Thursday, April 9, 2015

blue grey material design dialer for Galaxy Note 4

TELKOMSEL Google Play Direct Carrier Billing Terms of Service

Google Play Direct Carrier Billing Terms of Service

1. You must be using Telkomsel carrier's network (2G/3G), not wireless for the initial authentication. However, the download can be done over WiFi.

2. You must purchase from Google Play on your device, not on the web.

3. Your device must be provisioned for use with direct carrier billing

4. App purchase and/or in-app purchase is made in Indonesian Rupiah currency (IDR)

5. You are allowed to purchase UP to a maximum of IDR 2,000,000 worth of Google Play items per month.

6. There will be additional data charges when accessing Google Play Store and downloading application from Google Play Store. In addition, your Internet quota will be decreased due to downloading the application from Google Play, unless you use WiFi for downloading the application.

7. There will be additional charge 10% for Tax and 2% for Service charge, for any application that you purchase.

8. Telkomsel assumes that the usage of Google Play account, username and password, for purchasing application is used by customer.

9. Telkomsel could not guarantee that Google Play Store will be accessible or will not be interrupted, always on time, safe, exempt from error, and robust.

10. Any queries related to Direct Carrier Billing please contact 0807-1-811-811, or 155 / 188 (simPATI, Kartu AS, LOOP) and 133 (Kartu HALO)

Google Play Direct Carrier Billing Syarat dan Ketentuan

1. Kamu harus menggunakan jaringan Telkomsel saat proses pembelian. Download aplikasi bisa dilakukan melalui WiFi.

2. Kamu harus membeli aplikasi melalui Google Play yang terdapat dalam smartphone atau tablet kamu, bukan melalui website.

3. Smartphone atau Tablet kamu harus menggunakan jaringan Telkomsel.

4. Pembelian aplikasi dan/atau in-app dalam mata uang Rupiah.

5. Pembelian aplikasi atau buku elektronik melalui Google Play, untuk setiap bulannya maksimum mencapai Rp 2,000,000.

6. Kamu akan terkena biaya penggunaan data ketika akses ke Google Play dan download aplikasi yang dibeli melalui Google Play Store. Selain itu, apabila kamu menggunakan paket Internet yang menggunakan kuota, maka kuota kamu akan berkurang ketika mendownload aplikasi dari Google Play Store, kecuali kamu mendownload aplikasi melalui WiFi.

7. Untuk setiap pembelian aplikasi akan terkena beban pajak (PPN) sebesar 10% dan biaya jasa sebesar 2%.

8. Telkomsel mengasumsikan penggunaan akun Google Play Store, username dan password, untuk pembelian aplikasi adalah dilakukan oleh kamu.

9. Telkomsel tidak menjamin bahwa Google Play Store selalu bisa diakses atau akan selalu tepat waktu, aman, bebas kesalahan, dan dapat diandalkan.

10. Pertanyaan terkait Direct Carrier Billing silahkan hubungi 0807-1-811-811

Meninjau Karir Jokowi Selama Enam Bulan

Ada beberapa artikel menarik yang menceritakan perihal dinamika karir Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia dan juga masih ada nekat melihat Jokowi bak seorang superhero yang jika ada yang menyentilnya langsung di cap sebagai sampah.

Masa-masa berkabut saat kampanye pilpres sudah usai. Tidak ada lagi yang dinamakan capres A dan capres B. Fakta membuktikan baik secara legal yuridis maupun sosial Jokowi adalah presiden negara ini. Suka atau tidak suka. Tidak penting lagi membahas Prabowo sebagai pesaing karena toh pada sebuah momen malahan Jokowi melakukan tindakan politik praktis untuk 'mengundangnya' masuk dalam pusaran pragmatika politik di saat gaduhnya pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.

Terpilihnya Jokowi menurut Effendi Gozali tidak pelak menyebutkan campur tangan media yang intens atah bahkan secara agresif memasarkan pria kelahiran Solo bak seorang ksatria Piningit yang membangun Indonesia menuju level gemah ripah loh jinawi. Mass media tidak boleh berkelit atas fakta ini. Effendi bahkan berani menyebutkan bahwa Jokowi adalah seorang selebritas. Yah, selebritas politik. Selebriti memang lebih kuat gaung pencitraan yang kamuflase, imitatif dan cenderung jauh dari logika umum.

