Wednesday, August 3, 2011

Makam Imam Al Bukhari

DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.

Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.

Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.

Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”

Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”

Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.

Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”

Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya udah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”

Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.

Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.

Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.

Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.[t]

Muadzin

Sambil menunggu buka shaum bersama di masjid Istiqlal yang menyediakan segelas susu, kolak dan tiga potong kue, Megu bertanya kepada Muba.

“Menurut ente, suara siapa yang paling enak didengar dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya di TV??”, tanya Megu.

Muba menjawab sambil ngantuk-ngantuk,”Shahrini kali ya????”. Salah, jawab Megu.

“Smash pastinya”, jawab Muba semangat.
Megu timpali, “Ya, bukan juga dong”.

Muba masih berkeras menjawab lagi, “Pasti suara bang Ridho nih???”. Megu geleng kepala, tanda jawabannya salah.

“Yang betul suara muadzin Maghrib lah yang paling enak didengar dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya”, jawab Megu datar.

(masih lama banget nih nunggu si muadzin datang)

New Era : The Bilderberger 2

Jurnalis Inggris, Jon Ronson, yang pernah menulis buku tentang Bilderberg mengatakan, “Saya pikir, mereka tidak perlu menyulitkan diri dengan melaksanakan konferensi internasional yang sangat mahal ini dan menyulitkan diri untuk menyembunyikan diri dari media, mencoba berahasia, dan mengundang orang-orang terkuat di dunia, jika hanya sekedar untuk ngobrol dan main golf, sebagaimana yang mereka katakan. Saya sungguh sepakat bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap urusan dunia.”

Akar Konferensi Bilderberg bisa ditelusuri hingga ratusan tahun lalu. Berawal dari pertemuan rahasia di antara para pemilik uang abad ke-19, yaitu Rothchilds, Rockefellers, dan para bankir terkemuka di AS. Pertemuan yang paling signifikan terjadi di tahun 1910, dipimpin oleh seorang senator kaya bernama Nelson Aldrich. Pada malam hari, tanggal 22 November 1910, Sen. Aldrich, A.P. Andrews (asisten Menteri Keuangan AS), Paul Warburg dari Kuhn, Loeb & Co., Frank A. Vanderlip, (bos National City Bank of New York), Henry P. Davison dan Benjamin Strong dari J. P. Morgan Company, Charles D. Norton (bos National Bank of New York), secara diam-diam naik kereta api menuju Jekyll Island.

Orang-orang ini pemilik ¼ kekayaan dunia pada masa itu, sehingga sungguh aneh mereka bepergian dengan cara sederhana seperti itu (naik kereta biasa, tidak menyebutkan nama lengkap mereka dalam reservasi tiket, dll.).

(Catatan: selain menjadi anggota Freemanson, Nelson Aldrich juga kroni Rockefeller. Anak perempuannya, Abby, menikah dengan John D. Rockefeller Jr, dan melahirkan anak bernama Nelson Aldrich Rockefeller yang kelak menjadi wakil Presiden AS-wakil dari Presiden Gerald Ford. Aldrich adalah politisi yang sangat powerful di AS pada masa itu.)

Dua tahun sesudah pertemuan itu, yaitu tahun 1913, dibentuklah Federal Reserve, lembaga swasta yang mengelola keuangan AS. Saham Federal Reserved dikuasai oleh bankir-bankir asing, namun merekalah yang diberi hak untuk memproduksi uang dollar. Sejak itu, Pemerintah AS harus membeli dollar kepada Federal Reserve untuk menjalankan roda pemerintahan. Kisah ini diungkapkan oleh jurnalis, BC Forbes, pendiri majalah Forbes beberapa tahun kemudian.

Kejadian inilah yang kemudian disesali Presiden AS era itu, Woodrow Wilson. Dia berkata, “Our system of credit is concentrated in the hands of a few men. We have come to be one of the worst ruled, one of the most compeletely controlled and dominated government in the world.”

