kita sakit seharusnya dibawa ke dokter anak, jangan dibawa ke dokter kandungan ataupun dokter hewan, biar pun sama-sama dokter.

Jadi maksud saya adalah tempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat di waktu yang tepat. Serahkan kepada ahlinya, begitu kata tetangga sebelah. Jangan sampai kejadian tempo dulu, menyerahkan urusan kehutanan kepada Bob Hasan, maka yang ada malah hancur hutan Indonesia.

Jabatan pejabat dan petinggi negara yang ada cenderung hanya karena membagi-bagi kue kekuasaan, politik balas jasa dan sarana mengumpulkan sanak family ke kantornya. Alhasil, tidak semua pejabat menguasai bidangnya dan mereka berkelit bahwa mereka kan punya wakil yang mendampinginya serta dibantu oleh satu unit staff ahli yang siap ditanya oleh sang pejabat.

Jadinya para pejabat ini bergantung sama wakil dan staff ahlinya, kalau ditanya secara spontan tentang sesuatu masalah terkait wilayah pekerjaannya, ia mungkin agak gelagapan juga, dan seperti biasa jawaban pasti diplomatis saja, atau mengelak dengan mengatakan itu di luar wewenangnya.

Nah, sakit-sakit inilah yang oleh pemerintah tidak segera diobati, tetapi malah semakin dipelihara dan didiamkan saja. Alhasil, hingga saat ini banyak kejadian dan peristiwa yang tak tertangani dengan baik, karena mungkin tak dipimpin oleh orang yang tepat. Bagaimana kabar flu burung masih saja terdengar sayup-sayup, kadang ada kadang menghilang, belum lama berselang ulat bulu yang menyebar luas di suatu wilayah karena penanganan yang kurang tanggap dan sigap.

Terlambatkah ???

Kalau menelusuri hiruk pikuk pemberitaan dua bulan ini, tampaknya ada sakit lainnya yang juga harus segera disembuhkan, harus cepat-cepat diobati. KKN. Kalau penyakit ini dibiarkan terus, akibatnya akan fatal, malah akan menular ke semua aspek kehidupan. Tak nyaman rasanya hidup dengan banyak penyakit menempel di negara ini.

Mudah kok penyelesaiannya, sembuhkan saja atau ganti orang-orang yang sakit dengan orang yang lebih sehat jasmani dan rohani, yang siap kerja dan mau kerja. Atau perlu disembuhkan paksa??? Tak perlu sepertinya.

XL 86

Alarm HP saya berbunyi, berarti sudah pukul 11.30, saatnya meninggalkan segala perniagaan dan urusan duniawi. Saya bersiap-siap dan berganti baju yang cukup layak untuk pergi ke masjid. Kalau hariJum’at memang saya selalu bawa baju salin, untuk shalat Jum’atan di masjid. Kalau baju kokonya sedang dicuci, saya bawa baju lengan panjang.

Tiap Jum’at saya tugas jaga sendiri, dan setelah menutup kios, saya berdiri menunggu angkot yang lewat. Tak lama ada angkot, saya langsung naik dan angkot langsung meluncur. Saya berhenti pas di muka masjid. Dan seperti hari-hari Jum’at yang lalu, sopir angkot tak mau menerima ongkos yang saya berikan, dia bilang masukkan saja ke kotak amal. Saya mengangguk berterima kasih.

Setelah berwudhu, saya masuk lewat pintu belakang mengambil posisi empat baris dari belakang. Kalau baris-baris depan rata-rata jamaahnya bersarung dan orang-orang tua berpakaian putih-putih, riskan rasanya berjejer di situ.

Tak lama Jum’atan pun dimulai. Selang beberapa menit khotib berkhutbah, tiba-tiba terdengar suararingtone HP berbunyi dengan suara yang lamat-lamat tapi cukup terdengar oleh sebagian jamaahmasjid, suara berasal dari bagian pinggir barisan tengah. Dan yang membuat saya hilang khusu’nya adalah ringtonenya, lagu dangdut yang terdengar norak sekali, tetapi untungnya kantuk saya justru jadi pergi. Sedikit gumam tak senang terngiang dari sedikit jamaah. si pemilik suara dangdut segera mematikan HP-nya, dan sang khotib yang terdiam sejenak melanjutkan khotbahnya.

