Saturday, October 22, 2011

Bangsa Khazar, Teori Suku Ketigabelas dan Tanah Palestina



Apa itu bangsa Khazar?

Di antara kaum non-Bani Israil yang menganut agama Yahudi yang paling penting dan paling menonjol di dalam sejarah adalah bangsa Khazar. Orang-orang Khazar merupakan bangsa keturunan Turki, dimana ada satu riwayat menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Japeth bin Nuh dan menjalin hubungan pernikahan dengan keturunan Ibrahim ’alahissalam, dari istri Arabnya yang bernama Qantura/Keturah binti Maqtur yang berhijrah dan mendiami jazirah Khurasan.

Mereka mendiami wilayah di bagian Utara Laut Hitam, yang sekarang ini merupakan bagian dari wilayah Rusia, berbatasan dengan Kekhalifahan Islam di sebelah selatan dan tenggara, dan dengan Byzantium di sebelah barat dan baratdaya.

Bagaimana Dengan Sejarah Kerajaan Khazar?

Kerajaan Khazar eksis sejak abad ke-7 dan bertahan selama beberapa abad lamanya, setidaknya sampai abad ke-10/11. Pada awalnya mereka menganut paganisme dan shamanisme, namun sejak pertengahan abad ke-9 mereka menganut agama Yahudi.

Nama Khazar disebutkan dalam banyak literatur muslim pada masa itu, walaupun tidak secara detail. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, matematikawan muslim, pernah dikirim oleh Khalifah ke Khazar, entah untuk keperluan apa. Misi untuk mencari tembok Ya’juj Ma’juj, juga melalui kerajaan ini dan mendapat bantuan dari penguasa Khazar, Tarkhan. Sejak pertengahan abad ke-7, bangsa Khazar menjadi kekuatan yang dominan di wilayah Kaukasia dan memainkan peranan penting dalam perdagangan antara dunia Islam dengan wilayah-wilayah di sekitarnya selama 3 abad berikutnya.

Masa-masa perang dan damai dengan tetangga-tetangganya yang Muslim (Abbasiyah) dan Kristen (Byzantium), serta interaksi dengan orang-orang Yahudi yang bermigrasi ke Khazaria sejak abad ke-8, mendorong penguasa Khazar untuk memilih salah satu dari tiga agama tersebut. Pada pertengahan abad ke-9, Raja Vulant mengundang tokoh-tokoh agama Yahudi, Kristen dan Islam untuk mengetahui doktrin dan ajaran masing-masing agama. Ia kemudian memilih Yahudi sebagai agamanya, dan belakangan menjadikannya sebagai agama resmi kerajaan. Kira-kira tiga abad kemudian, Yehuda ha-Levi, seorang filsuf Yahudi di Andalusia, menulis sebuah kitab berjudul Sefer ha-Kuzari (Kitab al-Khazari), sebuah kitab yang lebih ditujukan untuk menunjukkan keunggulan teologis Yahudi melalui kisah dialog antara penguasa Khazar dengan tokoh-tokoh agama, ketimbang aspek historis dari proses konversi itu sendiri.

Diceritakan bahwa setelah berdialog dengan ketiga tokoh agama tersebut, dan juga dengan seorang filsuf, penguasa Khazar dan wazirnya melakukan perjalanan ke daerah pegunungan hingga pada suatu malam tiba di sebuah gua dan berjumpa dengan orang-orang Yahudi yang tengah merayakan hari Sabath. Dengan merahasiakan identitasnya, mereka kemudian berkonversi ke agama Yahudi dan disunat di gua tersebut. Setelah itu mereka kembali ke kerajaan dan mempelajari hukum-hukum Yahudi lebih jauh, tapi masih merahasiakan ke-Yahudi-an mereka untuk beberapa waktu lamanya. Secara bertahap mereka kemudian mengumumkan agama baru mereka dan mendorong masyarakat Khazar untuk memeluk agama Yahudi.

Ha-Levi juga menjelaskan bahwa buku-buku sejarah mereka juga menyebutkan tentang kemakmuran mereka, bagaimana mereka mengalahkan musuh, menaklukkan wilayah-wilayah lawan, dan mendapatkan harta pampasan yang besar, betapa mereka menyintai keyakinan mereka dan memendam rindu terhadap Rumah Suci, sampai-sampai mereka membuat sebuah tabernakel seperti yang pernah dibuat oleh Musa. Mereka juga menghargai dan menyambut orang-orang keturunan Israil yang hidup di tengah-tengah mereka.

