Thursday, February 9, 2012

Ibra dan Penjaga Api Terakhir

“Jagalah api ini, anakku. Jangan sampai goyang apalagi padam”
Ibra hanya bersimpuh saja di hadapan seorang ibu renta yang menyodorkan pelita yang masih menyala. Lalu si ibu pun meniup pelita, gelaplah sudah gubug kecil di atas hamparan Mayapada. Yang ada hanya cahaya bintang yang mungkin sudah menghilang dalam lubang hitam.
“Kelak kau akan menjadi penjaga api, yang selalu kau bawa kemana kau pergi. Api yang akan menerangi dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Jika ada yang meniup api itu dari tangan kamu, petaka akan segera menimpa”

Ibra terbangun dari mimpinya. Mimpi yang selalu berulang di kala bulan purnama menjelang.
---
Siapa yang tak kenal Ibra di seantero tempat kost yang mirip kandang burung ini. Dari ujung ke ujung, dari pintu ke pintu, dari mulut ke mulut, dari Senin ke Sabtu, dari Tingkat 1 sampai Tingkat IV, dari bocah hingga neneknya ibu kost, dari tadi hingga kemarin, pasti kenal yang namanya Ibra.
“Bra. Jangan lupa pulangnya mampir ke Pempek 99 di simpang tiga ya? Nih uangnya, 15 ribu. Kau ambillah kalau ada sisa”
Dani memburu Ibra yang bergegas keluar kamar tanpa menoleh kiri kanan. Dani hari ini ngga ada acara ke mana-mana, dan Ibra kalo udah keluar kamar tak akan tahu ada siapa saja di ruang tengah. Padahal ada juga Muba di sana.
“Ya......”
Ibra menjawab singkat saja sambil mengantongi uang pemberian Dani.
---
Yang namanya Ibra itu, kemana-mana yang dipegang pasti BB buatan Chinanya (ngakunya sih asli original), padahal kalo kata orang Kadin mah, 85% barang elektronik (HP, BB, ipad, tablet, PC, apa aja deh) yang masuk ke Indonesia itu pasti palsu atau mirip asli. Kalau BB-nya ngga dipegang, pasti dia lagi nyungsep di depan laptop barunya yang katanya pake prosesor i7 tampilan OS-nya Windows 8 B. Mau nyoba Oneiric Ocelot, belum sempat.
Kalo dua-duanya ngga dipegang? Pasti dia lagi megang piring yang munjung ama nasi ditemani dua potong tempe bacem dan ikan tongkol asem manis pedas pahit asin, pokoke rame deh rasanya.
Jangan sekali-kali ngobrol ama dia, ga bakalan ada respon yg berarti, jawaban apapun kalo ditanya hanya, “ya ….”, atau “ hmmmm …”, … tangannya ngga pernah lepas dari pencet-pencet tombol BB-nya.
“Bra..... mana pempek pesanan gue? Dah laper niiih......”
Dani meminta pesanannya pagi tadi. Tapi dia lihat Ibra tak menenteng apa-apa, hanya BB saja di tangannya dan tas ransel buluknya.
“Loe bilang tadi pagi pulangnya mampir ke Pempek 99 kan? Gue udah mampir. Mission are complised. Apa lagi? Loe ngga bilang beli pempek kayaknya... Tanya aja ke Muba tuh yang tadi pagi ngiler di sofa, atau tanya bi Atun yang lagi nyapu tadi pagi, atau tanya Omar yang lagi bersihin akuarium tadi pagi”
Di ruang tengah lagi pada ngumpul nonton The Blues lawan United, seru banget.
“Goooool..... goool.......”
Semua teriak-teriak, riuh rendah suaranya. Muba nampol bahu si Ibra.
“Heee, Bra..... Jagoan loe keok tuuuuh. Hwahahahaha.... besok gue makan besar nih... ada yang kalah taruhan”
“Hmmmm.....”
Ibra melongok sebentar, lalu kembali ke BB-nya.
---
Suatu pagi pernah ada kegaduhan yang bikin kaget semua penghuni kost. Usut punya usut, selidik punya selidik, ternyata kegaduhan berasal dari WC umum yang ramai orang-orang pada antri sambil menenteng gayung dan menyandang handuk di pundak, sementara yang di dalam asyik masyuk aja, biar digedor-gedor juga.
“Hoooyyyy, Ibra..... buruan dooong, dah telat niiih”
Omar yang kewajiban paginya harus terlaksana gedor-gedor pintu. Maklum, bangun tidur kebiasan Omar tiap pagi adalah harus segera membuang apa yang harus dibuang.
Ngga tahunya di dalam itu ada si Ibra yang lagi buang hajat sambil nulis bawa laptopnya, katanya kejar tayang nih, mau diposting segera. Kontan aja semua penghuni kost pada protes.
“Hei, Ibra... keluar cepetan. Jangan sampai bunda buka paksa ya pintunya”
Mendengar suara ibu kost, buru-buru Ibra menyelesaikan kegiatannya.
Si Ibra keluar tanpa rasa bersalah, malah cengar-cengir sambil tersenyum puas, puas sudah membuang si kuning, puas ketika tulisannya kelar digarap dan sudah diposting dengan aman. Dasar Ibra.
---
Sudah seminggu si Ibra ngga nongol di tempat kost, orang-orang pada kehilangan juga rupanya. Hingga malam Jum’at ini.
“Ibu kostnya ada?”
Putra memandang gadis di depan pintu. Dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Hmmm, kakinya menjejak ke bumi, ada bayangannya dan harum wangi Benetton, aman kayaknya.
“Kamu siapa ya? Kok mencari ibu kost?”
Gadis itu menjelaskan kalau namanya Agnes, teman dekatnya Ibra, malah belakangan Putra pun tahu kalau Agnes ini calon kuat tunangannya Ibra.
“Ooooh, gitu ya ceritanya. Pantesan Ibra tak muncul-muncul belakangan ini”
Sambil bersandar lunglai, Putra menatap gadis di hadapannya. Gadis yang beruntung, gadis yang tegar, pikir Putra sambil menitikan air mata haru.
---
Ibu kost terkatup rapat bibirnya, air matanya mengalir deras dan hanya bisa duduk sambil memeluk Agnes. Putra melihat Agnes menangis sambil mengelus-elus perutnya. Ibra? Agnes? Hmmm......
Saat itu di akhir bulan, si Ibra dapat kiriman uang dari bapaknya yang petani mete di Sekotong. Berangkat lah Ibra mencari ATM terdekat. Seperti biasa, BB-nya ngga lepas dari tangan, katanya sih lagi nulis sesuatu yang sangat penting demi keamanan negara ini dan mau segera diposting, terkait Wisma Atlet katanya.  Sambil jalan menuju ATM tetep aja tuh mata ke BB-nya.
Tanpa tengok kiri-kanan si Ibra nyebrang jalan, dan …………………… bruaaaak. Sebuah minibus hitam yang ngebut menabrak si Ibra, dan si Ibra meninggal seketika. Sopir minibus yang berpakaian dan berkacamata hitam melirik sebentar dari kaca jendela, melihat kondisi Ibra sambil tersenyum sinis, lalu kabur.
Di makam si Ibra banyak sekali kertas warna warni, bukan karangan bunga, tetapi kertas-kertas tulisan si Ibra, dan di nisannya tertulis “SANG PENJAGA API”.