Selesai khotbah, shalat Jum’at dimulai dan sang imam mengingatkan para jamaah untuk mematikan HP-nya. Shalat berjalan seperti biasanya. Selesai Jum’atan saya berdoa sebentar dan berdiri untuk pulang. Beberapa orang melirik ke pemilik HP yang berbunyi tadi, tapi tak berkomentar apa-apa.

Saya lihat dinding di luar masjid ada selembar kertas di tempelkan yang bunyinya mengingatkan para jamaah untuk mematikan HP saat memasuki masjid. Dan di manapun saya sholat Jum’at, sepertinya tulisan itu kadang ditempel. Daripada saya lupa mematikan HP dan takut ada sms penting atau telpon masuk, HP saya tinggal di kios, lalu selesai dari Jum’atan saya bisa mengecek apakah ada telpon atau sms masuk.

Saya sedang berusaha membiasakan diri untuk bersabar dan memaklumi jika saat Jum’atan ada bunyi ringtone di tengah khotbah sang imam, dengan demikian saya bisa lebih khusu’ mendengarkan khotbahnya. Saya dengar dari rekan yang non muslim pun, saat mereka beribadat HP-nya dimatikan atau dalam mode getar saja.

Seperti biasa pulangnya saya berjalan kaki santai menyusuri trotoar jalan yang nyaman dilalui, dan mengingat kejadian tadi, saya jadi senyum sendiri.

XL 84

PRO MAAG


Makan tak teratur
Ngopi tak terukur

Kalo tidur mendengkur
Alamat sakit maag datang menghibur

Keringat dingin mengucur
Perut melilit sampai hancur

Ambil obat lalu telan dan meluncur
Langsung hilang sakit
Langsung kabur melilit

Makanya saya tak suka obat maag
Terlalu cepat hilangkan sakit

Kalau masih sakit
Bisa istirahat di bukit

XL 83

KULI CUCI

Gerak gerik Bakkaru memang sudah diamati oleh intel sejak sebulan lalu ketika ia mengontrak sebuah petak di Senggigi sebelah timur kawasan perumahan yang baru jadi.

Ini terkait banyaknya laporan dari masyarakat sekitar perumahan ke kantor pos polisi Senggigi. Para warga mengeluh akan kinerja Bakkaru. Keresahan ini tak boleh dibiarkan.

Maka ketika Bakkaru muncul di lobby sebuah hotel dan ngobrol dengan seorang pejabat, sang intel terus mengawasinya dari seberang jalan.

Bakkaru dan pejabat itu kemudian naik mobil sedan warna hitam dan meluncur ke arah utara, sebuah kawasan elit. Di suatu rumah mewah mereka turun. Pejabat itu masuk duluan ke rumah mewah, sementara Bakkaru masuk lewat pintu samping yang memang tak berpagar, jadi bisa dengan leluasa keluar masuk lewat belakang.

Sang intel mengikuti mengendap-endap dengan mikro kamera yang ditempel di telinga, dan menjumpai sang target ada di sudut rumah. Mikro kamera disorot ke arahnya.

Tampak Bakkaru sedang memeras, gambar yang tak boleh dilewatkan. Ada sekitar dua bak penuh cucian kotor yang sedang diperas oleh Bakkaru. Rupanya selain jadi reporter, Bakkaru juga nyambi jadi kuli cuci sang pejabat dan warga sekitar.

XL 82

OMAR'S STORY

Sebelum kejadian yang dialami dirinya, Nazar menganggap bahwa orang-orang Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang ramah tamah murah senyum, cerdas tangkap dan tidak sombong, berani, disiplin dan setia, gemah ripah loh jinawi, kompak, bersatu kita teguh bercerai kamu runtuh. Begitu kentalnya Budaya Timur yang bercorak dengan rasa ikhlas dan tidak egois, sedang masyarakat Barat begitu individualistis, mau menang sendiri dan angkuh katanya. Mereka tidak peduli dengan orang lain. Hanya egoisme sendiri. Tetapi setelah Nazar bersuaka tiga tahun di Sydney, ternyata jauh panggang dari api, bagai bumi dengan planet Mars, begitu ibarat kata kenyataan yang dilihatnya.

