Saturday, June 6, 2015

PRESIDEN LAHIR DI MANA SIH?! ya di AMBEN laaah.......

RMOL. Presiden Joko Widodo terus di-bully karena salah menyebut tempat kelahiran Presiden RI ke-1, Soekarno. Saat memperingati Hari Kelahiran Pancasila, Joko Widodo menyebut Soekarno lahir di Blitar, bukan di Surabaya.

Terkait dengan hal ini, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan yang juga mantan Sekretaris Militer Presiden, Meyjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, menegaskan bahwa kesalahan dalam pidato itu bukan kesalahan Jokowi.

TB Hasanuddin menilai, pertama, kesalahan terletak pada pihak yang membuat konsep pidato, yang tidak menyodorkan data valid. Kedua, staf di lingkaran Jokowi juga tidak melakukan koreksi ulang dan mengecek-ulang terhadap naskah pidato yang disiapkan.

Lebih-lebih lagi, lanjut TB Hasanuddin, naskah pidato itu diserahkan kepada Jokowi secara mendadak, saat mau naik ke mimbar. Naskah itu langsung diserahkan staf kepada ajudan, dan lalu ajudan menyerahkannya kepada Jokowi.

"Sehingga Presiden juga tidak punya kesempatan untuk mengoreksi. Begitu naik ke mimbar, langsung membacakannya," kata TB Hasanuddin saat dihubungi di Jakarta (Jumat, 5/6).

Hal ini, tegas TB Hasanuddin, menunjukkan dan membuktikan bahwa staf yang mengelilingi Jokowi tidak profesional, atau dengan kata lain memiliki profesionalitas yang rendah serta pantas diragukan. Lebih-lebih memang, banyak staf di lingkaran Jokowi tak punya pengalaman.

Hal lain yang lebih penting, TB Hasanuddin melanjutkan, kejadian seperti ini bukan sekali dua kali terjadi. Jokowi sering diberi data sampah oleh staf-nya. Sebelum kejadian ini misalnya terkait dengan utang Indonesia kepada IMF, yang akhirnya diklarifikasi Menteri Keuangan.

"Dengan berbagai kajadian ini, dimana Presiden banyak mendapat informasi salah, saya curiga, apakah ini kekhilafan dari staf atau justru ada unsur kesengajaan untuk mendegradasi integritas Presiden. Dengan kata lain, saya curiga ada yang punya agenda politik," ungkap TB Hasanuddin.

Dengan kondisi seperti ini juga, TB Hasanuddin menyarankan agar Jokowi mulai mengevaluasi orang-orang di sekelilingnya, yang sehari-hari suka bersama dengan Jokowi. [ysa]