Pertemuan-demi pertemuan di antara para penguasa finansial dunia terus terjadi. Tapi sejak tahun 1954-lah diputuskan untuk diadakan pertemuan rutin tahunan. Pertemuan tahun 1954 diadakan di hotel Bilderberg, Belanda, dan kelompok ini kemudian menyebut diri Bilderberg. Pertemuan mereka selalu dirahasiakan, diadakan di tempat-tempat mewah yang jauh dari keramaian. Namun, ada saja jurnalis yang berhasil mengorek informasi. Setelah Forbes, jurnalis yang mengekspos pertemuan rahasia orang-orang elit dunia itu adalah Westbrook Pegler. Pada tahun 1957, Pegler menulis artikel-artikel tentang aktivitas kelompok rahasia ini (saat itu, Pegler belum mengetahui bahwa kelompok ini memberi nama pada diri mereka sendiri dengan ‘Bilderberg’).

Pegler menulis, “Sesuatu yang sangat misterius sedang terjadi ketika 67 orang yang self-qualified dan berkuasa atas nasib ekonomi dan politik dunia Barat pergi secara diam-diam di sebuah pulau di Brunswick dan tidak ada satu pun berita yang sampai ke publik, kecuali berita kecil dan rutin dari Associated Press.” Padahal, lapor Pegler, para jurnalis besar seperti Ralph McGill, dari The Atlanta Constitution, Arthur Hayes Sulzberget dariThe New York Times, dan Donald Graham dan Jimmy Lee Hoagland dari The Washington Post hadir juga dalam pertemuan itu.

Konferensi Bilderberg biasanya diadakan di sebuah resort mewah di kota kecil, di berbagai negara. Panitia konferensi biasanya memberikan press release ke koran lokal, hanya sekedar untuk pemberitahuan standar kepada penduduk lokal mengenai kehebohan yang tiba-tiba terjadi di kota mereka ketika datangnya tentara-tentara bersenjata, mobil-mobil mewah, helikopter, dan tamu-tamu entah darimana yang berunding secara tertutup. Awalnya mereka berusaha keras menghalangi munculnya kata ‘Bilderberg’ di media massa manapun. Namun, berkat kegigihan jurnalis-jurnalis independen yang dengan berbagai cara mengorek informasi, juga berkat semakin mudahnya komunikasi global melalui internet, kelompok rahasia ini terkuak. Bahkan kini ada sekelompok orang yang membentuk jejaring untuk terus memantau aktivitas Konferensi Bilderberg. Mereka berhari-hari ‘nongkrong’ di seputar lokasi konferensi, memotret, dan mengabarkannya kepada dunia melalui internet. Akhir-akhir ini, situs The Guardian juga sudah memuat liputan jurnalis independen ini terkait Bilderberg.

Pertanyaannya lagi-lagi, apa yang dibicarakan ketika orang-orang penting dunia itu bertemu tanpa mau diekspose media massa?

Sebelum menjawabnya, mari kita pelajari sekilas koneksi di antara tokoh-tokohnya. Tuan rumah Konferensi Bilderberg pertama tahun 1954 adalah Pangeran Bernard dari Belanda. Dia adalah pangeran kelahiran Jerman dan pemegang kartu anggota Nazi dan anggota SS. Lalu, tokoh lainnya, Prescott Bush (yang kelak dua anaknya, Bush Sr dan Bush Jr. akan menjadi presiden AS) adalah pejabat di WA Harriman & Co (yang dibacking oleh Averell Harriman dan konglomerat Jerman Fritz Thyssen), yaitu perusahaan finansial yang mengalirkan dana bagi Hitler dan Nazi. Dalam buku biografi Pangeran Bernard yang ditulis Alden Hatch, disebutkan bahwa Pangeran Bernard menganggap Bilderberg sebagai akar dari pembentukan European Community, yang kemudian menjadi European Union. Bahkan Pangeran Bernard mendeskripsikan tujuan utama Bilderberg adalah terwujudnya ‘pemerintahan dunia tunggal’.