Nazar mulai bercerita, bermula saat dia dengan mudahnya berlenggang kangkung menuju lobby Bandar Udara International Soekarno-Hatta, lalu disambut dengan senyum yang dibikin semanis mungkin oleh petugas check-in bandara, karena telah diselipkan segepok amplop dalam tiket pesawatnya, tapi sang petugas hanya mengambil tiket pesawatnya saja.

Quantas Airlines sudah terkenal sebagai maskapai penerbangan yang disiplin, tertib, baik dan profesional. Pesawatnya bagus dan bersih, pramugarinya ramah tamah dan tidak sombong, berangkatnya selalu on time, tak pernah ada istilah jam karet apalagi delay mendadak kayak penerbangan di sini yang malah pilotnya pada mau demo iri sama pilot asing yang begitu disiplin, tertib dan ‘bergaji tinggi’.

Baru mau boarding saja Nazar sudah melihat ada sebuah tulisan di meja boarding “the delay caused by your late checking, Quantas will fine for the next your flight” (kayaknya begitu tulisannya, rada-rada burem ngeliatnya, maklum udah rabun). Kira-kira juga artinya begini, keterlambatan pesawat yang disebabkan keterlambatan anda, Quantas akan memberikan denda pada penerbangan anda yang berikutnya.

Dari sini saja sudah ada gambaran sebuah peraturan yang mengharuskan para customer ikut aturan mereka. Jika tidak, akan kena denda. Kenapa mereka berani mendenda customers?! Sebab Quantas menjaga agar penumpang tidak akan sembarangan terhadap penerbangan-penerbangan Quantas terhadap waktu. Kalau tidak, penumpang lain akan dirugikan.

Ini sebuah pelajaran tentang bagaimana mengatur manusia. Yang namanya orang, mesti diatur. Yang namanya aturan, mesti ada sangsi. Sepertinya sepele, namun kebanyakan dari kita belum menyadari hal ini. Karena banyak orang menganggap manusia bisa diatur dengan himbauan kesadaran.

Setiba di Sydney, seperti biasa Nazar melihat pemandangan yang sangat berbeda dengan di ibukota Jakarta. Ini kali kesekian Nazar ke Sydney, tetapi tetap saja keteraturan atas segala sesuatu di sini akan mencengangkan bagi orang Jakarta yg biasa hidup dengan seawut-awutannya, seenak-enaknya, sebisa-bisanya, secuek-cueknya.

Di Sydney, lalulintas teratur, kecepatan mobil konsisten, lampu merah tak ada yang berani menerobos walaupun sepi, lantaran kalau melanggar ada sensor kamera yang langsung memfoto plat nomor mobil untuk kemudian dikenali komputer yang beberapa hari sesudah itu akan datang tagihan lewat pos ke alamat pemilik mobil. Semuanya dijalankan oleh sistem komputer.

Soal sampah, luar biasa. Bersih, sih, sih, sih ! Kurang lebih sama dengan Bekasi deh gambarannya, eh salah Singapore ding. Dendanya gila-gilaan. Soal kesadaran lingkungan, huh, jangan ditanya.

Om dan tante sekalian, di sana tak ada yang buang limbah ke comberan. Ada nomor telepon khusus urusan limbah yang bertugas mengangkat kotoran dan berbagai jenis sampah.

Tong sampahnya aja ada tiga jenis. Non-recycle, recycle, dan sampah buat ranting/tanaman. Di negeri kita tercinta ini, kalau anda perhatikan juga ada tiga. Tapi Nazar jamin, anda sendiri pun belum tahu, mana sampah recycle dan yang non recycle. (Kalo tak salah di sini tulisannya organik dan non-organik). Kejadian di negeri sendiri, isi ketiga bak sampah tak ada bedanya. Lagian paling juga tak akan diolah, hanya formalitas aja.

Baiklah, di luar itu semua, ada hal yang sangat membuat Nazar bingung. Orang bule, yang kata orang sini egois, individualis, masyarakat Barat yang bebas, yang katanya tidak seperti kita orang Timur yang penuh tatakrama dan adat/peraturan, ternyata bukan seperti yang Nazar duga.

