Friday, July 24, 2015

Pada saat yang sama di Candi Borobudur

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Gunung Salak, Ciapus – Bogor Jawa Barat

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Gunung Salak, Ciapus – Bogor Jawa Barat
.
“ Pengunjung masuk sebelah kanan, yang mau berdo’a atau sembahyang sebelah kiri !” Arahan seorang bapak penjaga pura dipintu masuk kepada para pengunjung siang ini. Seperti kebanyakan pura lainnya (baik di Bali, Lombok dan di pura manapun) sebelum masuk kawasan ibadah para pengunjung terlebih dahulu diwajibkan memakai kain kuning (selendang) yang diikatkan dipinggang serta memakai kain penutup (sarung) untuk pengunjung yang mengenakan celana pendek demi menghormati lokasi sembahyang. Tak terkecuali bagi para perempuan yang sedang kedatangan tamu bulanan (menstruasi) akan diingatkan / dilarang keras untuk masuk wilayah suci. Aturan – aturan ini dapat dibaca pada saat akan masuk ke lokasi inti Pura Jagatkarta.
.
Pura Jagatkarta, dengan nama aslinya Pura Parahyangan Agung Jagatkarta berdiri megah di Kaki Gunung Salak , Ciapus – Bogor Jawa Barat. “Alam Dewata Suci Sempurna “ mempunyai sejarah berdirinya yang berkaitan erat dengan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) yang mana Pura ini dianggap tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi. Tempat ibadah agama hindu ini tidak hanya Pura terbesar di Jawa Barat tetapi juga merupakan Pura Terbesar ke-2 di Indonesia . Hal inilah yang membuat saya terpikat untuk merasakan keindahan dan kemegahan serta kesakralan Pura Jagatkarta lebih dekat.
.
Berlokasi di Bogor – Jawa Barat, tentunya akses yang lumayan mudah dijangkau dari berbagai arah terutama dari Jakarta. Baik menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum karena memang mencapai lokasi ini sangatlah mudah walaupun terletak di kaki Gunung Salak. Dan tentunya pilihan saya dan teman-teman kali ini adalah menggunakan transportasi massal Kereta Api (KRL Jabodetabek). Apalagi rute kereta St. Jakarta Kota – Bogor maupun Jatinegara – Bogor setiap harinya tak pernah sepi penumpang terutama saat weekend .
.
Pagi inipun saya dan 5 orang teman  memulai perjalan dengan meeting point di St. Bogor dikarenakan kami memulai perjalan dari rumah masing – masing dan dari stasiun awal yang berbeda-beda. Stasiun yang dibangun pada tahun 1881 ini selalu disibukkan dengan hilir mudik penumpang Jabodetabek. Walaupun dengan kesibukan setiap harinya tetapi infrastruktur stasiun ini cukuplah nyaman memuaskan penumpang dengan area yang bersih dan selalu tertata termasuk saat kondisi penumpang kereta yang membludak saat libur panjang.
.
Dari Stasiun Bogor perjalanan dilanjutkan menuju BTM (Bogor Trade Mall) menggunakan angkot hijau dengan ongkos 3.000 rupiah. Sebenarnya jarak dari Stasiun ke BTM cukup dekat, jika berjalan kaki hanya membutuhkan waktu 15 - 20 menit. Dari BTM tinggal nyebrang jalan dan dilanjut dengan angkot biru BTM – Ciapus. Dan jangan lupa untuk terlebih dahulu  memastikan kembali kepada sopir angkot untuk tujuan Pura Jagatkarta. Angkot ini nantinya akan berhenti persis di pertigaan Plang Pura Jagatkarta. Perjalanan dengan angkot biru membutuhkan waktu sekitar 45 – 60 menit (tergantung kondisi dan situasi) apalagi dengan kontur jalanan tanjakan dan banyak aspal jalan yang masih rusak.
