Saturday, March 30, 2013

La Mosquee Rahim 1885 part 2

La Mosquee Rahim 1885 part 2
.
Bayangan sesosok perempuan yang berkelebat di kaca-kaca jendela langsung mengusik. Saya tergopoh menghampiri perempuan muda yang tengah berupaya menghidupkan sepeda motor matic yang terparkir di halaman masjid. "Saya bisa bahasa Indonesia, kok," katanya acuh tak acuh ketika saya memperkenalkan diri. Masker dan helm batok di kepala ia longgarkan sejenak.
.
Fatimah. Dia menuliskan namanya di notes saya. Usianya sekitar 30 tahun. Fatimah mengaku lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 2000-2006. Tentang kemungkinan dirinya mahir berbahasa Jawa, perempuan dengan rambut sebahu itu menggeleng. "Terlalu rumit," ujarnya kemudian.
.
Menurut Fatimah, di sekitar Masjid Rahim banyak bermukim kaum muslim asal Indonesia dan Malaysia. Mereka telah berpuluh tahun mukim dan menjadi warga Vietnam. "Kehilangan identitas dan tak bisa kembali," ujarnya. Tapi soal apa penyebabnya, Fatimah dengan tegas menyatakan tak punya waktu untuk menjelaskan karena harus bergegas menuju Konsulat Jenderal RI di Jalan Phung Khac Khoan 18, tempatnya bekerja. "Temui Haji Ally saja," ujarnya sebelum pergi.
.
Haji Ally adalah imam Masjid Rahim sekaligus Wakil Presiden Komunitas Muslim di Ho Chi Minh. Tinggalnya persis di samping masjid. Ia dan istrinya, Nikma, menyambut ramah begitu tahu saya dari Jakarta.
.
Di awal percakapan, saya menduga Ally dan istrinya yang sibuk menggoreng kue pastel itu berasal dari Malaysia. Maklum, dialek dan pilihan kata yang diucapkan sangat kental berbau Melayu. Rupanya, saya keliru. "Saya ini dari Bawean," kata Ally. 
.
Ia mengaku terakhir kali menyambangi pulau kecil di utara Pulau Madura itu pada 1979. Di luar alasan politik dan keamanan, Ally menjadi warga Vietnam karena kepincut oleh Nikma. Di usia lebih dari 60 tahun, kecantikan belum sepenuhnya pudar pada perempuan asal suku Campa, satu dari 64 suku minoritas di Vietnam, itu.
.
Jumlah warga Vietnam keturunan Bawean di Ho Chi Minh konon sekitar 500 orang. Mereka mulai bermigrasi ke Vietnam pada 1880. Orang-orang Bawean ini dikenal sebagai muslim yang taat dan ikut menyebarkan Islam ke berbagai daratan Indocina. Caranya antara lain dengan menikahi perempuan lokal.
.
Ahmad Zarkasih, Secang-Magelang 
.
*** end of part 2 ***

