Tuesday, March 5, 2013

Pesta Kentang Goreng ala ABG Jepang

VIVAnews - Para remaja di Jepang tengah keranjingan pesta kentang McDonald's. Dinamakan pesta, karena mereka memesan berpuluh-puluh bungkus kentang goreng dan menumpahkannya di meja. "Lautan kentang" ini kemudian disantap beramai-ramai.

Gaya "berpesta" ini dimulai ketika Mc Donald sebuah kota di Jepang mengadakan promosi untuk semua ukuran kentang goreng dengan harga senilai Rp13 ribu. Promosi kentang goreng murah ini akhirnya diserbu oleh para remaja di negeri sakura tersebut. 

Sekelompok remaja Jepang tanpa alasan yang jelas memesan 23 porsi besar kentang goreng, kemudian menumpahkannya di baki di atas meja. Mereka pun berfoto terlebih dahulu sebelum memulai pesta kentang goreng. 

Pesta kentang goreng ini kemudian mewabah dan ditiru oleh banyak remaja lainnya.
Sekelompok remaja Jepang lainnya yang tinggal di Okayama bahkan memesan 60 porsi besar kentang goreng untuk dihamparkan di meja dan dilahap ramai-ramai.

Para remaja ini bahkan mengabadikan momen pesta tersebut lalu mengunggahnya ke media sosial untuk menunjukkan mereka tidak takut akan karbohidrat, lemak dan garam.

Tren pesta ini kemudian menyebar ke Korea Selatan. Di negeri ginseng ini, dilaporkan sekelompok remaja memesan kentang goreng senilai lebih dari Rp2 juta. Aksi mereka itu sampai membuat pemilik McDonald's kesal. 

Wabah tren pesta kentang goreng ini pun menuai beragam opini dari publik. Pengguna jejaring sosial beranggapan aksi para ABG tersebut kasar dan tidak sopan kepada pegawai kedai Mc Donald. 

"Jika mereka membeli 23 porsi besar kentang goreng itu tidak masalah, tetapi kamu harus menghabiskan itu semua hingga kentang goreng terakhir," kicau salah seorang pengguna Twitter seperti dikutip Dailymail, Senin 4 Maret 2013.

Salah satu Tweepes lainnya, Zane McCarty, bahkan mengomentari aksi para ABG itu lebih pedas. "Ya paling tidak ketika mereka gagal jantung, jumlah orang bodoh di bumi bisa berkurang," tulisnya ketus.

Para pengunjung kedai cepat saji pun juga terganggu dengan ulah para remaja tersebut. Di Jepang, perusahaan McDonald's mulai dikritik oleh publik untuk meminta aksi itu dihentikan. Masyarakat menganggap pesta kentang goreng itu tidak sehat dan membatasi konsumen lain untuk menikmati menu yang sama. (eh)

PKS Haters!!!!..... Puas-Puasin Dech Menghujat PKS..... Dasar SYIRIK..... Otak PKI