Penguasa-penguasa Khazar berikutnya meneruskan kebijakan ini. Mereka menganut agama Yahudi secara sungguh-sungguh, membangun sinagog di wilayah Khazar, mengundang rabbi-rabbi Yahudi dari negeri-negeri lain untuk datang dan mengajar di negeri mereka, dan mendorong konversi lebih jauh masyarakatnya ke dalam agama Yahudi. Dengan demikian, walaupun ada sebagian masyarakat Khazar yang menganut Islam dan juga Kristen, sebagian besar bangsa Khazar kemudian menjadi penganut Yahudi. Sejak saat itu, terutama sejak abad ke-10, bangsa Khazar secara umum dikenal sebagai penganut Yahudi.

Yehuda ha-Levi, yang telah kami sebutkan di atas, bukan tokoh Yahudi pertama di Andalusia yang mengetahui tentang keberadaan Yahudi Khazar. Pada tahun 950, seorang tokoh Yahudi lainnya di Andalusia, Hasdai ibn Shaprut, telah mendengar tentang keberadaan kerajaan Yahudi Khazar yang terletak jauh dari tempat tinggalnya itu. Ia berusaha mengirimkan sebuah surat kepada penguasa Khazar untuk mendapatkan informasi lebih dalam. Upayanya yang pertama gagal dan suratnya hanya mencapai Konstantinopel. Tapi sebagai gantinya ia mendapatkan informasi tentang sejarah Khazar dari seorang Yahudi Khazar di Konstantinopel melalui sebuah surat yang kini dikenal sebagai Schechter Letter. Surat itu menjelaskan bahwa bangsa Khazar dan Yahudi yang bermigrasi dari Armenia saling menikah satu sama lain dan menjadi bangsa yang satu.

Bagaimana Sejarah 12 Suku Bani Israil?

Di antara kaum bukan Bani Israil yang menganut agama Yahudi yang paling menonjol di dalam catatan sejarah sepanjang masa adalah suku bangsa Khazar. Setiap kali mendengar istilah Yahudi, sebagian orang mungkin membayangkan istilah ini mewakili dua hal sekaligus, agama dan bangsa atau ras Yahudi. Dengan kata lain, Yahudi merupakan agama yang dianut oleh orang-orang berdarah Yahudi (Bani Israil). Agama Yahudi memang biasanya dinisbatkan kepada keturunan Israil (Nabi Ya’qub ’alaihissalam), yang terdiri dari 12 suku, dan bukan kepada selain mereka dan keturunannya.

Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam mempunyai dua orang putra dari dua orang istri yang berbeda. Kedua putra tersebut, yang pertama bernama Ismail (Hajar) dan yang kedua bernama Ishak (Sarah). Salah seorang putra Ishak bernama Ya'kub, juga dikenal sebagai Israil. Selama hidupnya Ya'kub mempunyai dua belas putra, dan pada akhirnya ia dan semua anak-anaknya bermukim di Mesir. Putra-putra Ya'kub dikenal secara bersama sebagai suku Israil, pada waktunya masing-masing dari mereka menjadi kepala suku. Jadi, dengan demikian mereka bersama-sama dengan keturunannya membentuk dua belas suku asli Israil. Nama-nama dari kedua belas putra Nabi Ya'kub menjadi nama dari dua belas suku, mereka adalah Reuben, Simeon, Levi, Yehuda, Issachery, Zebuleun, Benjamin, Daniel, Naphtalye, Gad, Asher dan Joseph.

Dalam perjalanan waktu, kedua belas suku Israil tumbuh berkembang dengan jumlahnya yang kian banyak dan mereka saat itu ditindas serta diperbudak oleh Fira'un dan orang-orang Mesir. Selama waktu penindasan ini Nabi Musa ‘Alaihissallam lahir dari rahim seorang wanita Suku Levi.

Kita mengetahui bahwa di sepanjang sejarah dan juga pada hari ini, ada banyak orang berdarah Yahudi yang menganut keyakinan selain Yahudi, ada yang menganut Islam, Kristen, ataupun atheisme. Tapi banyak orang mungkin tidak membayangkan adanya bangsa non-Yahudi, bangsa di luar kedua belas suku Israil, yang menganut Yudaisme. Kenyataannya, ada beberapa suku bangsa non-Bani Israil yang menganut Yudaisme.

Adakah Teori Suku Ketigabelas?

