Saturday, November 5, 2016

LONTE AMSTERDAM BIBIR ATAS BIBIR BAWAHNYA BAU ANYIR NANAH BUSUK

Mau tahu apa itu bangsa tempe?silahkan baca sendiri pada pidato mantan Presiden RI pertama - Soekarno. Pagi ini baca berita dari tanah air dan pemberitaan lokal dari negeri Belanda - Telegraaf serta news pada televisi, saya sebagai warga negara Indonesia yang tinggal jauh dari negeri tercinta, yang pergi mengemban tugas mengharumkan nama bangsa dan negeri Indonesia, terhenyak! Kecewa dan berang. baca ini  Pertanyaan yang juga mewakili pemikiran banyak warga negara Indonesia baik yang tinggal di tanah air dan di seluruh pelosok dunia ini adalah; “ Berjuang agar negeri tetap Merdeka serta mempertahankannya ternyata harganya seperti  tissue kertas yang melayang masuk bak sampah oleh pemakainya. Rusak dan musnah hanya dalam hitungan beberapa detik.’’ Sangat kecewa dan benar-benar sedih. Karena bukan ini yang kita harapkan. Andaikan jiwa-jiwa para pahlawan kita yang telah gugur di medan perang bangkit kembali, maka menangislah mereka. Sia-sialah perjuangan mereka melawan penjajahan dan mengusir paham kolonialisme dari negeri ini. Oleh karena anak negeri sebagai generasi penerus akhirnya mencabik-cabik nilai-nilai luhur para pahlawan. Generasi penerus Indonesia sebagai generasi yang memikul tanggung jawab berat agar perjuangan para leluhur pahlawan Indonesia itu tidak sia-sia, ternyata sangat retan dan tidak kuat memikul tonggak Pancasila sebagai pondasi pemahaman mengapa kita merdeka dan harus bersatu dalam perbedaan.Generasi penerus Indonesia sibuk melayani dirinya sendiri. Marak menghitung kekuasaannya sendiri dan berani menyangkal nama Tuhan dengan dalih kebenaran. Inilah kekecewaan bagi kita pengamat bangsa Indonesia. Demo tanggal 4 November 2016 hanyalah tameng dari wajah yang sebenarnya, bagaimana kepentingan parpol menyelinap, menghasut jiwa-jiwa iman yang lemah. Prihatin! Kecewa karena berteriak membawa nama Tuhan, dan diakhiri dengan perusakan, pemusnahan dan pencurian yang brutal. Prihatin! Mulut saya terkunci, mata saya merah panas dan hati saya sakit kecewa manakala bangsa asing lain mempertanyakan tentang isi berita Telegraaf. Pertanyaan-pertanyaan mereka yang tidak paham siapakah kita ini sebagai bangsa dengan ribuan kultur kebudayaan dan pemikiran serta keharmonisan hidup beragama dalam kebersamaan serta saling menghormati, tentunya eksak. Mereka orang asing tidak bisa menerima argumen bahwa agamaku adalah agamaku dan mereka yang berbeda agama dan keyakinan harus menghormati. Pondasi Pancasila sebagai kunci pemersatu perbedaan ini mereka anggap bull shit. Bagi mereka, mempertahankan negara adalah hak dan tanggung jawab setiap warga negara tanpa harus mengikut sertakan agama. Pisahkan agama dari urusan kenegaraan. Agama urusan umat dengan TuhanNya dan bukan umat dengan negaranya. Negara bukan tuhan. Pertanyaan ini tidak bisa saya jawab, kelu! Cara berpikir nasi bungkus mental bangsa tempe Stigma ini benar-benar menyayat hati. Dan tempe yang menurut mantan Presiden RI yang pertama - Soekarno adalah tingkah laku mengemis. So, tempe bukan makanan yang beliau maksudkan secara interprestasi. Ternyata terbukti setelah 71 tahun merdeka, bahwa kita memang ‘’ bangsa tempe!’’ Bangsa yang riskan suap dan siap membunuh saudaranya sendiri demi kepentingan pribadi dan golongan tertentu.  Statistik yang membagi golongan penduduk Indonesia sesuai dengan pendidikannya menggelar tiga golongan; atas, menengah dan bawah. Dan golongan yang paling terbesar adalah golongan tingkat menengah dan bawah. Dua golongan terakhir ini adalah golongan yang oleh karena pendidikan yang rendah dan kehidupan yang pas-pas-an mereka berjuang dan sulit menolong situasi mereka sendiri untuk dapat menempatkan diri pada posisi golongan atas dengan kebutuhan hidup yang normal. kedua golongan terakhir ini termasuk golongan yang mudah terpengaruh dan menjadi titik fokus utama perhatian pemerintah di negeri ini. Lebih runyam lagi dua golongan terakhir acap terbentur tembok birokrasi. Mereka tidak bisa melangkah lebih jauh daripada harus puas menerima situasi mereka yang apa adanya, yaitu mudah kena hasut dan paling empuk dikendalikan melalui ‘’suap.’’ Situasi riskan ini dengan mudah dapat dibaca dan akhirnya dipakai oleh parpol sebagai alat mencapai kekuasaan. Buktinya, kita menyaksikan kerusuhan akhir dari demo 4 november; yaitu vandalisme. Inilah bukti bahwa masyarakat yang berdemo itu hadir bukan untuk menyampaikan aspirasi demokrasi, namun lebih kearah mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan primer mereka yaitu sandang pangan. Penertiban parpol dan ormas serta sanksi Sudah seharusnya dimulai, bahwa penertiban pra kampanye parpol dengan peraturan dan sanksi. Parpol yang terbukti melakukan intimidasi atribut politik dengan memakai cara-cara mengadu dombakan kebersamaan dan mengancam keamanan nasional patut segera ditindak dan dikenakan sanksi aktifitas sesuai peraturan hukum yang berlaku. Dan untuk Ormas menurut hemat saya, disamping UU No.17/2013 tentang ke ormasan, maka disamping Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB), masih diperlukan pendamping lain yaitu badan Yudikatif dan Legislatif sebagai filter. Dengan cara ini aktifitas ormas yang menyimpang dari ART-nya dapat segera dibubarkan atau dicabut izin keormasannya.  Terlihat rumitkah? Jawabannya tidak! Sebab saya melihat di Belanda ini ormas-ormas harus melewati dan mendapat izin dari badan Legislatif dan Yudikatif. Terjadi pelanggaran yang mengancam keamanan negara apalagi merugikan kehidupan orang banyak atau publik,  maka ormas segera ditindak lanjutkan secara hukum dan dibubarkan secara resmi serta terlarang keras menjalankan aktifitas baik secara media sosial online atau dalam kehidupan bermasyarakat. Selayang pemikiran saya sebagai anak bangsa di negeri yang jauh.