Jokowi Jurkam Tak Laku di Sumut, PKS MenangOleh: Ninoy N Karundeng
 | 05 March 2013 | 07:07 WIB
Joko Widodo yang fenomenal itu dijual lagi sebagai juru kampanye PDIP. Setelah kegagalan total di Jawa Barat dengan kekalahan Rieke Diah Pitaloka, kini tanpa merasa kapok PDIP mendorong Joko Widodo sebagai juru kampanye. Joko Widodo sesungguhnya bukan seorang juru kampanye yang berapi-api mampu membakar semangat pemilih. Jokowi adalah kepribadiannya. Jokowi adalah dirinya. Lalu apakah dengan diutusnya utusan khusus PDIP Joko Widodo menjadi Jurkam di Sumatera Utara akan membantu memenangkan Effendy Simbolon ?
Rekam jejak berbagai pasangan gubernur memecah suara. Suara pemilih muslim dan non-muslim di berbagai wilayah terpecah. Persatuan antara calon gubernur dan wagub Kristen-Islam yang zaman dulu dianggap hal yang baik untuk keberagaman dan persatuan Indonesia, kini berubah. Kampanye segregasi yang dilancarkan oleh paham mono-religi seperti PKS di Jawa Barat yang mendorong pengalihan suara dukungan terhadap calon perempuan seperti di Jawa Barat tidak terjadi di Sumut. Namun tak-tik politik kotor primordialisme yang dilakukan oleh PKS pasti akan memenangi kejuaraan Pilgub Sumut ini.
Demografi penduduk yang terkotak-kotak, marga yang mengoyak setiap calon, coba dijembatani dengan membuat warna calon dari agama dan suku yang berbeda-beda. Namun justru pewarnaan majemuk itu tak akan memberikan kekuatan absolute dan terdapat perbedaan mencolok. Maka kehadiran pasangan calon Ganteng membuat pasangan ini sebagai pasangan paling berbeda. Dan, dalam kampanyenya PKS jelas melakukan kampanye seperti biasa. Wajib, dosa, pahala, surga dan neraka, amal, amar makruf nahi mungkar yang sangat efektif untuk masyarakat dan umat yang masih jumud seperti di Jawa Barat daan jelas Sumatera Utara.
Para kandidat cagub lain tidak mampu berjuang sama dengan cara pasangan Ganteng yang mono-religi. Terpecahnya calon dan daerah asal menjadi penyebab berkumpulnya suara kepada pasangan Ganteng itu.
Melihat demografi dan pasangan calon serta strategi kampanye PKS dan partai-partai lain, maka kehadiran Jokowi ke Sumut ibarat menggarami angkasa luar. Pribadi Jokowi sendiri tidak sangat spektakuler untuk menjadi jurkam bagi orang lain. Jokowi berkampanye dengan prestasi dan kepribadiannya untuk diri sendiri. Namun, jika Jokowi harus berkampanye justru yang dielukan oleh massa adalah Jokowi sendiri. Jokowi tak akan mampu melakukan endorsement dan dorongan-sugestif untuk mendongkrak dan menarik pemilih agar mendukung Effendy Simbolon.
Penyebabnya adalah Effendy Simbolon berbeda karakter dan prestasi dengan Joko Widodo. Peristiwa de javu sebenarnya telah terjadi di Jawa Barat, ketika Rieke-Teten dibantai di Pilgub Jawa Barat - meski Jokowi turun gunung menjadi jurkam calon PDIP yang bahkan menjiplak baju Jokowi-Ahok pun tetap gagal. Penyebab kekalahan Rieke adalah kampanye primordialis secara massif untuk melarang dan mengharamkan pemimpin dari kalangan perempuan oleh jurkam PKS. Kampanye primordialisme dan segregatif PKS di Sumut tak jauh dari halal, haram, dosa, pahala dan neraka yang memang diinginkan dan dibutuhkan oleh warga Sumut. Dan itu sah dalam demokrasi jahiliah dan purba seperti di Indonesia.
Dengan demikian, kehadiran Jokowi di Sumut tak akan memberikan dampak apapun juga selain nama Jokowi tercoreng sebagai jurkam gagal di Jawa Barat dan Sumut. Kali ini yang menang sebagai jurkam adalah Ustadz Hidayat Nur Wahid dari PKS. Jokowi tak laku sebagai jurkam PDIP, dan PKS yang menang dalam Pilgub Sumatera Utara.
Salam bahagia ala saya.

Jokowi Ternyata Cuma Kacungnya Mega

Jokowi, Katakan “Tidak!” Pada Jurkam.
.
Oleh: Balya Nur
 | 05 March 2013 | 01:25 WIB
.
Sejak jadi Walikota Solo,saya mulai menyukai Jokowi. Jokowi menunjukan,menjadi pemimpin itu sebenarnya nggak rumit. Jangan terlalu banyak pertimbangan. Kartu Sehat misalnya. Jumlah kartu sehat yang diberikan kepada warga sebenarnya tidak sebanding dengan jumlah fasilitas kelas ekonomi Rumah Sakit di Jakarta. Tapi Jokowi tidak mau berumit ria soal angka.Bagikan saja kartunya. Toh warga miskin Jakarta nggak mungkin sakit serempak.
Cara berhitung seperti itu memang khas pemimpin yang berani. Ketika kemudian ditanyakan soal angka, dengan enteng dia menjawab,” Apa orang sakit harus menunggu dulu dibangun rumah sakit? ” Ya, pada kenyataannya setelah kasus pasien terlantar, mau tidak mau pemerintah pusat dan Pemda terpaksa harus menambah kamar rumah sakit kelas tiga. Disitulah kecerdikan Jokowi.
Tapi kalau sudah berhadapan dengan Partai, keberanian Jokowi mau tidak mau pupus juga. Bisa dimengerti. Demokrasi memang menjadikan partai sebagai majikan yang tak boleh dibantah. Kalau Jokowi pernah menantang,” Rumah sakit mana yang berani coba-coba menolak pasien? Silakan saja kalau mau coba-coba.” Tentu saja Jokowi tidak akan berani mengatakan, “Partai mana yang berani coba-coba menyita waktu saya buat kampanye? Waktu libur saya saja sudah saya wakafkan buat warga Jakarta, masa saya harus mencuri waktu buat kampanye,yang benar saja…Pilkada kan hampir tiap bulan. Kalau masih di Jawa Barat, okelah, dekat Jakarta, kalau sudah di luar pula Jawa..dengan tegas akan saya katakan, Tidak! “ Walaupun saya yakin dalam hati kecil Jokowi akan berkata seperti itu,tapi faktanya Jokowi sudah mengantongi izin Mendagri untuk menjadi Jurkam Pilkada Sumut.
Kalau saya jadi pemimpin partainya Jokowi, saya tidak akan “menyiksanya” dengan menjadikannya sebagai Jurkam. Karena Jokowi sudah menjadi milik warga Jakarta dan bahkan Indonesia, apapun partainya. Menjadikan Jokowi Jurkam sama saja dengan mengiris kepopulerannya seiris demi seiris.Sungguh sayang aset bangsa yang fenomenal ini akan menjadi politisi ketimbang sosok pemimpin masa depan yang didambakan oleh rakyat Indonesia yang sudah agak muak melihat tingkah polah komunitas politisi kita.