Sekarang ini, kita tidak mendengar lagi adanya negeri atau wilayah bernama Khazaria, bangsa bernama Khazar, atau bahkan sebutan Yahudi Khazar. Sebagian peneliti dan penulis kontemporer, seperti Arthur Koestler dalam bukunya The Thirteenth Tribe: Khazar Empire and It’s Heritage, mengemukakan teori bahwa orang-orang Yahudi Eropa, atau yang dikenal sebagai Yahudi Askhenazi, sebetulnya merupakan keturunan Khazar, atau setidaknya banyak dipengaruhi oleh ras bangsa Khazar, dan bukan murni keturunan Israil. Dengan kata lain, kebanyakan orang-orang Yahudi sekarang ini dikatakan tidak berasal dari dua belas suku Israil, melainkan berasal dari ’suku yang ke-13’ yaitu suku bangsa Khazar.

Perdebatan tentang asal-usul Yahudi Askhenazi ini menjadi penting mengingat kelompok Askhenazi mewakili 80% komposisi Yahudi dunia pada hari ini. Teori asal-usul non-Yahudi pada kaum Askhenazi ini bukannya tanpa dasar sama sekali, terlebih lagi upaya dakwah dan konversi terhadap orang-orang non-Bani Israil di Eropa juga terjadi terhadap beberapa bangsa Eropa Timur selain Khazar. Teori ini telah menggugat klaim orang-orang Yahudi kontemporer terhadap Tanah Palestina dan melemahkan legitimasi mereka untuk terus menguasai wilayah tersebut. Sebab sekiranya mereka bukan keturunan Bani Israil yang dulu pernah mendiami Palestina, maka atas alasan apa mereka mengklaim hak untuk kembali ke sana? Teori ini tentu saja menimbulkan rasa tidak suka di kalangan orang-orang Yahudi, khususnya para pendukung Zionisme, yang melabeli para pendukung teori tersebut sebagai penganut anti-Semitisme.

Kesaksian Raja Joseph

Adalah menarik untuk dicatat agar jelas permasalahannya, dimana dalam hal ini Hasdai ibn Shaprut bertanya dalam suratnya kepada Raja Joseph apakah suku Yahudi Khazar mempunyai hubungan dengan sepuluh suku 'yang hilang' – yaitu sepuluh suku dari Israil yang seperti kita telah ketahui, menjadi dikenal sebagai bangsa Israil (sebagai lawan dua yang lain, yang menjadi dikenal sebagai Judahites), dan siapa yang dipungkiri oleh Judahites, dan siapa yang 'hilang' setelah terjadi penaklukkan oleh bangsa Assyria.

Raja Joseph dengan pasti menyatakan di dalam jawabannya bahwa tidak ada hubungan seperti apapun juga. Dalam menjelaskan silsilah dari rakyatnya, Raja Joseph, tulis Arthur Koestler di dalam bukunya, The Thirteenth Tribe, "Tidak bisa dan tidak, klaim bagi keturunan Semit; ia merunut jalur keluarga mereka bukan kepada Sem tetapi kepada putra Nuh yang ketiga, Japeth; atau lebih tepat kepada cucu lelaki Japeth, Togarma, nenek moyang semua suku Turki".

Jawaban dari Raja Joseph sangat penting, tidak hanya karena menunjukkan dengan meyakinkan bahwa Yahudi Khazar bukanlah Semitik, tetapi juga karena, seperti kita akan lihat dalam rincian yang lebih besar selanjutnya paman Togarma adalah Ma'juj (Magog).

Ini berarti bahwa sangat mungkin bahwa nubuatan-nubuatan Bibel dan al-Qur'an, beserta nubuatan-nubuatan yang dibuat oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai Ya'juj wa Ma'juj (Gog dan Magog), secara langsung relevan terhadap aktivitas dan tujuan masa depan Yahudi Khazar.

Mengapa Tanah Palestina?

Belum lama ini seorang Profesor Sejarah di Tel Aviv University, Shlomo Sand, menulis sebuah buku berjudul The Invention of the Jewish People (terbit pertama kali dalam bahasa Ibrani pada tahun 2008 dan versi Inggrisnya terbit tahun 2009). Dalam buku tersebut ia juga mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kebanyakan orang-orang Yahudi di Eropa Tengah dan Timur merupakan keturunan Khazar yang menganut Yudaisme. Baginya tidak ada bangsa Yahudi (Jewish People), yang ada hanyalah komunitas-komunitas beragama Yahudi yang dikonversikan di sepanjang sejarah Yahudi. Lebih jauh ia menolak pendapat populer yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi telah diusir keluar dari Palestina dan karenanya wajib untuk kembali ke Palestina.