Pada masa kampanye salah satu fitur canggih yang kerap dibawa oleh Jokowi adalah program Nawacita. Program yang kelak menurutnya akan menjadikan Indonesia mampu meraih harapan-harapan yang terpendam di lubuk sanubari rakyat Indonesia. Penulis masih gagap untuk menyajikan antara program dengan realitas-nya dan berharap ada dari kompasianer mau meluangkan waktunya untuk menyajikan artikel terkait hal ini.

Menurut sebagian rakyat, Indonesia membutuhkan presiden baik hati dan tidak sombong. Namun bagi sebagian yang lain, baik hati saja tidak cukup namun harus memiliki integritas (tidak suka bohong dan asal mangap). Disamping itu harus memiliki kemampuan mengelola konflik. Silang sengketa antara Menhumkam dengan hasil munas Bali pada kongres yang diselenggarakan oleh Golkar atau bahkan yang terakhir dengan membatalkan perpres terkait DP untuk kendaraan dinas pejabat menunjukkan kelas Jokowi saat mengendalikan konflik.

Penulis pribadi sampai pada level untuk bungkam terkait pernyataan Menteri ESDM dan Menko Ekuin yang dengan gagah dan lugas mengatakan harga BBM diserahkan kepada mekanisme pasar terkait harga minyak mentah dunia dan mulai untuk meng-edukasi rakyat terkait potensi naik turunnya harga BBM di kemudian hari. Tidak perlu mendiskusikan lagi terkait orientasi para pembantu Jokowi mengenai filosofi ekonomi mereka.

Jokowi tengah melangkah di karpet merah Nusantara. Pilihan sikap yang ksatria adalah membiarkannya hingga sampai di ujung karpet tersebut. Membiarkannya berjalan sesuai dengan langgamnya.

Memutuskan koneksi antara rakyat dengan pemimpinnya adalah pilihan yang paling masuk akal. Hidup lebih hemat karena semua piranti sosial tengah menaikkan harganya. Elpiji naik, tarif dasar listrik rumah tangga akan naik, sembako apalagi. Semua tengah menekan kepala rakyat. Harapan yang pernah ditasbihkan entah mengapung dimana. Menyerahkan ke Jokowi seperti salah mengirimkan alamat surat. Ya sudahlah.

Enam bulan berlalu.

Hiruk pikuk Ibukota antara Ahok dan DPRD masih saja nyaring. Senayan pecah kendali. Mereka sibuk mengurusi internal interestnya. Jaksa Agung pun saat ini tidak lagi dapat tugas untuk memecah konsentrasi rakyat dengan dramaturgi eksekusi mati karena dua orang penjahat ternyata warga Australia yang mengancam akan mengekspos hasil rekapitulasi suara pilpres lalu.

Enam bulan baru menghasilkan hiruk pikuk dan peningnya rakyat di dera kenaikan beberapa harga kebutuhan.

Penulis hanya sekedar recall betapa para pendukung Jokowi dulu sangat membenci teori konspirasi namun belakangan ini malahan rajin membuat skema dan tebak-tebakan terkait adanya upaya-upaya sistemik dari ring satu Jokowi yang akan menjungkalkannya sebagai Presiden. Entah itu melalui JK atau Puan Maharani. Dan bahhkan mulai berani menuding KIH dan bahkan PDI Perjuanganlah yang paling bertanggung jawab terhadap kinerja memble dari presiden ke tujuh ini.

Ahai, itu lah potret politik Indonesia berikut dengan potret sosial politiknya.

Ternyata, jika hanya membutuhkan orang baik, seharusnya bukan Jokowi yang jadi presiden tapi mungkin yang paling pantas adalah seorang ibu yang mau menyerahkan ginjalnya untuk kesembuhan anaknya. Dengan harapan bahwa sisa ginjal yang ada bisa membuat Indonesia menjadi semakin baik dan tidak terpuruk seperti saat ini.

Salam Anti Orang Jahat!

Fast and Furious 7: Gabungan Petualangan, Dendam, dan Misi Rahasia

Bagi penggemar film-film laga, romantika urban, petualangan dan drama, Fast and Furious (Furious 7) adalah film yang wajib ditonton. Kelihaian Chris Morgan dalam menulis skenario yang mengandung keempat unsur tersebut membuat jalinan cerita menjadi mudah dicerna oleh para penggemar karakter Dominic Toretto (Vin Diesel) dan kawan-kawan. Sebagai penulis skenario berpengalaman yang turut membidani beberapa seri Fast and Furious sebelumnya, Chris Morgan kali ini menawarkan kisah petualangan pembalap jalanan yang terlibat dalam suatu misi rahasia untuk menyelamatkan seorang ahli komputer bernama Ramsey (Nathali Emmanuel). Ahli komputer ini berhasil menciptakan program canggih yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen. Misi penyelamatan ini menjadi sangat beresiko karena Toretto dan kawan-kawannya juga diburu oleh sosok mantan anggota pasukan komando Inggris yang jago berkelahi. Kisah ini diolah untuk menjadi suatu film yang sangat menarik oleh Sutradara James Wan dengan visualisasi dukungan duet sinematografer kawakan Stephen F Windon dan Marc Spicer.