Wednesday, February 8, 2012

Bidadari Turun Dari Angkot

“Stop pinggir, bang”
Daniel hanya tertegun saja, lidahnya kelu dan bibirnya rapat saat gadis itu turun.
Setengah jam yang lalu, Daniel menunggu angkot di depan Bank Mandiri, dan saat angkot jurusan Kampung Melayu berhenti di depannya, Daniel pun naik. Di kursi depan di samping pak sopir tampak seorang gadis sedang asyik dengan ponsel putihnya. Manis sekali.
Daniel melongok nama gang tempat gadis itu turun. Jl. Buncit 7.
** **
Jam 17.05. Daniel merapikan mejanya. Tugas-tugasnya memang sudah selesai semua. Daniel pun bergegas pulang dan bertemu Ibra di parkiran motor.
“Gue bonceng yuk, Dan?”
Ibra nawarin Daniel yang dibalas dengan geleng saja. Agak heran juga Ibra lihat perubahan kelakuan Daniel. Biasanya dia paling semangat kalo diajak boncengan, maklum ngirit ongkos katanya.
Selang 10 menit berdiri di depan Bank Mandiri, angkot yang dinanti-nanti pun tiba. Dan gadis itu terlihat duduk di depan. Daniel sengaja duduk di belakang supir agar bisa mengamati lebih jelas wajahnya. Manis dan imut, tapi muram saja. Tak memegang ponsel putihnya dan tak memakai seragam pula.
** **
“Dan...... mie gorengnya sudah siap di meja makan nih. Bibi mau ke warung, Dan”
Pengurus kost terdengar memberitahu dari balik pintu. Tak lama dibukanya pintu dan dilihatnya ibu kost sedang duduk di ruang tengah.
“Ini, bi. Sewa plus uang makan dua bulan kemarin”.
Ibu kost menerima dengan senyum hangatnya.
“Maaf ya, bi. Agak telat. Maklum banyak kebutuhan mendadak akhir-akhir ini”
“Ngga apa-apa, Dan. Bibi ngerti kok. Yang penting Dan sehat dan tak banyak dapat masalah, itu sudah lebih dari cukup”
** **
Puji Tuhan, angkot yang aku nantikan tiba, dan gadis itu tak duduk di depan tapi di belakang. Aku pun mengambil posisi duduk di hadapannya. Melihat aku duduk dengan gugup dan kikuk dia hanya senyum saja. Aku balas senyum manisnya itu.
“Hai, boleh kenal ngga ya?”
“Ngga boleh !!! ...... Eeeh..... boleh kok, canda aja..... Levi”.
“Aku Daniel. Biasanya kamu turun di Buncit 7 khan?”
“Eh, eh, eh. Ada detektif rupanya ya..... Betul mas, aku tinggal di Buncit 7 rumah nomor 49”
“Aku tinggal di Otista Gg. Studio Film RT 02 RW 011 No. 115B Kampung Makassar Jakarta Timur. Indonesia. Di samping kedai pulsa”
“Ngga nanya tuh, hihihihi...........”
Sampai di kost Daniel begitu ceria, sampai-sampai tak melihat kalau ada ibu kost di ruang tengah sedang nonton Aliya, sinetron favoritnya.
“Ada yang habis ketemu bidadari kayaknya, ya?”
“Eeeh, bibi. Tahu ajaaa...... aku habis ketemu bidadari turun dari angkot, bukan dari langit, bi”
** **
Menyebalkan harus masuk di hari Minggu begini, mana pengen nonton film di Pejaten lagi. Terpaksa ditunda. Jam tiga pekerjaan kelar semua. Majalah dan buku siap dikirim ke pemesan. Aku lihat jam, kayaknya telat ngejar film yang jam 4. Pulang aja deh.
Angkot yang Daniel tunggu lalu saja karena sudah penuh. Hey..... di bagian kursi belakang tampak gadis itu dan di pangkuannya ada bocah kecil kira-kira umur 4 tahun.
Apakah......???? Levi......???
Entahlah, Daniel agak  bingung dan patah hati sepertinya. Apakah itu anaknya? Dan kenapa wajah gadis itu begitu suram dan sedih? Daniel mencoba-coba mengingat nomor rumah gadis itu.
** **
“Stop pinggir, bang”
Teriak Daniel lantang ketika angkot tiba di Buncit 7. Setelah membayar, Daniel menyusuri rumah demi rumah mencari nomor 49.
Nah, ini sepertinya rumah yang dicari. Asri dan nyaman tampaknya.
“Hei.... Daniel, apa kabar? Silahkan masuk”
Hanya dua kali ketuk pintu sudah dibuka, dan gadis itu sudah muncul dari balik pintu bersama bocah kecil itu.
“Bukan papa, ma...... Om siapa, ya?”
Uuuh, dia panggil gadis itu mama. Levi hanya senyum saja dan aku canggung dibuatnya. Levi menjelaskan kepada bocah itu bahwa Daniel adalah kawannya.
“Silahkan duduk”
Rasa-rasanya cepat sekali Levi berubah. Tadi begitu murung dan galau. Sekarang begitu ceria dan segar. Levi kembali dengan gelas dan sebotol air dingin. Si bocah mengikuti terus ke mana Levi pergi dan duduk di pangkuan Levi.
“Silahkan diminum”
Tak lama pintu diketuk. Si bocah langsung berlari dengan gesitnya. Dibukanya pintu dan berteriak kencang.
“Papaaaa.....”
Dipeluknya erat lelaki yang dipanggilnya papa. Oalaaah, Gusti...... Bergemuruh tak jelas jantung ini. Agak pening kepala Daniel.
“Eeeh, Ryan, jagoan papa...... Bunda mana?”
“Di dalam, pa”
Lelaki itu masuk dan senyum kepada Daniel. Tak lama dari ruang tengah muncul seseorang. Dan....... ow, ow, ow, ada apa ini...... Siapakah dia? Daniel makin bingung.
“Kita pulang ya?”
Kata lelaki itu kepada wanita berwajah muram yang baru muncul dari ruang tengah. Si wanita mengangguk.
“Kami pulang dulu mama Levi. Besok Ryan kemari lagi kok”
Begitu kata bocah kecil kepada Levi. Hanya anggukan saja jawaban dari Levi sambil tersenyum. Ya, ya, ya....... Daniel mulai mengerti ketika senyum itu muncul dari bibir Levi. Senyum bidadari turun dari angkot.
“Kakak pulang dulu, Levi. Ayo Ryan, bunda gendong”
Gadis berwajah muram, lelaki tadi dan Ryan pun pulang. Aku kembali tersenyum dalam hati, pelan tapi pasti jantung ini mulai berdetak normal. Detak bahagia. Air putih yang aku minum begitu segarnya, sesegar hari-hari berikutnya yang akan aku lalui.
** **
“Stop pinggir, bang”
Daniel dan Levi berteriak serempak dan turun dari angkot, tepat di depan Pejaten Square. Kini bidadari itu tak lagi sendiri saat turun dari angkot.
** **