La Mosquee Rahim 1885 part 1

La Mosquee Rahim 1885 part 1
.
Pagi belum genap pukul enam. Tapi saya ogah cuma termangu di kamar Hotel Park Hyatt Saigon, Ho Chi Minh City. Akhirnya saya melenggang santai hingga beberapa blok, dengan maksud menghirup udara segar sambil melemaskan otot. Tak sampai 15 menit, saya tiba di kawasan Distrik I. Sebagai negeri yang pernah dijajah Prancis, aroma sang penjajah kental terasa di kawasan ini. 
.
Selain Katedral Notre Dame yang berdiri megah dengan bata merah, beberapa ruas jalan menggunakan nama tokoh Prancis. Sebut saja Jalan Pasteur, Le Loi, Alexandre de Rhodes, atau Jalan Paris di sekitar Katedral. Boulevard dan taman dengan pohon mahoni besar-besar membuat suasana sekitarnya terasa nyaman.
.
Di taman halaman depan gereja, beberapa warga tengah bersenam sembari menikmati hangatnya mentari pagi. Sementara itu, dua-tiga pasangan keluarga muda asyik melemparkan makanan ke arah ratusan merpati yang berkerubung di sana. Semuanya begitu damai. Seolah peperangan yang melelahkan tak pernah singgah di kota itu. 
.
Adalah Alexandre de Rhodes yang memperkenalkan ajaran Nasrani di bumi Vietnam. Dia adalah misionaris asal Prancis pertama yang menjejakkan kaki di negeri itu. Rhodes menetap di Ho Chi Minh pada kurun waktu 1619-1646. Pada 1867 sampai 1957, Prancis menguasai bumi Vietnam.
.
***
.
Dari Katedral, saya melangkahkan kaki ke Independence Palace. Jaraknya sekitar satu kilometer dari Katedral. Sayang, jam kunjungan baru dimulai pukul 08.00. Agar tak sia-sia, memandangi gedung itu dari luar pagar sambil sesekali bergelantungan di pagar untuk memotret saya lakukan. Puas memotret saya mencegat tukang ojek, agar bisa cepat mandi dan menikmati sarapan di hotel.
.
Sepeda motor sepertinya menjadi alat transportasi utama kota ini. Tingkat kepadatannya tak beda dengan Jakarta. Begitu pun perilaku para pengendaranya. 
Memasuki jalan Nam Ky Khoi Nghia, laju sepeda motor yang saya tumpangi oleng. Sial. Rupanya ban depan gembos. "Ya, sudahlah, itung-itung olahraga pagi," batin saya menghibur diri. Meski Vietnam bisa disebut negeri berjuta sepeda motor, tak gampang menemukan tukang tambal sepagi itu. 
.
Ketika tubuh mulai berpeluh membantu si tukang ojek mendorong motor, saya terhenyak takjub. Di seberang jalan, di antara deretan ruko dan rumah-rumah bedeng nan kumuh, menyembul sebuah kubah berwarna keemasan. Di puncaknya mengacung simbol bulan sabit dan bintang. "La Mosquee Rahim 1885," begitu tulisan yang terpampang di depan kubah.
.
Sungguh, dari semula saya tak pernah menyangka bakal ada masjid di negeri itu. Sebab, pada peta saku yang disediakan hotel, tak satu pun tergambar simbol masjid. Padahal di peta itu, selain puluhan pagoda yang tersebar di sejumlah distrik, sebaran simbol gereja besar mencapai 16 buah.
.
Meski berideologi komunis, pemerintah Vietnam cukup moderat dalam memelihara kerukunan beragama. Sejak diterapkan politik pintu terbuka pada 1986, kehidupan beragama tumbuh subur di negeri itu. Pemerintah tak menghalangi warga untuk melaksanakan peribadatan sesuai dengan agama masing-masing. Karena itu, meski jumlah kaum muslim di Ho Chi Minh hanya sekitar 0,7 persen, mereka memiliki 15 masjid. 
.
Begitu menemukan tukang tambal ban, saya putuskan untuk kembali dan memasuki halaman masjid tersebut. Dari segi arsitektur, tak ada yang istimewa. Lantainya dilapis ubin teraso, diselimuti karpet hijau yang sudah lusuh. Hiasan kaligrafi di dinding ruangan dengan luas sekitar 8 x 10 meter tak berbeda dengan masjid atau musala di Indonesia. 
.
Aroma pesing bercampur karbol pembersih lantai dari tempat wudu melintas hingga ke dalam masjid. Sungguh tak berbeda dengan kondisi musala dan masjid di Jakarta. Tapi perasaan haru-biru tak berkurang oleh semua itu. 
.
*** end of part 1 ***