Penggemar film Fast Furious yang telah menonton seri sebelumnya tentu sudah dapat menebak siapa musuh besar Toretto, Brian O’Conner (Paul Walker), Roman Pearce (Tyrese Gibson), Tej Parker (Chris Bridges), Letty Ortiz (Michelle Rodriguez) dan Luke Hobbs (Dwayne “The Rock” Johnson) dalam film ini. Pada akhir film Fast and Furious 6 ditampilkan mobil Han (Sung Kang) yang hancur lebur ditabrak oleh sosok yang diperankan oleh Jason Statham di jalanan Tokyo.

Fast and Furious 7 dibuka dengan aksi kalap Deckard Shaw (Jason Statham) yang mengobrak-abrik sebuah rumah sakit di London hanya untuk mengunjungi adiknya, Owen Shaw (Luke Evans). Owen Shaw terbujur lemah karena luka parah akibat pertarungan maut sebagaimana dikisahkan dalam seri sebelumnya. Deckard sangat marah melihat kondisi adiknya dan bertekad untuk memburu orang-orang yang mencelakakan dia.

Dengan rasa penuh percaya diri, Deckard akhirnya mendatangi kantor Diplomatic Security Service (DSS) di Los Angeles untuk mencuri data tentang siapa saja yang turut mencelakakan adiknya. Deckard mengetahui bahwa data tersebut tersimpan dalam komputer Hobbs. Penyusupan Deckard dipergoki oleh Hobbs dan pertarungan seru pun terjadi. Kantor Hobbs porak-poranda dan dia mengalami luka-luka karena terjatuh dari gedung.

Dengan data yang ada di tangannya, Deckard melanjutkan misi dendamnya. Satu sobat karib Toretto, Han, dibunuh di Tokyo. Pembunuhan tersebut hampir bersamaan waktunya dengan meledaknya bom paket di rumah Toretto yang hampir mencelakakan dirinya beserta Brian dan Mia Toretto (Jordana Brewster). Bom meledak sesaat setelah Dominic Toretto menerima telepon dari Deckard. Rumah keluarga Toretto hancur lebur akibat bom itu.

Dominic Toretto merasakan bahwa Dendam kesumat Deckard adalah ancaman nyata bagi dia dan keluarga serta sobat-sobat karibnya. Brian terpaksa mengungsikan Mia dan anaknya untuk menghindari Deckard. Toretto juga memperingatkan sobat-sobat karibnya agar waspada terhadap kekalapan Deckard ini.

Pertemuan pertama antara Deckard dan Toretto terjadi setelah pemakaman Han. Aksi kejar-kejaran dengan menggunakan mobil antara Toretto dan Deckard pun terjadi hingga mobil mereka beradu dalam aksi saling tabrak. Untungnya Toretto yang hampir ditembak oleh Deckard tertolong oleh kedatangan pasukan khusus pimpinan Frank Petty (Kurt Russel). Akibatnya Deckard menjadi terpojok dan terpaksa harus melarikan diri.

Kemunculan Petty yang mengepalai satu satuan tugas operasi khusus ternyata didasari oleh satu kepentingan. Petty butuh bantuan Toretto dan kawan-kawan untuk mencari program komputer God’s Eye sekaligus menyelamatkan penemunya yang bernama Ramsey. Ahli komputer ini diculik oleh sekelompok tentara bayaran pimpinan Jakande (Djimon Honsou). Berdasarkan informasi intelijen yang diperoleh Petty, Ramsey akan dibawa Jakande melewati pegunungan Kaukasus. Sebuah operasi pencegatan ala operasi pasukan Para-Komando dirancang oleh Petty, Toretto dan kawan-kawan. Dengan mengendarai mobil masing-masing, Toretto, Brian, Letty, Roman dan Tej diterjunkan dari pesawat angkut militer. Aksi-aksi petualangan dan pertarungan yang semakin seru pun dimulai dari pelaksanan misi rahasia dengan dukungan pemerintah AS melalui otorisasi aparat operasi khusus bernama Frank Petty ini.