Tuesday, February 7, 2012

Tisu

“Silahkan tunggu di sana, Om. Pesanannya sedang dalam proses, sekitar 20 menit lagi selesai”
Front officer dengan suara ramah menawarkan aku untuk duduk di ruang tunggu. Tak banyak orang di sana. Aku pilih di sudut saja, biar bisa memperhatikan seluruh aktifitas di tempat ini.
“Komputer di meja tengah bisa dipakai kok, Pak. Mungkin ingin sekadar mengecek flashdisknya atau ingin browsing”
Hmm, office boynya pun ramah pula. Tempat yang menyenangkan, nyaman, sambutan yang ramah dan full AC. Eh, malah bisa pakai komputer dan internetan gratis.
Itulah awal mula aku datang ke tempat ini. Karena menyenangkan aku sering ke sini, apapun jenis job yang sedang aku garap, kesinilah aku singgah.
Antara jam 13.00 sd. 15.00 WIB biasanya tak banyak klien yang datang ke sini, paling dua tiga orang yang dilayani oleh operator. Jam seginilah paling enak datang ke sini. Tak terlalu ramai. Aku lihat operator yang lain biasanya cari kesibukan masing-masing, ada yang buka FB, twitter, g+, BBM-an, googling, nulis, edit foto, atau menghayal.
Aku cukup kenal dengan orang-orang di sini. Dan mereka pun sudah hapal betul dengan kebiasaanku kalau berkunjung ke sini. Datang setelah makan siang, duduk di sudut atau sekadar main komputer.
Kalau aku datang disambut dengan ramah dan langsung dikasih nomor antrian dan aku langsung menyerahkan flashdisk bertali merah. Hanya aku yang punya flashdisk seperti itu. Kecil dan bertali merah, kalau datanya sudah di-copy lalu flashdisknya diserahkan kembali, aku kalungkan. Begitulah, dari jauh seperti memakai kalung, padahal itu flashdisk.
Aku lihat Dani beranjak dari mejanya dan menghampiri Mayla yang lagi asyik bikin desain poster. Mayla baru seminggu diterima kerja.
“Hidung gue meler banget nih, flu berat kayaknya. Minta tisu dong, May?”
Dani mulai melepaskan jurus gombalnya yang kadang garing banget, kayak rayuan ala twitter atau ala OVJ gitu deh. Ngga ada yang sekelas SUC kayaknya.
“Ambil aja di tas aku. Rak nomor 14, tas kulit warna coklat”
Jawab Mayla datar sementara matanya tetap fokus ke layar monitornya. Dia tahu yang negur pasti si Dani, sama seperti kemarin-kemarin saat nawarin makan siang ke warung tenda di seberang jalan.
Dani pun berjalan gontai ke rak penitipan barang khusus karyawan. Hmm..... nomor 14, tas kulit warna coklat..... ini dia, pikir Dani. Isinya barang-barang perkakas khas milik perempuan, sisir, cermin kecil, lipstick, bedak,  botol parfum 10 cc, seikat kunci, etc etc. Nah, ini dia tisu yang dicari-cari..... Dani pun mengambil satu  saja.
Sambil jalan Dani menyeka hidungnya yang pilek berat. Dan semua rekan-rekannya pada senyum tertahan melihat kelakukan dan gaya Dani menyeka hidung..... lebay banget sih, mentang-mentang dikasih sama Mayla.
“Tisu model baru emang keren ya..... !!!”
Ibra nyeletuk sekenanya sambil nyolek Mayla, maklum daripada ngga ada yang diomongin, ngga ada yang dikerjain. Mayla yang dicolek kaget dan langsung melihat ke Dani. Ups..... What is he doing with my stuff?, pikir Mayla.
Buru-buru Mayla ke rak nomor 14. Di dalam tas tisunya masih utuh tak tersentuh. Dan melihat sekali lagi ke Dani benda apa yang dipakai untuk menyeka hidungnya. OMG.....
Aku yang melihat dari sudut ruang hanya cengar-cengir saja, lumayan..... tombo ngantuk. Sebelum pulang, aku ambil pulpen dan mencatat seperlunya apa yang terjadi barusan. Pulpen dan buku kecil selalu menemani ke mana aku pergi. Maklum, pelupa berat, pikun stadium akhir.
***
Senja yang paling menyenangkan ketika mendapat kabar gembira dari seberang sana. Berjuta rasanya, tiada bandingannya.
Di sudut Otista
Senin, 06 Februari 2012