Arwah Penasaran di Lantai Dua

Ada Penampakan di Sekolah Anakku
.
Oleh: Dadang Setiawan
.
 | 30 March 2013 | 09:25 WIB
.
Rabu pagi itu suasana sekolah berjalan normal. Semua siswa berada dalam kelas masing-masing, kecuali mereka yang sedang jam pelajaran olahraga. Cuaca pagi cerah tanpa awan dan matahari terlihat jelas.
Suasana pagi terusik ketika seorang perempuan, Teacher Bahasa Mandarin, berlari kecil menuju tengah lapangan tempat anak-anak kelas IV A praktek olahraga. Di sekolah ini, seorang guru dipanggil dengan Teacher.
“Teacher!,”ucapnya pada Teacher Olahraga,”Saya tadi lihat ada anak kelas empat A yang masih berada di kelas di lantai dua. Anak itu berseragam olahraga dan melambai tangan memanggil ke arah teman-temannya.”
Teacher Olahraga mengarahkan pandangannya mengikuti arah telunjuk  Teacher Bahasa Mandarin ke lantai dua  yang lengang.
“Karena saya tahu anak kelas empat A sedang berolahraga, saya naik untuk menyuruh anak itu turun ke lapangan. Sesampai di lantai dua, saya tak menemui anak itu. Kelas Empat A pun kosong,”ujarnya,”Saya yakin itu Tubagus.”
Wajah Teacher Olahraga  mendadak pias. Ditatapnya kerumunan anak-anak didiknya yang mendengar percakapan mereka. Perlahan ditariknya tangan Teacher Bahasa Mandarin menjauhi kerumunan itu menuju tangga. Lalu,”Benar Teacher lihat Tubagus diatas?”
“Yakin! Anak itu ‘kan selalu tak pernah membuat pe-er Bahasa Mandarin. Kenapa?”
“Tubagus, sejak hari Senin kemarin izin tidak masuk sekolah,”ucap Teacher Olahraga perlahan, takut didengar orang lain.
“Apa?”Suara Teacher Bahasa Mandarin tersendat. Mukanya berubah pucat dan terduduk di tangga.
Itu cerita ibu seorang siswa kelas Empat A pada istriku. Permasalahannya Tubagus yang dilihat Teacher Bahasa Mandarin berada di lantai dua sedang melambaikan tangan memanggil teman-temannya  dan kemudian menghilang itu adalah anakku dan anakku memang ikut aku pergi ke Palembang sejak hari senin hingga Kamis kemarin. Jadi siapa anak di lantai dua itu?
Sebagai catatan, hari Sabtu ini adalah hari pertama ia masuk kelas kembali. Bagaimana responnya bila ada teman sekelasnya yang menceritakan kejadian ini?

Di Masjid Agung Sunda Kelapa Kami Mengikat Janji Pagi Ini

Ad Maiorem Dei Gloriam

Seorang anak berusia 5 tahun mengusap mata yang telah menempuh perjalanan mimpinya semalam, sembari memiringkan tubuhnya ‘tuk berusaha turun dari tempat tidurnya dan memijakkan kaki – kaki mungilnya ke lantai sembari mengumpulkan keseimbangan. Ketika mendung dalam kelopak matanya sedikit memudar, ia lari bagai dinamo kecil yang berteriak sepanjang lorong rumahnya menuju ke sebuah kamar yang tak jauh dari ruangan mimpinya. “papa…mama…banguuuuuunn!! aku ulang tahuuuunnn…bangguuuuuunn..!!” suara 5 tahun nya menggema di sudut – sudut kamar orang tuanya, menggelitik mereka, meloncat di antara kedua orang tuanya  yang menggeliat lembut sembari tersenyum dan mengelus kepala anak mereka.. “aku ulang tahun pa..ma..ayok banguun…” tangan kecilnya menepuk – nepuk pipi kedua orang tuanya.. dan pagi itu mereka awali melalui antusiasme anak mereka yang menyambut ulang tahun ke – 6 nya.
Ulang tahun merupakan event tahunan yang jelas – jelas  tidak hanya membangkitkan antusiasme seorang anak berusia 5 tahun tetapi juga setiap manusia lintas usia untuk sekedar sebagai reminder bahwa mereka telah melalui setahun lagi kehidupan yang diberikan kepada mereka. Tak ayal, kebahagiaan yang dirasakan pun tak akan terasa tanpa kehadiran dan sapaan hangat kepedulian dari orang – orang terdekat. Usaha pem-bully-an yang dilakukan pun menjadi ajang bagi para sahabat untuk mempertontonkan tawa dan kedekatan mereka. Tepung dan telor yang diracik ke atas kepala “korban” telah menjadi lagu nasional bagi para sahabat maupun “korban-korban sebelumnya” yang ingin balas pem-bully-an yang telah dilakukan si korban. Pesta traktir mentraktir seolah menjadi suatu ajang “wajib” bagi “korban”, baik itu secara sukarela maupun karena “paksaan”. Dan hari bahagia tahunan special bagi “korban” itu diakhiri dengan tawa yang terbalut dengan lelah yang tak dirasakan selama perayaan..membawanya ke dalam mimpi indah sebagai pelengkap hari bahagianya..hingga para makhluk yang terlanjur terbuai dengan pesta dan tawa yang dilalui bersama sahabat melupakan hal terpenting dari hari yang seharusnya merupakan reminder bagi mereka.. lupa akan diri mereka..lupa memberikan cinta dan perhatian pada pribadi mereka..dan begitu sibuk dengan kebahagiaan duniawi mereka.. ulang tahun “bahagia”…yang kosong…
Sudahkah kita memperhatikan diri kita dan memberikan cinta terbesar bagi diri kita melalui introspeksi – introspeksi pribadi dan percumbuan batin dengan diri kita? diperlukan waktu hening bagi diri kita..khusus untuk kita..untuk merasakan bahwa kita harus berterima kasih kepada diri kita karena mampu melalui satu tahun dengan berbagai liku..dan sebagian besar kita melaluinya bersama diri kita sendiri..sudahkah kita berterima kasih kepada diri kita dengan cara mengukir resolusi – resolusi yang terpatri dalam hati kita untuk membuat diri kita menjadi lebih baik dan tidak tenggelam dalam kebahagiaan duniawi? Sudahkah? Cintai diri kita dalam kesederhanaannya..buat diri kita damai melalui suasana hening tanpa campur tangan orang lain yang mungkin terasa begitu manis dan berkesan..buatlah kesan yang lebih berkesan bagi diri kita sendiri daripada yang dilakukan orang lain kepada kita..
“Dan dalam ulang tahun..yang terpenting adalah pemberian penghargaan bagi dirimu.. penghargaan dari orang lain hanyalah nilai tambah.. syukuri itu..”