Tokoh-tokoh yang rutin hadir di Konferensi Bilderberg antara lain Pangeran Bernard, Ratu Beatrix, Henry Kissinger, David Rockefeller, Nelson Rockefeller, Pangeran Philip (Inggris), Robert McNamara (mantan Presiden Bank Dunia), Margaret Thatcher, Valery Giscard D’Estaing (mantan Presiden Perancis, dan arsitek utama UU Uni Eropa), Donald Rumsfeld, Zbigniew Brzezinski, Alan Greenspan, dinasti Rothschild, Josef Ackermann (Deutsche Bank), Jorma Ollila (Nokia), Jeurgen Schrempp (DaimlerChrysler), Peter Sutherland (mantan Jenderal NATO, salah satu tokoh Goldman Sachs), James Wolfensohn (mantan Presiden Bank Dunia), Richard Perle (arsitek Perang Irak), Paul Wolfowitz (Presiden Bank Dunia). George W Bush ‘kebetulan’ berada di Belanda tahun 2005 untuk menghadiri peringatan Perang Dunia II, bertepatan dengan berlangsungnya Konferensi Bilderberg 2005.

Konferensi tahun 2008 dilaksanakan di Westfields Marriott Hotel in kota Chantilly. ‘Kebetulan’, saat itu Obama dijadwalkan akan menaiki pesawat dari Dulles International Airport (Dulles hanya berjarak 3 mil dari Chantilly) bersama para wartawan dari berbagai media massa, untuk menuju Chicago, markas kampanye Obama. Namun ternyata Obama sama sekali tidak naik ke pesawat. Para jurnalis dengan kesal bertanya-tanya kepada manajer kampanye Obama yang dengan terbata-bata berusaha menutup-nutupi kemana Obama pergi. Kejadian ini disiarkan di CNN.

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=NIPik872K64&w=425&h=349]

Bersamaan dengan itu, merebak berita bahwa Obama saat itu sedang bertemu dengan Hillary Clinton. Tidak ada berita yang memverifikasi di mana Hillary saat itu. Kecurigaan terbesar adalah keduanya hadir bersama di Konferensi Bilderberg, dan di sana berbagai negosiasi dilakukan. Keesokan harinya, Hillary Clinton mengumumkan pengunduran diri sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat dan memberikan dukungan kepada Obama. Obama pun menang, Hillary diangkat sebagai Menlu.

Untuk menjawab pertanyaan tadi: apa yang dibicarakan ketika orang-orang penting dunia itu bertemu tanpa mau diekspose media massa, karena tidak ada dokumen resmi, maka yang bisa dilakukan adalah meneliti sejarah, apa saja kejadian besar yang terjadi setelah Konferensi Bilderberg berlangsung, serta membandingkan dengan bocoran dari isi konferensi yang berhasil dikorek para jurnalis independen. Misalnya, di awal, tulisan ini, segera setelah pertemuan rahasia di Jekyll Island, Federal Reserve berdiri. Berdirinya Uni Eropa. Bill Clinton dan Tony Blair hadir di konferensi Bilderberg sebelum akhirnya mereka jadi Presiden AS dan PM Inggris. Berakhirnya Perang Dingin, turunnya Margaret Thatcher dari kursi PM Inggris, Perang Irak, invasi ke Libya, adalah di antara peristiwa-peristiwa besar yang dihasilkan oleh konferensi itu.
BBC (2003) pun pernah melaporkan konferensi ini, dengan kalimat berikut.

Secara resmi, [konferensi] ini didesripsikan sebagai pertemuan privat. Namun, dengan tamu-tamu bos perusahaan-perusahaan Eropa dan AS, pemimpin politik, dan intelektual, [konferensi] ini adalah salah satu organisasi yang paling berpengaruh di planet ini.”

Old Group : The Bilderberger 1

Ada sebuah kejadian yang luput dari perhatian publik dunia pada 9-12 Juni yang lalu, yaitu Konferensi Bilderberg yang berlangsung di St. Moritz, Swiss. Konferensi ini selalu dilaksanakan sejak tahun 1954 dan selalu dirahasiakan. Padahal, yang menghadiri konferensi ini adalah orang-orang besar dari berbagai negara, mulai dari kepala negara, kepala kerajaan, pejabat-pejabat tinggi lembaga-lembaga keuangan global, bos perusahaan-perusahaan transnasional, bos media massa, menteri-menteri dari berbagai negara.

