Thursday, December 4, 2014

proxy or idiot, mr. president ?!

your president's mine.....

tahun kambing kayu : RAKYAT DIKORBANKAN sepanjang tahun....

terima kasih tiap bulan beli perdana INDOSAT cuma mo' ngambil paket quota internet 11 G ajaaah....

hari pendetta nasional 2014

you got e-mail.... I GET TELEGRAM....

cygnus copasus

* * *
.
Empat
.
Sebuah ledakan dalam mimpi seketika membuat Jatmiko tergagap bangun. Sejenak kemudian disadarinya suara ledakan itu adalah guntur yang menggelegar di luar sana, mengiringi simfoni alam yang tercipta oleh sesahutan suara tetes-tetes hujan membasahi bumi menjelang tengah malam.
.
Jatmiko sejenak menatap Swandini yang terlelap di sebelahnya. Temaram cahaya lampu masih bisa memantulkan setiap garis kelelahan yang tergurat pada wajah teduh Swandini. Jatmiko tertegun lama dibuatnya.Ia masih belum lupa akan janjinya untuk seumur hidup membahagiakan Swandini. Tapi dengan keadaannya sekarang, masih mungkinkah?
.
Pelan ia menghela napas panjang.I’m nothing,bisiknya dalam hati, digulung kabut putus asa yang sedemikian pekat. Sekarang cuma Swandini yang berusaha kerasmenghidupi keluarga ini dengan tangannya sendiri. Setelah selama bertahun-tahun mereka bahu-membahu menyelesaikan setiap masalah yang terkadang muncul begitu saja. Dan ia hampir menangis ketika peristiwa sore tadi seolah kembali berputar di depan matanya, seolah ulangan sebuah film.
.
* * *
.
Jatmiko mengerutkan keningnya ketika melihat Madri yang hanya mengenakantank-topdan celana gemes tengah sibuk nungging-nungging di sudut teras belakang. Pelan ia mengarahkan kursi rodanya mendekati Madri.
.
“Kamu ngapain, Dri?”
.
Madri terjingkat kaget dan seketika menegakkan punggungnya setelah mendengar teguran halus itu. Ia menoleh dan mendapati tatapan penuh tanya Jatmiko. Gadis muda itu nyengir.
.
“Lagi belajar makro,”
.
Madri menunjuk kameranya.
.
“Motret semut.”
.
Dan seketika Madri tertegun melihat senyum lebar di wajah Jatmiko. Tapi tanpa sadar bibir merah mudanya pun turut mengukir senyum, membuat Jatmiko tercekat.Sudah berapa lama aku kehilangan senyum ini?
.
“Bisa?”
.
suara Jatmiko terdengar sedikit bergetar.Madri mengangguk mantap.
.
“Bisa.”
.
“Mana? Coba Papa lihat.”
.
Madri melepaskan tali kamera dari lehernya, kemudian menyodorkan kamera itu pada Jatmiko. Segera saja mereka berdua sibuk membahas hasil jepretan Madri. Bahkan Madri kemudian mengambil laptopnya dan menujukkan semuafilefoto yang pernah dibuatnya.
.
“Hm... Yang ini kelihatannya agak nge-blurya?”
.
Jatmiko menunjuk sebuah foto.
.
“He eh,”
.
Madri mengangguk.
.
“Tapi nggak akan kuhapus. Buat kenang-kenangan aja.”
.
Jatmiko mengelus kepala Madri. Seketika Madri mengambil tangan Jatmiko dan menempelkannya ke pipi.
.
“Aku kangen Papa,”
.
bisiknya dengan mata mengaca.
.
Jatmiko tak mampu berkata apa pun. Ia hanya bisa memeluk si bungsu kesayangannya itu dalam diam dengan airmata meleleh.Dan setelah hampir dua minggu Swandini selalu pulang lambat tanpa jeda, sore ini perempuan cantik itu sudah meluncurkan mobilnya memasuki garasi sebelum jam lima. Beberapa saat kemudian ketika ia masuk mencari orang-orang yang dicintainya,ia tertegun lama melihat pemandangan yang sungguh menggetarkan hati itu.
.
“Tumben Mama sudah pulang?”
.
