Tuesday, December 25, 2012

Berhala pun Punya Asa dan Rasa

aku perhatikan ada manusia mendekat. berpakaian bak bangsawan masa lalu. ia merasa sebagai titisan darah Sriwijaya dan Majapahit hingga merasa paling hebat dan sengit.
"akulah calon pemimpin negeri ini. tak ada yang bisa membendung dan menghalangiku"
hmmmm.... suaranya lumayan keras dan lantang juga.
"apalagi hanya kau yang cuma batu kusam dan lapuk berlumut oleh waktu"
ow ow ow..... congkak ya? mau apa sih manusia satu ini.
"lihat di sana. buldozer siap meratakan kamu dengan tanah. patung tak berguna"
ups.... batas sudah dilangkahi.
"dan kamu tak bisa apa-apa. hanya diam kaku membisu. bahkan mengusir lalat di punggungmu pun kau tak sanggup. akulah raja masa depan negeri ini... hag hag hag...."
secepat kilat kuangkat tangan besarku, kuraih tubuh kecilnya dan kulahap sekali telan masuk ke dalam perutku. manusia keseribu yang kumakan hingga hari ini.

Yasmin Brengsek Sialan Dangkalan.... Cuih... Cuih... Cuih...

"Yasmin brengsek....."
"what?! what?!..... are you okey?"
"sialan dangkalan..... dasar sundal....."
"oh my God..... may God Bless U...."
"cuih.... cuih..... cuih....."
"enaugh.... enaugh..... what's happen?"
"ikan goreng gue diembat Yasmin"
"ikan peda gue juga pagi tadi dibawa lari Yasmin"
"awas loe Yasmin... kalo ketemu bakalan gue sate loe. sate Yasmin.... anjing buduk sialan....."
"punya siapa sih?"
"non Delfi....."
"ampuuun..... anaknya Tuan Besar..... biarin deh ikan peda gue dimakan ame Yasmin"

Gubernur Kepala Batu

"kasih mobil-mobilan itu ke dedek"
"ngga mau. aku suka mobil-mobilan ini"
"kakak sudah punya robot ijo. masa punya dedek diambil juga"
"biarin"
"cepat kasihkan ke dedek"
"ngga mau"
"ayo cepat.... nanti dedek keburu ngambek"
"ngga. ngga. ngga....."
bug.... bug.... bug....
tinju dedek mendarat di perut, wajah dan kepala kakak yang paling suka dipanggil gubernur. ya.... gubernur kepala batu..... tapi cengeng.
huuu... huuu... huuu... kakak pun menangis sambil berlari ke kamar mami.
aku hanya tersenyum. dedek pun tersenyum lalu kembali dengan asyiknya bermain dengan mobil-mobilan yang baru aku beli siang tadi.

Gadis Berpayung Hitam Menunggu Malam

di halte ini aku ternyata tak berdiri sendiri. tiga langkah di kiriku ada gadis manis berbaju hitam dan memegang payung hitam. kulitnya putih cerah, rambutnya ikal sebahu, alisnya hitam tebal, matanya coklat abu-abu. berdiri ia terpaku. tak menghiraukan bis yang baru lalu. satu. dua..... hingga lima bis tak ada yang ia tuju.
datang bocah kecil membawa dua payung.
"ojek, kak?"
aku hanya menggeleng dan bergeser merapat ke si gadis yang tetap diam mematung.
"nunggu mobil apa?"
"S-62"
hmmm..... mau ke Manggarai rupanya.
tapi tiba-tiba gadis itu berlari menyeberang jalan dengan cepat sekali. aku terkesiap bukan alang kepalang karena dari arah berlawanan sebuah sedan melaju kencang.
"heee...... awaaas!!!!"
bocah tadi kaget demi mendengar teriakanku.
"kakak kenapa?"
kutoleh bocah itu yang tanpa ekspresi dan tiada peduli akan nasib si gadis berpayung hitam.
kulihat lagi ke jalan segera.
he..... kemana gadis tadi. tak ada suara tabrakan atau rem mobil. sedan tadi melaju biasa saja.
"kamu lihat kemana gadis berpayung hitam di sampingku barusan?"
"berbaju hitam?'
"iya.... iya.... berbaju hitam... kemana?"
"dia ibuku"
"ibu kamu?"
"iya.... meninggal 7 tahun lalu saat menyeberang di sini...."
"hah??!! itu ibu kamu. muda sekali. seperti baru kelas 2 SMA. sudah meninggal?"
"ibuku meninggal saat aku masih berumur 7 bulan di dalam perutnya"
"............"
.
.
.
Gang Potlot, 19 April 1980.

Cinta Lokasi Sang Duta Budaya

pemerintah menunjuk Oneng sebagai duta budaya 2013. dengan wajah yang dimilikinya maka akan mewakili negara secara keseluruhan. dimanapun Oneng dikirim, tak mungkin mereka mengira Oneng itu orang Thai, Lao, Nam, Kamboja atau Rohingya.
tugas kali ini disambut Oneng dengan sukacita. ke negara yang namanya baru sekali saja didengar.
singkat cerita, Oneng sudah 4 bulan di sana dan sudah punya kekasih orang lokal dari suku Xoxa, namanya K'udur. entah yang beruntung si Oneng atau musibah bagi K'udur yang rupanya malu berjalan sama Oneng yang tak mau pakai busana adat suku Xoxa.
apalagi si Oneng kalau berjalan berduaan sama K'udur suka salah rendeng tangan, main tarik aja 'tangan' ketiga si K'udur.
makanya kemana-mana ngga pernah lupa si Oneng bawa tissue basah wangi.
semoga cinta mereka abadi.

Megu dan Anak Penjaga Pintu Istana

"Megu!!!"
aku menghampiri bocah yang duduk di bawah pohon rasamala. di tangannya tergenggam makanan kesukaanku. kacang.
"Megu!!!"
genggaman kedua dibuka. kacang kesukaanku.
husss..... husss.....
dia menghalau rusa-rusa lainnya.
"Megu....."
kali ini aku harus turuti kemauannya. entah bagaimana bocah ini bisa mengerti bahasaku dan keinginanku dan keinginannya.
setelah selesai dia usap tandukku dan kacang di sakupun diberikan sebagai bonus untukku.
"Aru!!!"
panggilan keras dari arah pintu. bocah itupun berdiri dan berlari menuju pos di pintu masuk istana. ayahnya sudah selesai tugas jaga rupanya.
aku kembali ke kawananku di bawah pokok beringin. dan sorepun mulai memudar. langit menjadi milik kalong-kalong yang akan terbang mencari makan.
.
.
.
Kebun Raya Bogor, 4 Juli 1976.

Hari Ini Hanya Terjual Satu

kulihat dua keranjang di kiri kanan. dari pagi hingga malam utuh tak tersentuh. enam di kiri berwarna warni. tujuh di kanan bagai pelangi. kupilih satu dan kuberikan uang hijauku. dia hanya tertunduk selalu. selalu. dan selalu. aku hanya butuh satu. tapi dagangannya belum laku barang satu.
akupun lalu.
dia sudah lupa siapa aku.
masih ingatkah aku akan dia? atau berusaha menghapus semuanya akan segala sesuatu tentang dia.
aku tak berdaya.
sangat tak berdaya.
mungkin aku lebih menderita dari dia.
entahlah.
dan......
braakkk.....
mobil itu menghantam tubuhku....
lalu aku melihat tubuhku terbujur kaku. kuasa putih terus membawaku pergi menjauh. dalam malam pekat yang hening syahdu dalam alunan lagu merdu mendayu........