Menurutnya bangsa Romawi tidak pernah mengusir keluar orang-orang Yahudi dari Palestina dan orang-orang Yahudi sendiri tidak melakukan eksodus keluar dari wilayah itu. Kebanyakan orang-orang Yahudi tetap tinggal di Palestina, dan pada saat Islam masuk ke daerah itu kebanyakan mereka masuk Islam, berbaur dengan orang-orang Arab, dan menjadi nenek moyang orang-orang Arab-Palestina yang ada sekarang. Secara umum Shlomo Sand berpendapat bahwa ide tentang bangsa Yahudi merupakan kreasi (invention) para Sejarawan Yahudi abad ke-19 dan 20 yang menjadi sumbangan bagi Zionisme.

Memang tidak mudah untuk memastikan apakah orang-orang Yahudi Askhenazi merupakan keturunan Khazar atau betul-betul berdarah Semitik. Belakangan ini banyak dilakukan penelitian DNA oleh para ahli untuk melacak asal-usul biologis orang-orang Yahudi modern. Banyak dari studi ini menunjukkan bahwa secara paternal, orang-orang Yahudi yang ada sekarang memiliki asal usul genetis Timur Tengah. Kromosom Y (kromosom yang hanya diwarisi dari jalur bapak) yang ada pada mereka, mirip dengan yang dimiliki orang-orang Arab yang ada di Palestina, Lebanon, dan Syria. Tapi hal ini tidak sepenuhnya menghapus kemungkinan adanya percampuran dengan ras non-Yahudi.

Bagaimana Hasil Tes Laboratorium DNA Bangsa Khazar?

Penelitian DNA keturunan Yahudi Askhenazi yang dilakukan oleh Almut Nebel dan timnya menunjukkan bahwa walaupun secara genetik mereka lebih dekat dengan orang-orang Yahudi dan Arab di Timur Tengah, tetapi ada frekuensi R-M17 yang cukup tinggi (11,5%) pada kromosom Y mereka. R-M17 merupakan kromosom Y yang dominan di kalangan masyarakat Eropa Timur. Ini mungkin merepresentasikan adanya pengaruh genetik dari bangsa Khazar. Adapun dari jalur maternal, masih ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli genetik apakah kaum lelaki Yahudi yang bermigrasi ke Eropa menikah dengan perempuan setempat atau membawa serta pasangan-pasangan Yahudi mereka dari Timur Tengah. Secara umum dapat dikatakan bahwa penelitian DNA atas kaum Yahudi yang dilakukan dalam satu dekade terakhir ini, dan kebanyakannya dipimpin oleh para ilmuwan yang berbasis di Israil, menguatkan klaim orisinalitas semitik kaum Yahudi modern, walaupun tidak dalam artian ras yang murni.

Adakah Alasan Kuat Untuk Merampas Tanah Palestina?

Apakah orang-orang Yahudi, termasuk Yahudi Askhenazi, yang ada sekarang memiliki ras yang murni atau tidak bukanlah sesuatu yang terlalu penting. Sekiranya mereka memang keturunan Israil (Ya’qub ’alaihissalam), mereka tetap tidak berhak merampas tanah Palestina dan berlaku zalim terhadap penduduknya. Mereka justru seharusnya malu karena perilaku mereka sama sekali tidak menunjukkan kemuliaan nenek moyang mereka yang banyak melahirkan nabi-nabi dan orang-orang shalih. Dan sekiranya Yahudi Askhenazi ternyata memang kebanyakannya keturunan Khazar, dan bukan Bani Israil, seharusnya mereka lebih malu lagi, karena dusta yang telah mereka sebarluaskan demi merampas tanah orang lain.

Palestina Merdeka, Kenapa Tidak?

Perjuangan rakyat Palestina mendapatkan satu kursi di PBB hingga kini masih terkendala. Baru UNESCO saja yang mengakui dan memberikan sedikit ruang dalam organisasi tersebut. Tanah Palestina masa lampau, hari ini dan yang akan datang sepertinya tiada akan ada ujungnya. Hingga kapan?

Palestina Akhirnya Milik Suku Bangsa Khazar, Lalu Apa?

Jika akhirnya Tanah Palestina berhasil seluruhnya dikuasai oleh suku bangsa Khazar dan tak ada lagi negara Palestina, lalu apa cerita selanjutnya. Adakah upaya invasi ke delapan penjuru mata angin seperti yang dilakukan oleh para leluhur bangsa Khazar?

Atau diam-diam secara tak sadar seluruh warga bumi sudah dalam cengkeraman mereka. Lihatlah simbol-simbol, panji-panji dan logo mereka yang tersemat dalam nama-nama perusahaan raksasa yang sekarang berkuasa di bumi. Maklumat akan munculnya Kerajaan Langit sepertinya hanya menunggu waktu saja.