Swandini tak menjawab. Kresna sendiri tak jadi meneruskan langkahnya melewati Swandini. Ia kemudian paham mengapa sang mama tak menjawab pertanyaannya. Ketika ia masih bisa melihat pemandangan yang sama, direngkuhnya bahu Swandini.
.
“He’s back, Ma...”
.
“I hope so...”
.
Swandini mengusap airmatanya. Ia kemudian melangkah tegak mendekati Jatmiko dan Madri yang telah kembali sibuk melihat-lihatfilefoto.
.
“Waduh, asyiknya... Sampai nggak tahu Mama pulang...”
.
Dua kepala itu menoleh serempak. Wajah Madri masih bercahayadihiasi senyum. Begitu juga Jatmiko, walaupun belum secerah Madri.
.
“Tumben...,” .
.
senyum Jatmiko.
.
“Kan mau ajakin makan di luar,”
.
Swandini balas tersenyum.
.
“Dalam rangka apa?”
.
"Mama resmi jadimanagermulai Senin depan.”
.
“Oh...”
.
Kresna dan Madri bertatapan mendengar seutuhnya ucapan Jatmiko bernada datar. Sedetik kemudian Madri berusaha mencairkan suasana.
.
“Asyiiik! Kita mau makan di mana nih, Ma?”
.
Swandini tersenyum menatap Madri.
.
“Terserah.”
.
“Terserah Papa aja,”
.
Madri mengalihkan tatapannya pada Jatmiko.Tapi wajah Jatmiko kehilangan ekspresi. Ia menunduk, mematikan laptop Madri di pangkuannya. Sejenak kemudian ia menyerahkan laptop itu pada Madri.
.
“Kalian saja yang pergi. Kasihan Bibik sudah susah-susah masaknggak ada yang makan.”
.
Madri dan Kresna bertatapan. Sebelum keduanya berhasil menyelamatkan suasana, Swandini sudah beranjak pergi sambil meninggalkan gaung suara yang terdengar begitu penuh luka.
.
“Ya sudah, makan di luarnya lain kali saja. Sampai Papa benar-benar siap keluar dari kepompongnya.”
.
Madri kemudian memilih untuk meninggalkan tempat itu sambil memeluk laptopnya dengan wajah sedih. Kresna menghembuskan napas keras-keras sebelum menatap Jatmiko dengan sorot mata penuh kilatan kemarahan.
.
“Kurang sabar apa Mama terhadap Papa?”
.
suara Kresna terdengar begitu dalam dan sarat emosi.
.
“Ketika Papa jatuh, Mama segera mengambil alih semuanya sendirian. Papa ada, eksis, tapi kami semua seolah kehilangan Papa. Papa boleh melampiaskan semuanya padaku. Tapi jangan ke Mama. Janganke Madri. Paling tidak hargai usaha Mama sedikit saja. Sedikiiit saja, Pa. Seperti kami selama ini berusaha memahami apa yang Papa rasakan.”
.
Dan Jatmiko hanya bisa menatap punggung tegap Kresna yang bergerak menjauh. Dalam diamnya.
.
* * *
.
Petir yang menyambar dan guntur yang menggelegar untuk kesekian kalinya berhasil menghentikan putaran ingatan Jatmiko.Ia mengerjapkan matanya yang basah. Semua yang tertangkap matanya tetaplah masih sama. Seraut wajah lelah Swandini.Maafkan aku, Swan...Jatmiko mengulurkan tangannya, membelai lembut wajah Swandini. Swandini yang merasa terusik bergerak sedikit. Jatmiko menyingkirkan anak-anak rambut yang menempel di kening Swandini. Mata Swandini masih tetap terpejam. Napasnyajuga tetap teratur.Sekali lagi Jatmiko membelai wajah Swandini sebelum kembali memejamkan mata. Membiarkan telinganya terbuai oleh orkestraalam yang masih menggila di luar sana. Hujan yang kembali melebat, desau angin, petir yang menyambar-nyambar, guntur yang berkali-kali menggelegar. Ia berusaha menikmatinya.
.
* * *
.
(Bersambung ke episode berikutnya, tayang hari Senin)
.
Promosi... Promosi... Promosi...
.
Silakan intip juga karya-karya kolaborasi berikut ini :
.
1.Lady In 600
.
2.Segenggam Hati Rania
.
Makasiiih...
.
.