JAKET DAN ROMPI ANTI PELURU ANTI MASUK ANGIN KHUSUS UNTUK mr. presiden


PALANG PALANG PENYUSUP PERUSUH PASCA DEMO 411


PALANG PALANG PENYUSUP PERUSUH PASCA DEMO 411


Friday, November 4, 2016

SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


SERANGAN PASUKAN MERAH DEMO 411


PERUSUH DI DEPAN KATEDRAL TERNYATA PALANG

KELAKUAN PEMAKAN BANGKAI ANJING

PERUSUH DI DEPAN KATEDRAL TERNYATA PALANG

KELAKUAN PEMAKAN BANGKAI ANJING



ini alasan Presiden VI tak temui pendemo 411


AHOK LEBIH BERANI HADAPI PENDEMO dibandingkan KACUNG MEGA PALOH

Berikut kutipan utuh ucapan Ahok dari menit ke 23:40 sampai 25:35:

Jadi bapak ibu enggak usah khawatir, ini pemilihan kan dimajuin. Jadi kalau saya tidak terpilih pun bapak ibu, saya berhentinya Oktober 2017. Jadi kalau program ini kita jalankan dengan baik pun, bapak ibu masih sempat panen sama saya sekalipun saya tidak terpilih jadi gubernur. Jadi saya ingin cerita ini supaya bapak ibu semangat. Jadi enggak usah pikiran 'Ah nanti kalau enggak kepilih pasti Ahok programnya bubar'. Enggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho (orang-orang tertawa-red). Itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya, enggak apa-apa, karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok, enggak suka sama Ahok nih. Tapi programnya, gue kalau terima, gue enggak enak dong sama dia. Kalau bapak ibu punya perasaan enggak enak nanti mati pelan-pelan lho kena stroke. (Orang-orang tertawa-red).