Sunday, February 5, 2012

You Are by Dolly Parton



Sometimes I try to count the ways and reasons that I love you 
But I can't ever seem to count that far 
I love you in a million ways and for a million reasons 
More than this I love you as you are 
More than this I love you just as you are 

You are my inspiration, you are the song I sing 
You are what makes me happy, you are my everything 
You are my daily sunshine, you are my ev'ning star 
Ev'rything I'll ever Hope to find, that's what you are 
Ev'rything I'll ever want for mine is what you are 

You are my thoughts when I'm awake, my dreams when I'm asleep 
You are the reason for my smile, you are the words I speak 
Every role I play in life you play the leading part 
Ev'rything I'd ever hope or need is what you are 
The only want i ever want for mine that what you are

You are my inspiration, you are the song I sing 
You are what makes me happy, you are my everything 
You are my daily sunshine, you are my ev'ning star 
Ev'rything I'll ever had in mine, that's what you are 
Ev'rything I'll ever need or want is what you are 

You are... You are

Saturday, February 4, 2012

Mengintip Bidadari Mandi

Yuuuk

Kudeta Sipil 14 Februari

Menjelang genap satu tahun pemerintahan SBY pada 20 Oktober 2010, muncul isu liar akan terjadi penggulingan Presiden SBY. Bermula dari pertemuan para aktivis yang mengancam akan melakukan demo besar-besaran pada 20 Oktober nanti dan adanya pertemuan sejumlah tokoh nasional yang mengkritik keras kelemahan pemerintahan SBY, tiba-tiba memancing Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang juga Ketua Umum PAN menyatakan kekhawatiran adanya upaya penggulingan Pemerintahan SBY. Menurut Hatta, mengkritik pemerintah itu lumrah. Tapi, kalau sampai ingin mengganti Presiden SBY itu inkonstitusional. "Kita memiliki pemilu. Kalau ingin katakanlah mengganti Presiden, ada saatnya. Ada Pemilihan Presiden 2014. Siapa pun warga negara Indonesia boleh bertarung," kata Hatta di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (12/10/2010).
Hatta merasa adanya penggalangan dukungan ‘penggulingan’ SBY oleh tokoh nasional. Aksi keras ormas dan LSM juga dianggap pemicu gerakan tersebut. Pertemuan sejumlah tokoh nasional bertajuk ‘Silaturahmi Tokoh Nasional’ yang digelar di gedung PP Muhammadiyah, Jumat (8/10/2010), menilai Pemerintahan SBY-Boediono telah makin kehilangan kewibawaan dan kepercayaan (trust) dari masyarakat. Kondisi pemerintahan seperti ini telah memicu terjadinya anomali sosial, maraknya aksi anarkisme, dan suburnya konflik antarmasyarakat. Mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) mengingatkan, apabila pemerintah tidak tanggap dan tak peduli terhadap krisis multidimensional semacam ini, negara akan terseret dalam kekacauan yang pada gilirannya menuju jurang kehancuran.
"Saya melihat ada disparitas (kesenjangan) kehidupan yang cukup tinggi di negeri ini. Saya melihat masyarakat mulai kehilangan trust kepada pemerintah," kata JK dalam Silaturahmi Tokoh Nasional tersebut. Hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua MK Mahfud MD, Ketua MPR Taufiq Kiemas, mantan Panglima TNI Wiranto, mantan Gubernur DKI Sutiyoso, mantan Ketua Umum PAN Sutrisno Bachir, pengusaha Sofjan Wanandi, Rachmawati Soekarnoputri, aktivis Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi, tokoh KWI, PDHI, Fuad Bawazier, Rizal Ramli, dan para tokoh lainnya.
Yang mengerikan, dalam kesempatan itu JK mencontohkan kepercayaan begitu penting dalam suatu negara, seperti Thailand. "Kita tahu di Thailand setelah rezim Thaksin, masyarakat di sana mulai goyah, banyak terjadi kekacauan. Jatuhnya Thaksin karena masyarakat sudah tidak mulai percaya," papar mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar ini. Ia mengungkapkan, pada umumnya di negara manapun terjadi permasalahan ketika negara kehilangan wibawa dan kontrol dari masyarakat. Masyarakat menjadi hidup bebas dan tidak terkendali.