Ada 3 Megu Di Tengah Bonek

Sungguh ironis ketika :
1. liga yg ngakunya bersih (dari segala2nya) hrus menghitung hari kapan mau dbubarkan
2. klub2 kloningan mulai putus asa karena musim depan ga tau lgi mau ikut kompetisi dimana
3. para penggemarnya cuma bsa teriak2 dengan nada yg sangat nyolot menjelek2an PSSI dan kompetisi rivalnya di forum ini..cuma satu kata buat kalian –> KASIHAN!!
Mau jungkir balik bicara A-Z juga ga akan merubah hasil KLB mas..kompetisi IPL jelas dbubarkan..3 hasil kongres udh dstujui & disahkan oleh FIFA..klo msih mau protes ya sana protes ke FIFA..jgn cuma triak2 dsini kya anak kecil mnta dbeliin permen ke ortunya..
setelah skian lama sya baca forum ini trnyta 90% adalah pnggemar IPL yg sakit hati kpda PSSI dan ISL..klo mau bcara mafia ga akan ada habisnya..jangankan di Indonesia, di level dunia pun mafia bola berkeliaran..klo mau berantas ya pke tindakan..jgn cuma koar2 di forum ini..smpe mulut kalian berbusa pun ga akan ada hasilnya..
Monggo dikomen para pnggemar IPL

Ada 7 Megu Nonton Bola

Ya…itulah pertanyaan sya. Dimana anda ketika pemerintah mengintervensi PSSI dgn membekukan dan mengusir pengurus PSSI NH…bukankab selama ini anda pro statuta dan fifa…?Kini pemerintah hanya sedikit intervensi saja sudah heboh…pemerintah terlalu memihak lah,tidak pro statuta lah,tidak melaksanakan uu no 3 ttg sistem keolahragaan lah dsb. Bukanka peraturan itu tidak pandang bulu siapapun orgnya…ingat saat itu terjadi fifa masih mengakui NH sbg ketua. Mengenai UU no 3 yg selalu jadi andalan legal mania…DIMANA ANDA ketika sebuah liga ilegal bernama LPI bergulir dgn partai pembuka solo fc vs persema…padahal sebuah kompetisi harus melalui badan resmi…?…saya agak terkejut dengan salah satu pengamat sepakbola terkenal MKus…yg mengatakan mslag sepakbola di indonesia gmpang utk menyesaikannya tegakkan aturan UU no 3…knpa dulu dia tidak bilang itu saat dirinya membentuk danmenjabat direktur bandung fc salah satu kontestan liga ilegal LPI…sl DIMANA ANDA KETIKA ITU…?

Ada 11 Megu di Lapangan Bola

Mafia di ISL? Bener ga ya?
.
Hal yg sering didengung-dengungkan lawan2 ISL adalah mafia pengaturan skor dan juara ( arisan lah, bagi2 jatah lah, dsb). Tolong jawab ini…mengapa klub sang empunya partai kuning ga pernah juara liga indonesia inisial klubnya PJya…ada yg bisa jawab, kan gmpang ada yg ngatur kan!!! Tpi kok ga juara yach…Lalu kenapa smpei ada yang juara lebih dari satu ya? Katanya arisan setahu saya arisan menangnya giliran. Kalo sekarang ada yg jwb tahun ini lewat Are..cro….s,menurut sya wjar2 sja klo dilihat dr segi pemain. Tidak
ada yg aneh, kalau memang yakin ada mafia BUKTIKANLAH…jgn omdo…