Jadi,ang...bukan anggap. ini adalah hak semua bapak ibu sebagai warga DKI. Kebetulan saya gubernur mempunyai program itu. Jadi tidak ada hubungannya dengan perasaan bapak ibu mau pilih siapa. Ya saya kira itu. Kalau yang benci sama saya, jangan emosi terus dicolok waktu pemilihan colok foto saya, wah jadi kepilih nanti saya. Jadi kalau benci sama saya, coloknya musti berkali-kali baru batal. Kalau cuma colok sekali, wah kepilih lho gue entar (Orang-orang tertawa).

LONTE SEJUTA PALANG : DEMO BIKIN MALU INDONESIA DI MATA CHINA


LONTE AMSTERDAM SI PALANG PEMAKAN BANGKAI ANJING DI SELOKAN


DEMO BIKIN PRESIDEN PARA PECUNDANG KABOOOR.......


Okey Google, LUMOS, NOX & SILENCIO......


perbedaan HOMESCREEN cowok dan cewek..... BENCONG GAK MASUK itungan YEEE......


perbedaan HOMESCREEN cowok dan cewek..... BENCONG GAK MASUK itungan YEEE......


perbedaan HOMESCREEN cowok dan cewek..... BENCONG GAK MASUK itungan YEEE......


BIANG KEROK DEMO 4 NOVEMBER LAGI NGOPI BARENG SAMBIL SALTO NGAKAK GULING GULING


PALANG PALANG PEMAKAN ANJING BUDAK IBLIS DI SARANG PKI PERJUANGAN LAGI NGINTIP DEMO 4 NOVEMBER


WhatsApp Messenger (beta) 2.16.336


Thursday, November 3, 2016

RINTIHAN PELACUR TUA BUDAK PKI PERJUANGAN

Gelegar suaramu ‘’palsu’’ 
.
Halau merpati putih, 
.
hadirkan gagak bermata merah 
.
Hasratmu terbang 
.
wakilkan iman yang tak murni 
.
Tegap berdiri 
.
pada simpang tiga 
.
tanpa malu 
.
Lantang suara kau teriakan 
.
‘’musnahkan!’’ 
.
Kakimu dua, 
.
namun hatimu seribu 
.
Nuranimu 
.
bukan ciptaan Yang Kuasa 
.
Hasratmu hitam, 
.
anyir dan busuk 
.
Noktahnya 
.
cemarkan kebersamaan, 
.
hancurkan kesepakatan 
.
Lidahmu 
.
hitam abu-abu 
.
berliur racun 
.
Bisikanmu panas 
.
merayu lonte-lonte jalanan 
.
Sungai ular
.
 tetap berdarah 
.
Saksi sejarah tragedi 
.
leher-leher PKI disembelih 
.
71 tahun Merdeka, 
.
kau tetap sama 
.
Berjubah generasi penerus, 
.
berkancut pengkhianat 
.
Teriakmu palsu 
.
dan lantang 
.
Barisan hitam
.
 siap porak-porandakan 
.
Berselimut kesatuan 
.
dan kebersamaan
.
 yang fatamorgana 
.
Gagak hitam 
.
aliansi nama yang menakutkan, 
.
teroris! 
.
Gelegar suaramu ‘’palsu’’ 
.
4 November
.
 kau sisipkan 
.
guna-guna ‘’wangi surgawi’’
.
 Bermahkota janji palsu 
.
menyesatkan 
.
Dan sundal-sundal jalanan pun 
.
merayap 
.
.
MERDEKA !! MEREDEJA !! MERDEKA !!

PALANG PALANG BERSORBAN MERAH DI TENGAH ILALANG


GUBERNUR JENDERAL PRESIDEN DAN KETUA PARTAI


GUBERNUR JENDERAL PRESIDEN DAN KETUA PARTAI


KISAH SBY, AGUS DAN KUDANYA DI KERAJAAN TUHAN PKI PERJUANGAN

Pasa suatu masa, di sebuah negeri yang dijajah oleh PKI PERJUANGAN dikisahkan, ada dua orang anak beranak yang ingin pergi ke suatu pasar untuk menjual seekor keledai. keadaan Bapak, Anak, dan keledai itu serba tanggung. Bapak itu berumur agak lanjut, tetapi masih cukup kuat untuk berjalan. Si Anak sendiri juga tanggung, ia adalah remaja yang belum dapat di sebut dewasa, tetapi juga tidak dapat lagi dikatakan anak-anak. Sementara si keledai, adalah keledai yang sehat kuat tetapi badannya beukuran agak kecil.