"Kelompok Tertentu" Versi Van Ellen

"Kelompok Tertentu" Versi Van Ellen
.
* Ellen Maringka | 04 March 2013 | 17:00:03
.
Couldn’t agree more with you pak Joko.
Tambahan saja diluar teknis dan aturan jurnalistik, saya tidak bisa habis pikir memgapa artikel2 “sampah” seperti itu bisa lolos, sementara penulisnya sendiri bukan dari umat katolik, dan dalam tanggapannya ditulis ini bukan soal agama. Lha, jelas sekali itu soal agama katolik dan urusannya dengan pimpinan tertingginya. Disesali… Saya sendiri mempertanyakan profesionalisme admin. Banyak artikel2 baik lewat begitu saja, dan sepertinya TA, HL sudah menjadi milik “kelompok tertentu”…
Ah… Ambil hikmahnya saja saya.. Tetap saja bersyukur bisa berbagi dan memiliki banyak sahabat di K. Salam pak Joko.
.
.
* Joko P | 04 March 2013 | 17:27:12
.
Terima kasih Bu Ellen!
Saya coba mengelitik Admin dari segi teknis dan aturan jurnalistik saja, karena memang itu lapangan main kita di Kompasiana ini  Saya pribadi sih tidak keberatan dengan latar belakang penulis, sejauh apa yang ditulis bisa dipertanggungjawabkan.
Betul Bu Ellen, pertanyaan saya tidak ditanggapi admin pun saya sudah bersyukur bisa ‘main’ di Kompasiana dan punya banyak teman.
Terima kasih lagi Bu! Salam.
.
.
* Abdu | 04 March 2013 | 19:16:17
.
@ellen. habis orang katholik nggak ada yang nulis artikel tentang pengunduran paus secara tiba-tiba sih. udah bagus ada yang menulis dan menjelaskan tapi masih aja dicaci… orang yang nggak bersyukur
.
.
* Ellen Maringka | 04 March 2013 | 19:32:17
.
Abdu :…. aspa yang harus dituis ?… Paus sudah menjelaskan kok, dengan alasan kesehatan. Kenapa harus dijelaskan lagi ?. memangnya kamu tidak baca surat kabar / Kalau perlu penjelasan minta sama pak Joko P tuh arsip arsipnya.
Lagipula apa urusan kamu dengan pengunduran diri Paus ?. Urusan bisa bersyukur apa tidak, bukan urusan kamu. Next time kalau mau komen, yang lebih beradab sedikit. Belajar etiket dulu kamu.
.
.
* Ellen Maringka | 04 March 2013 | 19:34:33
.
Pak Joko.. hhehehe…. dyslexic saya kambuhan… wkwkwkwk hapus aja deh yang balasan pertama, mispelled melulu saking emosi ketemu model orang komen seperti ini….
.
.
* Joko P | 04 March 2013 | 19:54:33
.
Nggak apa Bu Ellen tapi nggak bisa dihapus juga. Kalau dihapus komen yang dibawahnya ikut kehapus.
.
.
* Ellen Maringka | 04 March 2013 | 19:57:51
.
Oh… ya udah… jadi emosian ya gini deh… thanks pak 
.
.
* Abdu | 04 March 2013 | 20:12:31
.
mbak ellen. kalo mau berita yang sesungguhnya jangan dari vatican resmi doang dong, tapi cari tahu secara menyeluruh.
ada orang jual bakso daging tikus, terus ditanya ama pembeli, bakso ini daging tikus bukan pak? pasti dijawab ini bukan daging tikus.
kalo memang benar paus mengundurkan diri karena kesehatan, kenapa kabar di media berkata lain? apakah mungkin ada asap tidak ada api?
.
.
* Ellen Maringka | 04 March 2013 | 20:22:09
Mas Abdu…. pendapat saya sih karena yang mundur itu pimpinan agama tertinggi Katolik, maka sudah seharusnya itu diumumkan di situs gereja katolik yang resmi.
Saya sih tidak melihat ada keterkaitan atau urusan umat lain dalam hal pengundurasn diri Paus. Itu menurut pendapat saya Mas Abdu.
Maaf kalau Mas Abdu berbeda pendapat, kita sepakat untuk tidak sepakat saja deh… salam.
.
.
* Venusgazer™ | 04 March 2013 | 20:32:59
.
@abdu: ketika Paus mengundurkan diri ada beberapa sahabat Kompasianer katholik yang mengulas. sempat jadi Headline dan highlight…masuk TA juga….