Din Syamsuddin menambahkan, krisis kebangsaan akhir-akhir ini semakin parah akibat adanya jurang sosial dan ekonomi antarmasyarakat akibat kegagalan pemerintah dalam menciptakan pembangunan kesejahteraan yang merata. Hal ini pada gilirannya memunculkan krisis kepercayaan rakyat kepada pemerintah, sekaligus menimbulkan suasana saling curiga di antara kelompok masyarakat. "Problematika bangsa ini semakin banyak dan terpecahkan yang ditandai dengan munculnya krisis kepercayaaan antarsesama masyarakat dan krisis kepercayaan rakyat kepada pemerintah," serunya.
Pada kesempatan lain, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menilai, hampir semua sektor program yang dilakukan Pemerintahan SBY-Boediono tidak ada yang berhasil, mulai soal tabung gas hijau dan hingga konflik di masyarakat. "Rasa aman yang diagung-agungkan SBY sekarang ini tidak ada sama sekali. Rasa keamanan masyarakat tidak dijamin," paparnya dalam pertemuan konsolidasi seruan aksi nasional menyelamatkan Indonesia "Pemerintahan SBY Sudah Gagal" yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta, Minggu (10/10/2010).
Dalam acara yang dihadiri pengurus IMM, GMNI, PMII, PMKRI, HMI MPO, LMND dan beberapa organisasi lainya ini, Adhie Massardi menyerukan, semua elemen masyarakat akan bergerak dan turun ke jalan pada 20 Oktober 2010, tepat setahun pemerintahan SBY-Boediono, sebagai bentuk perlawanan. "Kita butuh tindakan nyata atas persoalan-persoalan bangsa terutama masalah kemiskinan. Bukan kata-kata," seru mantan juru bicara Presiden Gus Dur ini.
Ia pun menyorot, makin akutnya persoalan republik saat ini diakibatkan pemerintahan hanya mengatasi masalah dengan hanya retorika-retorika semata. Pemerintah mengatasi permasalahan hanya dengan cara survei saja. "Karenanya, pemerintah sudah harus diganti. Ganti pemerintahan citra. Tidak bisa tidak pemerintah harus sudah turun sebelum 2014," desak Adhie yang juga anggota Petisi 28.
Hal paling parah dari pemerintahan SBY, sambung dia, adalah masalah keberpihakan. Tidak ada keberpihakan pemerintah kepada rakyat. Kalau ada tekanan dari luar yang mengancam rakyat, pemerintah diam saja. Pemerintah lebih berpihak kepada pemodal. “Kalau sudah begini, ya buat apa diharapkan lagi? Menurut saya, Presiden harus turun. Bahwa kemudian harus ada penggantinya, itu sudah pasti. Tapi bukan itu masalahnya. Yang penting adalah bagaimana seorang pemimpin bisa hadir di tengah rakyat. Nah, kalau seperti ini kan nggak heran kalau tokoh-tokoh nasional juga mengkritik dia. Akan terus ada yang seperti ini, saya yakin itu,” paparnya.
Sementara Menko Perekonomian Rizal Ramli mengatakan, kepemimpinan nasional yang lemah membawa berbagai kegagalan bagi Indonesia. "Apakah kita minta baik-baik untuk beliau (Presiden SBY) mengundurkan diri atau kita melakukan pergerakan," kata Rizal disambut gelak tawa peserta pertemuan. Sementara pada Ahad (10/10), sejumlah elemen mahasiswa berkumpul di kantor PBNU untuk konsolidasi seruan aksi Pemerintahan SBY Sudah Gagal. Mahasiswa merencanakan unjuk rasa besar-besaran pada 20 Oktober untuk memperingati setahun kabinet SBY.
Apakah benar akan terjadi penggulingan SBY sebelum 2014, hal ini masih harus dibuktikan pada 20 Oktober nanti dan sesudahnya. Meski gerakan tidak sampai menggulingkan SBY, namun diperkirakan demo akan berlanjut terus apabila pemerintahan SBY tidak melakukan perubahan terhadap kinerjanya. Bila tidak ada perubahan yang bisa mewujudkan kesejahteran rakyat serta memperbaiki keadaan ekonomi, penegakan hukum dan keamanan, bisa jadi bergulir revolusi sosial atau people power yang menghendaki penurunan rezim penguasa sekarang. Jangankan SBY, mantan Presiden Soeharto yang kuat dan masih didukung militer saat itu pun bisa dijatuhkan oleh gerakan reformasi. Kini, mulai marak tuntutan agar SBY mundur. Entahlah, penggulingan SBY bakal menjadi kenyataan atau wacana yang terus menggoyang ‘ketenteraman’ SBY.