Berkat internet, pertemuan kelompok rahasia ini akhirnya terkuak ke publik. Bahkan kini ada semacam kelompok yang selalu gigih memonitor kinerja orang-orang Bilderberg. Mereka orang-orang yang peduli dengan apa yang terjadi di dunia ini, menjalin jejaring via internet, datang secara independen dari berbagai negara, duduk berhari-hari ‘nongkrongin’ pertemuan Bilderberger, mencari-cari tahu siapa yang datang dan apa yang dibicarakan, dan mempostingnya di internet. Bahkan mereka gigih main kucing-kucingan, sehingga akhirnya tahu bahwa lokasi Konferensi ternyata bukan lagi di Kempinski Hotel, tapi di Suvretta Hotel.

Tentu, upaya mereka ini bukan tanpa kendala. Pasukan keamanan khusus yang menjaga konferensi mengusir mereka. Aneh sekali, pasukan keamanan ini ‘tanpa negara’. Jadi misalnya, tahun 2011 ini konferensi dilakukan di Swiss, bukan aparat keamanan Swiss yang menjaga, tapi pasukan keamanan ‘entah dari mana’.

Dengan berbagai cara, para pengamat Bilderberg mencari tahu siapa saja yang hadir dalam konferensi. Mereka mendapatkan list-nya, tapi mereka pun juga gigh memotret, sehingga akhirnya ketahuan ada orang-orang yang juga hadir tapi namanya tidak ada dalam list.Terkadang, para pengamat Bilderberg ini tidak mengenali siapa saja orang-orang yang hadir. Mereka pun memotret ala papparazzi, lalu foto diposting di internet dengan  f. Lambat laun, berkat kegigihan para ‘pengamat Bilderberg’ ini, perhatian publik semakin meningkat, dan suara-suara protes mulai terdengar. Orang-orang Bilderberg pun terpaksa membuat sebuah x untuk mengklarifikasi bahwa pertemuan mereka hanya bersifat tidak resmi dan bertujuan untuk mendiskusikan masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Bilderberg’s only activity is its annual Conference. At the meetings, no resolutions are proposed, no votes taken, and no policy statements issued. Desain dan isi website ini sangat sederhana, apalagi bila diingat bahwa hadirin konferensi Bilderberger adalah orang-orang terkaya dan paling berpengaruh di dunia, mereka datang dengan pesawat atau heli pribadi, naik limusin, menginap berhari-hari di hotel supermewah.

Pertanyaannya, bila benar hanya pertemuan biasa, mengapa sedemikian dirahasiakan? Hotel tempat menginap para peserta konferensi bahkan ditutup tabir kain. Ini foto yang diambil oleh salah seorang pengamat Bilderberg, Charlie Skelton, yang laporannya dimuat di situs T

Dalam pertemuan Bilderberger tahun ini pun, terkuak adanya bintang tamu baru (yang sebelumnya tidak diundang), yaitu Wakil Menlu China, Fu Ying.

Jika benar Konferensi Bilderberg hanya sekedar diskusi dan demi kebaikan dunia, mengapa orang-orang tenar yang hadir itu tidak memberikan pernyataan pers? Bukankah itu bagus buat citra mereka? Jika benar bos Deutsche Bank, bos British Petroleum, David Rockefeller, Henry Kissinger, Ratu Belanda yang hadir dalam konferensi itu benar-benar peduli dengan nasib dunia yang carut-marut itu dan bersedia meluangkan waktu empat hari untuk berdiskusi di Swiss, mengapa mereka tidak memberikan pernyataan apapun? Atau, yah, minimalnya tampil di publik, senyum-senyum, dan melambai-lambaikan tangannya? Mengapa hotel tempat konferensi harus ditutupi tabir kain? Mengapa harus sembunyi di limusin berkaca hitam? Mengapa ratusan peserta konferensi harus datang sembunyi-sembunyi dan tak satu pun mau menjelaskan apapun (padahal sebagian mereka ada bos-bos media terkemuka dunia)?

Anda penasaran, apa dan siapa sebenarnya Konferensi Bilderberg? Silahkan browsing sendiri, banyak kok.. atau nantikan postingan saya selanjutnya.