Saturday, March 31, 2012

Salah Masuk Toilet Yah Beroooo......


.
.
.
.
ngga segitunya kaliiiiii......
.
.
.
.
ujan ngga gede gede amat............
.
.
.
.
kebelet sih kebelet..........
.
.
.
.
tapi nyelonong ke toilet cowok?
.
.
.
.
ato emang mereka itu......................???????
.
.
.
.

DATE ROOM for Ruang Data?


DI
SEBUAH
KANTOR KECAMATAN
DI
JAKARTA
BEROOOOO................................
ATAU
BUKAN.......... YAAAK................

Tak Ada Istilah Koalisi Dalam Konstitusi RI? Lihat Demokrat dan PKS



Beberapa menit setelah memimpin Sidang Paripurna, dini hari tanggal 31 Maret 2012, Ketua DPR Marzuki Ali bersalam-salaman dengan anggota DPR peserta sidang paripurna. Salah satunya dengan anggota DPR dari PKS. Sempat terdengar kata-kata “informal” Marzuki Ali. Mungkin dia tak merasa kalau suaranya masih terdengar. Atau bisa jadi, dia lupa mematikan mikrofon di depannya.
Dalam kata-kata yang tidak terlalu jelas, antara lain Marzuki Ali mempertanyakan sikap wakil-wakil PKS di DPR. Kalau tidak salah kalimatnya sebagai berikut: “Bagaimana ini PKS? Katanya koalisi?”
Dalam kacamata Marzuki Ali, kalau PKS ikut koalisi, ya seharusnya selalu seiring-sejalan dengan Partai Demokrat, seperti model “partai-partai pecundang” PAN, PKB, dan PPP. Kalau Demokrat setuju BBM naik, PKS ya harus cukup berkata: “Amin amin amin.” Ya intinya, PKS harus mau memegangi ekor Partai Demokrat, bagaimanapun partai itu melakukan atraksi “goyang ngebor”.
Oleh para politisi, pengamat, media, akademisi, dan seterusnya, sikap berbeda pandangan dengan mitra koalisi, seakan merupakan perkara HARAM. Mereka sering menyebut PKS memainkan politik “dua kaki”. Satu kaki di koalisi, satu kaki ikut arus anti pemerintah SBY. Mereka menyebut langkah PKS itu sebagai oportunis, plin plan, dan seterusnya.
Ruhut Sitompul menyebut PKS sebagai pengkhianat. Begitu juga banyak politisi (terutama dari kalangan pecundang seperti PAN, PKB, dan PPP) mendesak agar kursi kementrian yang diduduki wakil-wakil PKS “dilelang” untuk wakil-wakil koalisi non PKS.
Di sini ada beberapa catatan menarik.
Pengertian kita tentang “kabinet koalisi” ternyata sangat primitif. Seakan kalau partai penguasa bersikap A, semua partai peserta koalisi harus bersikap A. Mari kita ambil contoh.
Misalnya partai penguasa menggulirkan program “kenaikan harga kaos dalam”. Maka partai pendukung yang berbasis nasionalis harus berteriak, “Kenaikan harga kaos dalam berguna bagi nusa dan bangsa.” Lalu partai yang berbasis Muslim tradisional harus berteriak, “Kenaikan harga kaos dalam barokah, makbul. Amin amin amin…” Lain lagi partai yang berbasis Muslim gak jelas, dia berdalih, “Kenaikan harga kaos dalam demi kemaslahatan Ummat.” Ya begitu deh…apapun omongan penguasa, partai pendukung (baca: yang diberi jatah kursi menteri) harus mengaminkan, tanpa reserve.
Kalau misalnya partai peserta koalisi tidak boleh berbeda pendapat, karena mereka sudah “diberi imbalan” kursi menteri, mengapa tidak sekalian saja partai-partai itu dibubarkan, lalu dibentuk satu partai induk? Iya kan. Logikanya kan seperti itu. Kalau partai seperti PKS tidak boleh beda pendapat, dan harus sama seperti Demokrat, PAN, PKB, dan PPP; ya sudah saja dibentuk partai baru yang namanya: Partai Demokrat Amanat Nasional Kebangkitan Bangsa Persatuan Pembangunan (PDANKBPP).
Aneh sekali, apakah ada satu rumusan hukum, baik secara legal formal maupun UU politik, yang melarang anggota partai koalisi berbeda pandangan dengan partai penguasa (induk)? Apa ada aturan seperti itu? Kalau ada, mohon Anda sebutkan!
Adalah merupakan sikap politik OTORITER atau TIRANI ketika wajah politik itu harus sama dan homogen, apapun kenyataan, dalil, dan strategi politik yang berkembang. Ini sikap politik yang kaku, kalau tidak disebut MONOPOLITIK.
Lebih aneh lagi, ialah ketika partai induk pendukung pemerintah (misalnya Partai Demokrat) menjadikan “jatah kursi menteri” sebagai alat untuk membungkam apsirasi politik partai-partai lain. Ini sangat aneh. Apalagi ketika kebijakan pemerintah seperti itu terbukti secara sah, faktual, dan meyakinkan, banyak menyengsarakan masyarakat.
Jatah menteri bagi sebuah partai tentu sangat menguntungkan, tetapi kalau jatah itu dipakai untuk membelenggu suatu partai; wah betapa mahal harga yang harus dibayar partai-partai tersebut. Jatah kursi itu bisa menjadi bentuk “penyuapan” politik.
Sebagai perbandingan, dulu di era tahun 1955-an, partai sosialis (PSI) berkoalisi dengan Masyumi. Secara politik mereka punya pandangan yang mirip-mirip, meskipun dalam ideologi dan kebijakan partai berbeda-beda. Dalam sejarah politik kita, baik Masyumi maupun PSI tidak dikenal selalu seiya-sekata, seiring-sejalan. Tidak begitu. Mereka juga berselisih, berbeda, atau saling beradu argumentasi.
Kalau kita melihat realitas politik di negara-negara demokrasi murni (non Amerika) seperti Jerman, Belanda, atau India; sistem koalisi juga tidak seekstrim itu. Perbedaan-perbedaan setiap partai tetap diterima.
Kondisi politik di Indonesia sangat kebangetan. Disebut modern ya tidak, disebut maju ya belum, disebut aneh ya memang aneh. Kalau digambarkan, Partai Demokrat duduk sebagai “raja” di singgasana kekuasaan, karena mereka sebagai partai pemenang. Lalu PAN, PKB, dan PPP menjadi “abdi dalem” yang harus mengikuti setiap gerakan sang raja (Partai Demokrat).
Kalau raja angkat tangan, abdi dalem angkat tangan. Kalau kalau raja angkat kaki, abdi dalem ikut angkat kaki. Kalau raja duduk, abdi dalem ikut duduk. Kalau raja nungging, abdi dalem ikut nungging. Kalau raja guling-guling, abdi dalem ikut juga. Kalau raja tertawa, abdi dalem ikut tertawa; kalau raja berhenti tertawa, dengan terpaksa abdi dalem harus cepat-cepat menahan otot rahangnya, agar tidak terdengar bunyi ketawa.
Bentuk “peribadahan politik” seperti ini “ada pahalanya”, yaitu mendapat jatah kursi menteri. Kalau ada yang bersikap aneh atau mau neko-neko, seketika diancam: “Hei Lo, mau ngapain? Mau dipecat dari menteri ya?”
Nah, politik “peribadahan” seperti itu yang dipuji-puji oleh banyak kalangan akademisi, politisi, media massa, pengamat, tokoh sosial sebagai model politik beradab. Ya sayang sekali memang. Ternyata, politik kita masih PRIMITIF. 