Baterai Laptop Panjang Umur dan Tahan Lama

Pertama, biasakan baca dulu manual yang ada, manual book sekarang tersedia dalam bahasa Indonesia sesuai Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 547/MPP/Kep/7/2002. Sering kali kita menanggap remeh, merasa sudah bisa kemudian melalaikan membaca manual book.
Kedua, charge laptop anda dan lakukan kalibrasi baterai untuk pertama kalinya, hal ini penting karena berhubungan dengan judul di atas;
Apa itu kalibrasi? Kalibrasi adalah merupakan proses verifikasi bahwa suatu alat ukur sesuai dengan rancangannya dalam hal ini adalah Battery meter/Battery bar.
Bagaimana caranya?
Setelah men-charge penuh baterai laptop,  masuk pada control panel, kemudian pilih Power Options, pada tab bag kiri, create a power plan, kita pilih never di semua options, save lepaskan colokan listrik dan biarkan laptop sampai habis baterainya, dan shut down (jangan di pakai tapi laptopnya). Setelah itu charge kembali batere, masuk ke control panel kembali dan pilih default power plan pada Power Options.
Sama seperti di atas, hanya saja setelah bikin power plan buat kalibrasi, restart laptop dan masuk pada safe mode, biarkan sampai laptop shutdown karena habis baterainya, selanjutnya sama seperti di atas.
Jadi maksud tulisan ini adalah, baterai sebagai pendukung utama laptop yang sering di abaikan. Sebagai pendukung utama, sudah seharusnya kita beri perhatian khusus.
Kita sering lihat di berbagai kondisi, laptop / notebook yang unmobile, alias deskbook. Baterainya tidak lagi kuat berdiri sendiri, tanpa adanya asupan dari listrik, alias ngedrop. Berikut ini cara untuk memperpanjang usia baterai.
Ada beberapa software untuk memantau tegangan arus pada baterai. Yang perlu diperhatikan adalah jumlah pemakaian harus kurang dari 14.000 Mwh. Kelebihan daya terus menerus bisa memperpendek usia baterai
Sebaiknya jika bermain game, usahakan baterai full di-charge, dan tetap gunakan sokongan outlet listrik, supaya menghindari pemanasan yang berlebihan pada baterai.
Charge Baterai pada level 10-15%, jangan kurang dari itu karena bisa merusak cell2 di dalamnya, serta bisa dalam satu bulan sekali, di-charge pada kondisi batere 25%
Jangan lupa setiap 3 bulan sekali lakukan discharge cycle, ato gerakan menguras batere, ketika kondisi full tanpa digunakan/dipakai. (seperti kalibrasi)
Pada saat men-charge baterai, usahakan lebih dari kondisi 50% jika terpaksa harus di lepas dari listrik
Apabila baterai sudah di charge sampai penuh (100%) arus listrik tidak perlu dicabut bila pemakaian Laptop kurang dari 12 jam. Hal ini untuk mengurangi charge cycle yang ada pada baterai li-ion. Tapi jika pemakaian lebih dari 12 jam, colokan listrik harus dilepas. Karena jika lebih dari itu baterai anda bisa cepat rusak.
Copot baterai bila laptop tidak terpakai dalam jangka waktu yang lama, 3 hari atau lebih.
Sementara jika ingin memperpanjang durasi baterai pada saat dipakai:
matikan fungsi aero, jika memakai vista/win 7
sangat tidak disarankan multi tasking, terutama software multimedia tentunya
Kurangi brightness
hindari colokan2 pada port usb, entah itu flashdisk, external HD, external DVD-Rom, Cooling Pad, usb modem, dll
Matikan Bluetooth, dan Wifi

Tetapi bila baterai sudah terlanjur ngedrop, ada cara2 yg agak beresiko demi mendapatkan performa baterai kembali, yaitu baterai di flash atau di ganti cell-cellnya. Hanya saja ini tidak di benarkan atau di anjurkan, karena menghanguskan garansi, terlebih lagi bisa menyebabkan kecelakaan, yaitu baterai meledak. Atau yang lebih aman bisa memilih baterai non Ori, hanya saja perhatikan tegangan yaitu volt, ampere agar tidak merusak hardware yang berada di dalam laptop.

Susu

Buitenzorg, 04 Februari 2022 (back to the future).
Alkisah tersebutlah pada jaman dahulu kala di sebuah negeri yang mana presidennya selalu diobok-obok dan diborok-borok, sementara para koruptornya bergelimangan harta dan pada asyik ngorok sambil menonton rakyatnya yang saling gorok karena hidupnya makin terpuruk..... nyusruk..... sradak..... sruduk..... brak..... bruk.....
Di suatu tempat di pinggiran ibukota, konon menurut rumor yang beredar di tengah masyarakat sedang ada promo susu bubuk di sebuah supermarket.
Beginilah salah satu versi ceritanya :
Seorang gadis SPG membawa satu baki berisi susu sampel dan menawari satu gelas kepada setiap pengunjung yang melintas.
“Silahkan cobain susu saya, Om...... Gratis.....”, sapa gadis SPG dengan suara dibuat seramah dan selembut mungkin (padahal yang terdengar malah suara bariton).
“Aduh mbak, jangan sekarang ya. Besok aja deh”, balas seorang bapak yang ditanya. Belakangan si gadis baru tahu kalau bapak itu bernama Anas.
“Hari ini terakhir nyobain susu saya loh. Besok kami sudah pindah lokasi ke Cipinang Square..... Silahkan, Om”, tambah si gadis SPG sambil menjulurkan susunya.
Cepat-cepat si bapak menjawab, “Malu, mbak. Istri saya ngeliatin terus tuh di antrian kasir paling ujung”. Si bapak secara tak sengaja melihat nametag si gadis yang menempel menonjol di dada kirinya. Angelina S.
“Kok malu? Ngga apa-apa kok. Coba deh dipegang-pegang Om...... Masih hangat loh”, timpal si gadis yang suaranya kini menjadi bass.
Si bapak tak kalah sengit menjawab, “Kalo saya megang susunya mbak, istri saya bakalan ngamuk kayaknya. Apalagi minumnya sambil megang kemasannya”
Si gadis SPG melirik ke arah seorang wanita cantik di depan kasir sebelah ujung, “Istrinya yang belanjaannya satu troli penuh itu ya? Pantesan Om ngga mau nyobain susu saya, udah punya yang lebih maknyus rupanya. Susunya...... eh belanjaannya pada tumpah tuh Om. Tolongin istrinya cepetan....... Nama istrinya siapa sih, Om?”
“Melinda........... Melinda Perez”, jawab si bapak datar bergegas ke kasir sambil membawa segelas susu sampel hangat yang belum sempat dicicipi dan tumpah sebagian di celana si bapak.
Andi, petugas kasir melirik ke pinggang si bapak, “Celananya basah tuh, Pak. Boleh saya bersihkan kotorannya???”. Biar sebersih apapun dicuci, masih meninggalkan bekas yang tak akan lekang oleh waktu, pikir sang kasir. Andi kayaknya agak naksir sama si bapak.
Melinda langsung melotot dan menarik lengan si bapak lalu meninggalkan kasir dan barang belanjaannya yang belum sempat dibayar.