Pagi-pagi, berangkatlah mereka menuju pasar yang letaknya agak jauh dan harus ditempuh dalam perjalanan setengah hari. Bapak dan Anak, dengan membawa bekal makanan yang cukup untuk diperjalanan segera naik ke punggung keledai. Mereka menaiki keledai itu selama beberapa jam, hingga akhirnya tiba di sebuah kampung dengan kerumunan orang-orang. Demi melihat seekor keledai kecil dinaiki oleh Bapak dan Anak itu, berbisik-bisiklah orang-orang itu. Kemudian salah satu dari mereka berbicara.


“Hai, betapa malangnya nasib keledai kecil itu. Ia harus menanggung beban dua orang anak-beranak seperti kalian. Tidakkah kalian berpikir bahwa keledai itu bisa saja menjadi sangat menderita selama dalam perjalanan kalian?”

Setelah mendengar kata-kata orang kampung itu, akhirnya Si Bapak turun dari punggung keledai. Mereka kemudian meneruskan perjalanan menuju pasar dengan Si Bapak berjalan di samping keledai yang ditunggangi Si Anak. Mereka kembali berjalan menyusuri jalan-jalan yang sepi hingga kemudian mereka tiba lagi di sebuah kampung yang berbeda. 

Di kampung ini, mereka juga berpapasan dengan sekumpulan orang-orang yang berbisik-bisik. Si Bapak dan anaknya sadar, bahwa orang-orang kampung itu sedang berbisik-bisik membicarakan mereka. Lalu karena penasaran, bertanyalah Si Anak tentang apa sebenarnya yang membuat mereka berbisik-bisik. Lalu salah seorang dari kerumunan itu menjawab.

“Hai Anak Muda, lihatlah Bapakmu yang berjalan di sisi keledai itu. Tidaklah pantas kamu duduk di atas punggung keledai dengan santainya, sementara Bapakmu berjalan kaki di sampingmu. Di mana otakmu sehingga engkau sedemikian tega terhadap Bapakmu? Apakah kamu ingin menjadi anak yang tidak mempunyai rasa hormat dan kasih sayang kepada orang tua?”

Si Anak berpikir, lalu ia menyadari bahwa Bapaknya mungkin lebih pantas untuk duduk di atas keledai. Dialah yang seharusnya berjalan kaki.  Si Anak kemudian turun dari punggung keledai, dan ia meminta Si Bapak untuk naik. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju pasar. Si Anak kini berjalan bersisian dengan keledai.

Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di sebuah kampung yang lainnya. Di sini mereka juga bertemu dengan sekelompok orang. Orang-orang itu saling berbisik-bisik sambil memandangi kepada Bapak, Anak, dan keledai itu. Karena rasa penasaran akan apa yang dibisik-bisikkan oleh orang-orang itu, Si Bapak kemudian bertanya.

“Wahai Saudara-Saudaraku, apakah gerangan yang kalian bisik-bisikkan? Adakah sesuatu yang salah dengan kami?”

Salah seorang dari penduduk kampung itu berkata.

“Di mana rasa sayangmu terhadap anak itu? Anda bertubuh kuat, mengapa anak anda disuruh berjalan? Sungguh kamu ayah yang keterlaluan.” Katanya dengan lantang, sementara orang-orang lainnya mengiyakan.

“Duhai Saudara-Saudaraku, tahukah kalian bahwa kami telah melewati beberapa kampung sebelumnya. Dan, tidak ada satu carapun yang kami lakukan dianggap tepat. Kami berterima kasih atas perhatian kalian kedapa kami.”

Setelah memohon diri untuk melanjutkan perjalanan, Si Anak segera naik ke punggung keledai bersama Si Bapak. Keduanya menyusuri jalan menuju pasar yang masih separuh jalan. Ketika keledai kelelahan, mereka berhenti di sebuah pinggir danau dengan pemandangan yang indah. Mereka membuka bekal makanan yang telah disiapkan dari rumah, sementara keledai kecil itu merumput dengan senangnya dan minum dari air danau dengan puasnya.