FAP FAP FAP


FAP
FAP
FAP

Aku Seribu, Dia Seratus Ribu, Kamu Pilih Yang Mana?



Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke punya.
Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
"Ya, ampuunnnn. ... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan......... bau!”, uang seratus ribu berkata pada uang seribu.
“Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan... Ada apa denganmu?", sambungnya lagi.
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata, "Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke 'baluang' (tau kan baluang? Inang-inang)”
Lanjutnya, “Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas..."
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin, "Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm. dompetnya wangi sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan.. aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu"
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya, "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!"
"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong kolekte di gereja dan di kotak-kotak amal musholla dan masjid dan di berbagai tempat-tempat ibadah. Hampir setiap Jum’at atau Minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu di sana..."

Umroh Okey, Tapi Jangan Lupa BBM-an Yeaaach


...
...
...
"HEY, SAY SEMUAAACH..............
AYKE LAGI DI ARAB NEEECH.............
UMROH CYINNN.................
LAGI SOLAT BARENG
RIBUAN MUSLIMAH
DI SINI...............
DI MASJID NABAWI LOOOOCH..................
KERENS KHAN........
WUIIIH KOMPAK BANGET SOLATNYA CYIIIN.............
...
...
DAH YA, MAU LANJUTIN SOLATNYA CYIINNNNN.....
...
...
itulah isi BBM-an atawa SMS-an seekor sosialita kita...............

Sinetron Itu Berjudul RAPAT PARIPURNA DPR


...
...
....
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................

Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................

Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................

Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................

Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................
Pimpinan................................



PSSI, KPSI, LSI & LPI Bakalan Begini Nih


Di organisasi kisruh
di lapangan lusuh
ya udah
lapangannya di balik aja
kayak jaman nabi Luth...........

smiling Quran
.
.
.
.
read
.
.
.
read
.
.
read
.
.
.
.
.

Gaya Sutan Apa Sutan Gay(a) ??


Ini lah beroooooch..............
ancer-ancer
tampang yang mau dipasang
pasca
riuh rendah seminggu ini

Yang Tercecer Selesai Ujian


Ini pada tidur apa berdoa seeeech?
...
atau.............
...
...
...
ngumpet?

Susu Jahe Buatan Jupe, Mau??


Baru mau buka,
pelanggan udah pada ngantri beroooo...........
...
maklum,
gw sewa penjaga yang hot bleeeeh.............
JUPE
...
Harganya murah pulaaak......
1000 kalo yang panas
1500 kalo yang diingin
10000 kalo kenyot langsung
...
dibungkus n dibawa pulang????
15 jetiiiiiii.........
...
...
...
tapi klo eloh brondong yg seksi.......
...
...
 elo dibayar 25 jetiiiiii................
...
ah yang bener?
BENERAN, BENERAN KLO GW LAGI BO'ONG
...
haghaghaghaghag........
haghaghaghaghag........
haghaghaghaghag........
haghaghaghaghag........
haghaghaghaghag........