Nasi Goreng Terakhir Buat Levi

Seorang gadis berkaos merah berpayung hitam berjalan gontay ke arah lapak nasi goreng di tepi jalan Rasuna Said, tepat di emper dekat pagar pintu masuk Kedubes Malaysia. Dia lihat hanya ada dua orang pemuda pemilik lapak, tak ada pembeli. Yang seorang berdiri mematung tak bergeming di depan gerobak sedang asyik memainkan ponselnya, yang lainnya yang berbadan agak kurus dan berkulit kelam sedang duduk di meja panjang sembari menempelkan kepalanya pada dua lengannya yang dilekatkan di meja makan panjang, kelihatan sudah lelah dan mengantuk sekali.
Di pos pintu masuk Kedubes tampak pak Agus sedang duduk sambil merokok ditemani setengah gelas kopi yang sudah dingin. Tak ada TV, tak ada radio, hanya setengah gelas kopi yang sudah dingin. Pak Agus tinggal di sepetak kontrakan kecil di Gg. Klingkit bersama Nina putri kecil kesayangannya dan bu Sri istrinya yang gemuk berbalut lemak, tapi sangat dicintainya.
“Hallo abang yang hitam manis, dah lama nih Levi ngga singgah ke lapak abang”
“Eeeh, neng Levi. Makin imut aja yeach..... tapi..... kok agak pucat mukanya, mau ngapain malam-malam gerimis setipis rambut begini ya. Biasanya mengirim utusan khusus ke sini sambil bawa catatan pesanan satu halaman penuh”
“Mau pesan lah bang. Masa’ mau nyuci piring. Dan utusan khususnya ‘si Iyem’ kecengan abang lagi pulkam tuh, kambingnya melahirkan lagi katanya, hihihihi”
“Okey, lanjuuut..... Pesan apa nih, neng. Pokoknya dikasih harga spesial deh, discount 25% dari abang. Nasi goreng, mie goreng, mie rebus atau kwetiaw goreng?”
“Aku pesan nasi gorengnya ya, bang”
“Berapa porsi, neng. Tiga?”
“Kebanyakan atuh. Satu aja”
“Biasa, pedas, sedang, atau super pedas, neng?”
“Sedang aja”
“Tumben. Biasanya kan pesan yang super pedas, kayak minggu lalu. Pakai telor, neng?”
“Pakai, bang Rengga”
Pak Agus berdiri sebentar di posnya dan memandang ke arah lapak nasi goreng. Dahinya berkerut melihat kelakuan bang Rengga, lalu duduk lagi sambil geleng-geleng kepala.
“Telor ayam, telor bebek atau telor puyuh, neng?”
“Telor ayam aja kayaknya. Kalo bisa telornya yang fresh graduated ya”
“Telornya berapa, neng?”
“Satu aja, bang”
“Telornya diapain, diobrak-abrik....... eeeeh diorak-arik, diceplok atau didadar, neng?”
“Dielus-elus aja deh, bang. Duuh abang, didadar aja deh. Ingat!!! D-I-D-A-D-A-R..... DIDADAR
“Dipisah apa dicampur telornya, neng?”
“Hhhhh, dicampurrrrr. Masih berapa pertanyaan lagi bang Rengga yang ndesit?”
“Satu pertanyaan lagi, last question deh. Makan di sini atau dibungkus, neng?”
“Grrrrr, DIBUNGKUS!!!”
Kembali pak Agus berdiri, melongok bang Rengga yang sepertinya serius sekali berbicara dengan seseorang.... dengan siapa sih ngobrolnya?
“Wadouw....., nasinya ternyata not available alias habis neng. Pesan lainnya aja gimana?”
“Abang nech kayak KPK yeach. Banyak nanya, banyak pernyataan, banyak gaya, banyak kasih pilihan, tapi hasilnya NOL BESAR. Ngga jadi pesan deh, buang-buang waktu yang hanya tersisa sedikit neeech”
“Ngga jadi juga ngga apa-apa kok, kalau neng Levi berubah pikiran bisa pesan via sms loh, delivery order. Ini kartu nama abang, neng. Ada fotonya loh, fullcolor. Kok diam aja sambil tengok kiri-kanan, buru-buru kah?? Ada yang menunggu kah?? Ada yang mau dikatakan..... curhat curcol barangkali?”
“Hmmm, okey lah kalo begitu..... Kalo kwetiaw ada bang?”
“Nah, kalo kwetiaw tuh banyak pakai banget persediaannya, neng”
“Okey deh..... kalo gitu aku do’a-in cepet laku dan cepet habis aja kwetiawnya, bang”
Bang Gareng menoleh ke meja makan panjang saat ponselnya berbunyi nyaring, maklum masih monoponik.
“Do’a yang sangat menyejukkan dari gadis manis kayak neng Levi nih. Good Night. Have a nice day and sleep well tonight. Neng..... Neng..... Neng..... Kemana neng Levi tadi ya? Kok mendadak menghilang”
Rengga bertanya kepada rekannya yang dari tadi hanya duduk manyun di meja makan panjang.
“Eh, Tarjo, loe lihat ngga si Levi itu kemana perginya?”
“Bang Rengga ini emang aneh, dari tadi saya perhatikan ngomong sendiri aja. Eh malah nanya si Levi segala. Dia itu kan udah tujuh malam kemarin meninggal karena kecelakaan disruduk motor, bang Rengga. Neng Levi disruduk motor pas lagi jalan kaki berpayung hitam di trotoar saat gerimis setipis rambut di tengah malam yang sunyi. Jam-jam segini kayaknya pas dia menghembuskan napasnya yang terakhir. Pengendara motornya kabur entah kemana”
Rengga dan Tarjo melihat ke pos Kedubes Malaysia, sepertinya pak Agus sedang bicara dengan seseorang sambil ketawa-ketawa segala, tapi bicara dengan siapa ya? Pak Agus sedang tidak memegang ponsel, tak ada TV atau radio dan sendirian saja di sana. Aneh.
Tiba-tiba lampu di pos Kedubes mati, tak lama neon-neon di lapak nasi goreng juga mati, gelap dan hanya gelap saja, satu-satunya sumber cahaya hanya dari lampu trotoar jalan yang redup saja.
Tak lama neon-neon itu menyala kembali. Dan sesaat kemudian lampu di pos pun menyala. Alangkah terkejutnya Rengga dan Tarjo melihat pemandangan di pos Kedubes Malaysia apalagi melihat apa yang ada di pos itu........ Pak Agus...... Pak Agus..... hhhhh.
Dua jam kemudian kawasan itu ramai oleh kerumunan orang dan para pemburu berita. Mereka menyampaikan kabar yang mereka terima dan disiarkan sesuai versi masing-masing. Cerita sesungguhnya hanya Rengga dan Tarjo yang tahu.
Di seberang jalan, dari balik pohon-pohon yang rindang, bu Sri mengawasi dengan tajam tempat itu. Di tangannya ada plastik hitam besar berisi sesuatu yang berat sepertinya. Tak lama bu Sri pergi ke arah mobil yang tampaknya sudah lama menunggu.
Mobil pun melesat pergi ke arah Ambassador. Sepuluh menit kemudian....... Duarrrrr...... Mobil tersebut meledak dan terbakar hebat.
Orang-orang yang masih berkerumun di depan Kedubes Malaysia kontan kaget dan panik. Sebagian mencoba memburu sumber suara ledakan.