.
Dari pertigaan ini dapat melanjutkan perjalanan dengan ojek ( biaya 10.000 rupiah ), pangkalan ojek disisi kanan jalan ini selalu stand by setiap harinya . Atau jika berangkat rombongan bisa nego dengan angkot untuk langsung diantarkan ke pintu gerbang pura. Atau alternatif lainnya dengan berjalan kakipun dapat menjadi solusi , toh jaraknya tidak terlalu jauh hanya ± 1 km apalagi ditambah dengan suasana kiri kanan yang asri akan pepohonan.
.
Dan kamipun, memilih solusi terakhir menikmati jalan santai bersama sambil bercengkrama walaupun terik matahari menemani dengan sedikit lantangnya. Tetapi tak lama keberuntungan berpihak kepada saya dan teman-teman, belum memulai 5 menit perjalanan kamipun mendapat tumpangan gratis hingga ke atas. Sebuah mobil dari Bandung yang sedang mengadakan survey lokasi untuk tempat usaha. Horray,,,
.
Kawasan Pura Jagatkarta ini memang tidak langsung tampak dari jalanan besar dan luas parkirannya pun hanya memanfaatkan sisi kiri dan kanan jalan. Tampak berjejer parkir di sisi jalan, kendaraan mobil maupun motor yang diatur oleh petugas parkir menandakan kita sudah sampai ke titik pemberhentian terakhir pura.
.
Dari sini untuk mecapai kawasan inti kita melanjutkan dengan berjalan kaki menaiki anak tangga.
Kawasan luar Pura hanya berupa pondokan untuk tamu yang wajib lapor maupun untuk para jemaat yang akan melakukan ibadah maupun berdo’a.
.
Gerbang ke kawasan intipun berdiri tegap siap menyambut para tamu yang datang. Selanjutnya akan ada arahan dari petugas untuk menginstruksikan para tamu sesuai dengan kebutuhan kedatangan masing-masing.
.
Bagi para pengunjung, setelah memakai selendang dipinggang, dan membayar biaya retribusi seikhlasnya, dipersilakan untuk mulai menikmati  nuansa aroma Pura. Tetap menjaga ketertiban dan ketenangan demi menghormati pe ibadah.
.
Untuk memasuki kawasan Pura para pengunjung tidak dikenakan tarif masuk, hanya saja bagi yang  ikhlas berbagi dapat memberi sekadarnya untuk pelestarian Pura. Para pengunjung umumnya dilarang masuk ke pura utama kecuali bagi yang hendak melakukan ritual ibadah ataupun berdo’a .
.
Untuk saat – saat tertentu terutama hari raya umat hindu dan peringatan hari upacara agama hindu, Pura ini selalu ramai dikunjungi para jemaat untuk melakukan ibadah . Sayangnya ritual ibadah di hari – hari besar tersebut tidak dapat dikhidmati oleh para pengunjung karena tidak menerima kunjungan untuk umum pada saat sakral tersebut. Untuk hari – hari biasa Pura Jagatkarta menerima kunjungan umum mulai dari pukul 11.00 s/d 15.00 WIB.
.
Kedatangan lewat dari jam tersebut, jangan berharap anda akan bisa sedikit mengintip keindahan Pura Jagatkarta, maka dari itu berkujunglah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
.
Sejak pertama kali dirintis dibangun 1995 Pura Jagatkarta tidak hanya menyuguhkan keindahan yang luar biasa namun dengan kesejukan dan sedikit nuansa “balinya” , cukuplah Pura Jagatkarta memberikan ketenangan yang berbeda dengan alunan angin sepoi dari Gunung Salak.
.
Menyaksikan ketenangan masyarakat yang sedang melakukan ibadah maupun berpoto ria dengan background Pura Jagatkarta yang tegak megah. Jadi, tidak ada salahnya jika anda bosan dan jenuh dengan rutinitas harian dan hiruk pikuk perkotaan sempatkanlah menyambangi lokasi Pura ini demi sebuah ketentraman hati.