HIKMAH CERITA:

Kadangkala, ada hal-hal yang bisa membuat terjadinya suatu perbedaan pendapat dalam memandang suatu permasalahan. Jika kita di posisi Si Bapak dan Anak dalam cerita ini, maka seharusnya kita memantapkan tekad untuk terus berpegang pada keyakinan kita. Bukankan lebih mudah jika keledai kecil itu ditunggangi secara bersama-sama, dan apabila keledai kelelahan maka mereka semua dapat berhenti untuk beristirahat? Selain itu, hikmah lainnya adalah kesabaran. Kadangkala dalam hidup ini, meskipun kita mempunyai tujuan yang baik dalam melakukan sesuatu, tetap saja ada orang yang menggunjing dan melihat hal-hal negatif lainnya yang mungkin tidak dapat dikesampingkan.

DEMO 9/11 : GANYANG PKI PERJUANGAN


Tuesday, November 1, 2016

Sang Ustadz, Preman dan Gigolo Istana

Dear, diary....
.
Kesabaran dan ketabahanku bersuamikan seorang mantan gigolo akhirnya hancur juga. Awal-awal menikah hingga masuk tahun kedua aku sudah terbiasa dengan celoteh para mantan klien suamiku. Pindah kota sedikit menenangkan kehidupanku, pindah negara makin menentramkan jiwaku.
.
Warna dan bahan saputangan yang diselipkan di saku celananya menjadi perhatianku setiap waktu. Hingga suatu senja, suamiku hendak keluar rumah. Sapu tangan yang dipakai berbahan batik warna biru.
.
Batik? Biru?
.
Haruskah kutanyakan artinya? Belum pernah kulihat suamiku memakai yang ini. Maka kuputuskan untuk menguntitnya. Tapi tak jadi. Kuminta saja seorang PI, detektif partikelir untuk membuntutinya.
.
PI mengirimkan foto dan video suamiku sedang bersama seseorang di sebuah kamar hotel melati. Mereka begitu mesra dan bergelora bagai dirasuki nafsu birahi yang tertahan dua purnama lamanya. Dan yang membuatku murka adalah karena suamiku harus membayar untuk itu.
.
Aku menunggu saat yang tepat untuk membuat perhitungan. Harus terencana rapi.
..........
"Mbak Sum..... mbak Suuum!!....."
.
Suara panggilan Diaz mengejutkan Sumi yang sedang membaca buku diary Surti, mamanya, yang meninggal seribu hari yang lalu.
.
Sumi bergegas meninggalkan kamarnya yang terletak di bagian belakang bersisian dengan dapur. Buku diary sudah aman disimpan di ruang rahasia di bawah tempat tidur. Ruang berukuran 60 cm x 60 cm setinggi 30 cm sepertinya dibuat oleh penghuni sebelumnya yang menempati apartemen di lantai 7 itu. Ditutup oleh permadani tebal, membuat ruang rahasia itu tak terlihat oleh siapapun.
.
"Iya, den... Den Diaz ingin sarapan apa pagi ini?'
.
"Hmm...... roti panggang isi daging cincang dan jus jeruk enak ngga ya?"
.
"Cocok itu, den. Kebetulan stok daging masih ada. Lusa mungkin tersisa daging terakhir"
.
"Taruh saja di meja makan kalau sudah jadi, mbak. Aku mau sholat subuh dulu"
.
Sumi pun menuju dapur sedang Diaz melangkah menuju ke kamarnya.Sumi terus mengamati hingga Agam masuk ke kamarnya.
.
"Tak terlalu ganteng memang, badannya terawat tanpa lemak dengan otot yang begitu keras terutama di bagian perut, sixpack istilahnya, tapi Diaz begitu alim, mungkin bisa mengalahkan kealiman pak ustadz yang biasa mengisi tauziah di musholla apartemen The Continent", batin Sumi sambil membayangkan musholla apartemen yang menghadap ke ITC Senayan.
.