Negeri kangguru bukan sebuah negeri yang rakyatnya rajin ibadah tiap harinya. Tapi seringkali Nazar dibuat kaget dengan kemuliaan hati penduduknya. Dari mulai berlomba-lombanya orang menolong seorang manula yang menyeberang jalan, dan sikap tolong menolong yang luar biasa meskipun terhadap orang asing, sampai kepada kejadian-kejadian lain yang cukup membingungkan buat Nazar sebagai manusia yang berasal dari masyarakat yang tanah airnya diklaim sebagai masyarakat agamis, pluralis dan tak bengis.

Coba saja anda langkahkan dan tempelkan kaki di aspal jalan di Sydney, karuan saja semua mobil yang lewat langsung nginjek rem berhenti. Pejalan kaki sangat dihormati di sini (eh… di Sydney). Kalau di sini, biar kata udah ngangkat-ngangkat tangan melambai-lambai dengan segala daya upaya, tetap aja kita mau diseruduk. Bahkan, kalau hampir tertabrak, dari dalam mobil keluar kepala monyet yang ganteng kayak Keanu Reeve sambil teriak, “WOOYY… KLO NYEBRANG LIAT2 DOONG ! MAU MATI LUU !!”. Di sana, boro-boro mau ngedamprat, klakson pun sesuatu yang tak sopan. Tak ada polusi udara dari asap knalpot motor atau bajaj maupun polusi suara bising klakson motor, angkot, delman, gerobak dan odong-odong.

Anda bisa rasakan langsung kepedulian mereka terhadap orang lain ketika berfoto-foto ria jenaka. Jika ada sekumpulan group (Nazar berlima waktu itu) jalan-jalan dan hunting sana sini, pasti akan datang seseorang menawarkan untuk mengambil foto/gambar, supaya Nazar and The Gang bisa terfoto semuanya. Nazar yakin, si bule yang menawarkan jasa foto itu tidak dalam rangka mencari pahala menjelang bulan puasa. Kalo di sini boro-boro, yang ada kameranya bisa dibawa kabur oleh yang pura-pura nolongin mau ambil gambarnya.

Tapi bagaimana pun juga Nazar tetaplah Nazar, ia sangat love Indonesia verymuch. Biar bagaimana pun juga Indonesia is my country. Akan kubangun negeri ini lebih hebat di sini daripada di Sydney.

XL 81

Setelah rapi semua perlengkapan kantor, berkas-berkas, iPhone, laptop, Playbook, Galaxy Tab, dll maka keluarlah Pak Enas dari kamarnya hendak berangkat ke kantor. Melintasi ruang tamu, Bi Inah tersenyum tertunduk malu-malu kucing seperti melihat ikan asin, Pak Enas hanya senyum tipis saja.

Sampai di depan Pak Min sudah siap mau mengantar Pak Enas ke kantor, juga dengan senyum yang agak ditahan tapi takut mau berujar. Pak Enas masuk ke mobil setelah dibukakan pintu oleh sang sopir. Sepanjang jalan, sekali-sekali pak sopir melihat spion memperhatikan Pak Enas yang duduk hanya terdiam seribu basa memandang ke luar jendela, kosong dan hampa.

Sampai di kantor megah berlantai 49, Pak Enas langsung menuju lobi utama, dan setiap orang yang dijumpainya pasti akan tersenyum sambil menunduk entah takut, entah hormat. Dan sampailah di serambi lift.
Tiba-tiba dari pintu masuk kantor, ada yang berteriak-teriak, rupanya Bi Inah, “Pak Enaaas, tungguuuu, ….. tungguuuu, … “. Sambil berlari menuju pintu lift (gerakan dibuat slowmotion biar lebih dramatis).

“Ini Pak, ketinggalan, celana panjang sama sempak merah jambunya !!!”, kata Bi Inah. Pak Enas langsung melihat ke arah bawah, dan heghs …. diambilnya bawaan Bi Inah dan langsung ngacir masuk ke dalam lift sambil senyum-seyum ke sekeliling lobi.

SMILE, ... MR. ANAS