Thursday, May 8, 2014

karyanya bikin malu GRAPHICS DESIGNER

rekayasa kampungan PANASBUNG

dulu pura2 di SADAP sekarang pura2 bikin poster RIP

made in PANASBUNG...... biar gaduh dan PKS yg dituduh.....

REST IN PLEAAAASEEE........

Telah meninggal dengan tenang pada hari Minggu 4 Mei 2014 pukul 15.30 WIB, suami, ayah, dan capres kami tercinta satu-satunya. Itulah kalimat yang tertera dalam gambar yang disebar lewat Twitter dan Facebook. Dalam gambar tersebut tercantum nama Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang meninggal dalam usia 53 tahun. Jokowi, capres PDIP-NasDem itu telah dinyatakan meninggal dunia.

Syukur alhamdulillah jika memang Jokowi benar-benar sudah wafat. Orang yang meninggal biasanya dikatakan sebagai “telah berpulang”, “telah selamat”, atau yang lainnya.

Meninggal atau wafat pada hakekatnya adalah lepasnya roh dari raga. Raga adalah wujud kasar ciptaan Allah yang fana. Sedang roh diciptaan Allah dalam bentuk ghaib yang tidak tampak.

Raga disimbolkan sebagai cangkang atau penjara bagi roh. Karenanya lepasnya roh dari cangkang disebut juga sebagai “selamat”. Dengan lepasnya roh dari raga, maka nafsu-nafsu keduniaan pun seketika sirna. Roh tidak lagi dikangkangi oleh nafsu-nafsu kotor seperti korup, syahwat, bohong, dan lain sebaginya.

Dengan telah meninggal dunianya, Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong, tidak mungkin lagi menerima suap seperti yang dilakukan oleh kader terbaik PKS Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq yang kini diimani oleh alit partainya sebagai gambaran Nabi Yusuf. Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong pun tidak mungkin lagi mengumbar nafsu syahwat kebinatangannya sebagaimana pengepul dana terbaik PKS Ustadz Ahmad Fathanah yang perzinahan di hotel-hotel berbintang limanya dicukongi sendiri oleh Presiden PKS waktu itu Ustadz Luthfi Hasa Ishaaq. Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong pun tidak mungkin lagi bisa berbohong atau membodohi orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh kader terbaik PKS Ustadz Hidayat Nurwahid yang membodohi publik dengan menyatakan kasus suap yang melibatkan para qiyadah PKS sebagai konspirasi zionis.

Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang sudah wafat ini pun tidak mungkin lagi melakukan penculikan, pembunuhan, dan tindak pelanggaran HAM berat lainnya seperti yang ditudingkan pada Prabowo Subianto. Bahkan, untuk sekedar melampiaskan kemarahannya dengan melempar handphon atau melepaska tembakan pun tidak lagi sanggup.

Roh Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang sudah lepas dari raga fananya kini hanya mengikuti garis (konstitusi) yang sudah ditentukan Penciptanya. 'Inna lillahi Wa Innailaihi Rojiun' (dari Allah kita berasal dan akan kembali ke Allah), kalimat ini diucapkan kepada siapa pun dan kepada apapun, tidak membedakan agamanya, status sosialnya, bahkan bila kita kehilangan kunci pun kalimat itulah yang diucapkan. Karena kita menyakini segala sesuatu di alam semesta ini baik yang nyata maupun yang ghaib adalah milik Allah dan yang kita miliki pun adalah titipannya. Dan, roh Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong kini tengah kembali kepada Penciptanya, Yang Maha Maha Sempurna. Artinya, Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong tengah menuju kesempurnaan-Nya.

Selamat berpulang Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong, capres kami tercinta satu-satunya. Insya Allah Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong menemukan “kesempurnaan” yang kami rindukan.

Ketika Sang Pujangga Si Tukang Fitnah Menulis Tentang "Ahli Fitnah Wal Jamaah"

Ketika Sang Pujangga Si Tukang Fitnah Menulis Tentang "Ahli Fitnah Wal Jamaah"
.
Menghalalkan segala cara, itulah ungkapan yang tepat untuk melihat kiprah politik kaum wahabi di Indonesia. Kompasianer Imam Prasetyo mengaku dirinya adalah penganut wahabi yang menolak demokrasi. Menurut Imam Prasetyo, demokrasi adalah produk kafir dan otomatis produk turunnya juga kafir.

Anehnya, kompasianer Imam Prasetyo justru ikut menikmati hasil-hasil demokrasi bahkan secara terang-terangan mendukung orang yang dikaguminya untuk memenangkan pesta demokrasi. Asal bukan Jokowi katanya.

Untuk mewujudkan tujuannya “Asal Bukan Jokowi” maka segala cara pun digunakan. Bahkan ada semboyan tersirat dari Imam Prasetyo “Fitnah adalah bagian dari Iman” dan membentuk kelompok baru “Ahli Fitnah Wal jamaah” untuk menyerang Jokowi.

Kebencian kaum wahabi terhadap Jokowi semakin memuncak dengan lolosnya Prof. Jalaludin rahmat ke Senayan dari PDIP. Apalagi jika Jokowi menang pilpres, maka secara otomatis Ahok akan menjadi gubernur DKI. Dan menurut pengikut wahabi masuknya kang Jalal ke Senayan dan Ahok jadi DKI-1 adalah bencana.

Karenanya, sebagai warga Negara Indonesia yang sudah mengikrarkan bahwa NKRI dan Pancasila adalah sudah final, maka tentu kita harus mewaspadai Gerakan Wahabi yang akan memecah belah umat dan menghancurkan NKRI. Apalagi melihat peluang Jokowi untuk memenangkan pilpres sangat besar, maka kelompok wahabi “Ahli Fitnah Wal jamaah” pun semakin panic dan menghalalkan segala cara untuk menyerang Jokowi. Sudah saatnya kita bersatu melawan fitnah-fitnah keji yang disebarkan oleh pengikut wahabi.

Saatnya bersatu melawan Wahabi “Ahli Fitnah Wal jamaah” agar NKRI tetap tegak.

BISON 19021

status perkawinan di SIM yang baru

tiga sendok cinta setiap hari