Selesai sholat subuh, Diaz ke ruang tengah dan menjatuhkan badannya dalam posisi terlentang, dua tangan di belakang kepala, lalu sit up 33 kali, tiap sit up dia ucapkan Subhanallah. Selesai sit up, Diaz push up 33 kali, tiap push up dia lafalkan Alhamdulillah. Dilanjutkan dengan sit jump 33 kali yang tiap sit jump dipekikkan Allahu Akbar. Mengakhiri olahraga paginya, Diaz mengucapkan sholawat Nabi.
.
Masih berbalut peluh di sekujur tubuhnya, Diaz menuju meja makan.
.
"Kamu sudah sarapan, mbak Sum? sini makan bareng-bareng"
.
"Sudah, den. Saya bikin nasi goreng tadi"
.
Pukul 06:10, Diaz meninggalkan apartemen bernomor 729, sementara Sumi merapikan ruang-ruang di apartemen yang mereka tempati.
.
Sesekali Sumi pergi meninggalkan apartemen dengan berbagai tujuan dan keperluan, dan diusahakan sampai di apartemen sebelum Diaz pulang. Selebihnya Sumi menghabiskan waktunya di depan laptop menyelesaikan beberapa pekerjaan dari kliennya.
.
Saat-saat Diaz pulang ataupun ketika Diaz bangun tidur adalah hal yang sangat mendebarkan bagi Sumi. Dia harus selalu siap dan menyimak apapun yang terlontar keluar dari mulut Duaz. Seperti kejadian di suatu malam sehabis badai besar menerjang ibukota yang bahkan sampai merobohkan signage di lobi Senayan City. Sumi lelap tertidur di kamar belakang.
.
Kepulangan Diaz tak disadari oleh Sumi walaupun ponselnya selalu standby memonitor keberadaan Diaz.
.
"Mi..... Mami...... bangun, mi....."
.
Suara dan belaian Diaz mengejutkan Sumi yang sangat lelap tidurnya. Sumi dengan cepat berkonsentrasi untuk mengetahui situasi ini. Melihat pakaiannya yang tersibak, Sumi mulai sadar apa yang telah terjadi.
.
"Suka sekali sih mami tidur di kamar ini. Pindah yuk....."
.
Ajakan Diaz tak perlu dibantah. Sumi bangun sambil merapikan pakaiannya yang berantakan. Diaz pun beranjak keluar kamar. Samar-samar Sumi melihat siluet bayangan tubuh polos Diaz tertimpa cahaya ruang makan. Sumi pun tersenyum, senyum berjuta makna dan rasa.
.
"Papi duluan saja....... Mau aku buatkan kopi, pi?"
.
"Boleh, boleh. Cepetan ya, istriku yang seksi........"
.
Sumi pun membuat kopi kesukaan Diaz lalu membawanya ke kamar utama yang lebih besar. Diaz tampak sedang tiduran dengan posisi terlentang menunggu Sumi dengan sabar. Secangkir kopi yang masih mengepul tercium begitu harum memenuhi ruangan kamar. Menambah sensasi luar biasa bagi Diaz.
.
"Mami taruh saja kopi itu di meja....... Naiklah ke sini......."
.
Sumi mengerti apa yang diinginkan Diaz lalu meletakkan kopi itu di meja. Seperti yang sudah-sudah, kopi itu sudah mulai dingin saat Diaz menghirupnya dengan penuh kenikmatan seperti kenikmatan yang telah diberikan Diaz kepada Sumi sebelum meraih cangkir kopi itu.
.
Sesudahnya, Diaz tertidur dengan lelap. Sumi pun merapikan kamar itu lalu menutup pintu kamar Diaz. Sumi kembali ke kamar belakang. Dibukanya laptop dan menuliskan sesuatu beberapa halaman. Sumi pun tidur setelah menyimpan laptopnya.
..........
"Bi Sum..... Bibi Sumiii!!!"
.
Sumi tak kaget dengan suara Diaz yang memanggilnya dari dalam kamar. Diaz bangun kesiangan.
.
Sumi duduk di ruang tengah saat Diaz keluar kamar. Tampaknya Diaz sudah mandi dan berpakaian biasa saja pagi ini. Mengenakan t-shirt hitam dan bercelana jeans.
.
"Tolong buatkan nasi goreng cumi dong, bi Sumi. Dan siapkan juga aspirin ya, entah kenapa saat bangun tidur tadi, kepala ini bagai digodam palu Thorsi Pangeran Kegelapan"
.
"Iya, den Diaz...... tunggu sebentar ya, tak lama kok"
.
Sumi pun pergi ke dapur menyiapkan nasi goreng pesanan Diaz. Dan sementara itu Diaz tampak sedang asyik dengan iPhone7-nya. Dari minyak wangi dan kaos yang dikenakan Diaz, Sumi mengerti apa yang akan dilakukan Diaz hari ini.
.
Tak lama kemudian, Diaz pun menikmati nasi goreng kesukaannya. Lahap sekali makannya, bagai habis mencangkul sawah satu depa. Selesai makan, dilontarkan satu pil aspirin ke mulutnya lalu meneguk air putih.
.
Sambil berjalan ke ruang tengah, Diaz mengeluarkan sapu tangan di saku depan celana jeansnya. Sapu tangan berbahan batik berwarna merah itu dipakai menyeka mulutnya lalu diselipkan kembali ke saku belakang sebelah kanan celana jeansnya. Sapu tangan sedikit menyembul keluar membentuk lipatan segitiga.
.
Sebuah pesan WA masuk ke ponsel Sumi yang sedang duduk di bar dapur.
.
'Bagaimana perkembangan pasienmu, dr. Sumi?'
.
Sumi menghapus pesan itu segera, lalu membalas pesan dari boss suatu 'institusi' tempat Sumi bertugas.
.
'Membaik. Semakin membaik'
.
Sumi melongok Diaz yang kini sedang asyik menyedot rokoknya yang tinggal setengah. Dan tak lama menaruhnya di asbak lalu dimatikan dengan memutar-mutar rokok itu di dasar asbak.
.
"Aku pergi dulu, bi Sum......"
.
"Iya, den....... Hati-hati......"
.
Diaz berdiri dan berjalan menuju pintu. Perhatian Sumi tertuju pada sapu tangan berwarna merah yang terselip di saku kanan celana jeans Diaz.
.
Hah!!! Sapu tangan batik berwarna merah? Diselipkan di sebelah kanan? Siapa om-om hidung belang yang hendak dijumpai Diaz. Kepala Sumi bekerja keras mengeluarkan memori dalam lipatan-lipatan otaknya.
.
Setelah menguasai emosinya, Sumi menarik napas dalam-dalam dan tersenyum kecil sesudahnya.
.
Setelah Diaz pergi, Sumi pergi ke kamar belakang mengambil laptop lalu membawanya ke meja makan. Bagian akhir novelnya sepertinya sudah didapat Sumi..... dr. Sumi mengganti judul novelnya menjadi : Sang Ustadz, Preman dan Gigolo..... by Sasumi.
...........
Gimana sodara-sodara, ada pertanyaan atas cerita di atas? klo bingung, ngga usah khawatir, gue aja ngga bingung, apalagi loe-loe pade..... Udah dulu ye....... mau ke Korea...... eh Kroya ding......
.
Dan klo ente ente pade liat cowok pake sapu tangan batik warna merah, jangan asal tuduh mas broo..... bisa-bisa ente masuk UGD gara-gara dibogem tuh cowok.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
megu
.
.
.
.

AHOK PASTI MENANG

Puisi Ramon Damora

sorry men
gue baca yasin
bukan black campaign

gue cuman zikir
pengen diam
ngapain lo mikir
macam-macam

gue datangin
majelis taklim
lo sinis, ngeklaim
kampanye hitam

kasian lo, bro
bentar-bentar kepo
masjid masjid gue
qur'an qur'an gue
udah, jangan rese

sejak lahir
gue diazanin
islam haqqul yakin
lakum dinukum
waliyadin
stop ngerecokin

imam gue takbir
gue takbir
imam gue ngingetin
bahaya "waladhdhaallin"
semua kompak amin
simple, men
nggak usah cemen

nggak perlu juga kale
cari-cari simpati
bikin pencitraan
korban penzaliman
ayat-ayat suci

baru surat al maidah
satu ayat
lo marah-marah

ge-er amat

santai dong
jangan gotong-royong
nodong-nodong

jakarta perlu
orang super
bukan yang
bentar-bentar baper

gue pake songkok
pengen sujud rukuk
mencari ridho ilahi
buat nabung pahala

andai gue ahok
yang berani nyeletuk
kalau dia mati pasti
langsung masuk surga [***]

Ramon Damora adalah penyair dari Batam dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Riau.