Wednesday, February 1, 2012

Humor Tak Harus Lucu : Sejarah dan Asal Usul Humor

Humor adalah kecenderungan pengalaman kognitif tertentu untuk memprovokasi tawa dengan tujuan memberikan hiburan. Makanya kalau sebuah humor tidak menghibur atau menyinggung perasaan seseorang, ia akan mengatakan, “Nggak lucu..!”.

Istilah humor berasal dari keyakinan orang Yunani kuno, yang mengajarkan pentingnya keseimbangan cairan dalam tubuh manusia untuk mengontrol kesehatan manusia dan emosi., yang dikenal sebagai humor (Latin: humor = “cairan tubuh”).

Orang-orang dari segala usia dan budaya merespon humor. Sebagian besar orang dapat mengalami rasa humor, yaitu, menjadi geli, harus tertawa atau tersenyum pada sesuatu yang lucu, dan dengan demikian mereka dianggap memiliki rasa humor. Orang hipotetis yang kurang memiliki rasa humor mungkin akan menemukan perilaku ganjil dari humor yang tidak bisa dijelaskan, aneh, atau bahkan tidak rasional. Meskipun akhirnya diputuskan oleh selera pribadi, sejauh mana seseorang akan menemukan sesuatu yang lucu tergantung pada sejumlah variabel, termasuk lokasi geografis, budaya, kematangan, tingkat pendidikan, kecerdasan dan konteks.

Ada banyak teori tentang apa humor dan apa fungsi sosial yang dilayaninya. Jenis yang berlaku teori mencoba untuk menjelaskan keberadaan humor meliputi teori-teori psikologis, sebagian besar yang menganggap bahwa humor diinduksi oleh perilaku yang sangat sehat, teori-teori spiritual, yang mungkin, misalnya, menganggap humor adalah hadiah “dari Allah “.

Beberapa mengklaim bahwa humor tidak dapat atau tidak harus dijelaskan.  Selain itu, humor dianggap mencakup kombinasi dari kekonyolan dan kecerdasan dalam individu; kasus paradigmatik yang Shakespeare Sir John Falstaff. Orang Prancis yang lambat untuk mengadopsi “humor”; dalam bahasa Prancis, “humeur” dan “humor” adalah dua kata yang berbeda, yang pertama mengacu pada suasana hati seseorang.

Teori humor Barat dimulai dengan Plato, yang dikaitkan dengan Sokrates (sebagai karakter dialog semihistorical) bahwa esensi dari konyol adalah ketidaktahuan karena lemah, yang karenanya tidak dapat membalas saat diejek. Kemudian, dalam filsafat Yunani, Aristoteles, dalam Poetics (1449a, hlm 34-35), menyarankan bahwa keburukan yang tidak jijik adalah dasar humor.

Dalam drama bahasa Sansekerta kuno, Bharata Natya Shastra Mum mendefinisikan humor (hāsyam) sebagai salah satu dari nava rasa,  atau prinsip. Dalam kasus humor, hal itu terkait dengan kegembiraan.

Istilah “komedi” dan “sindiran” menjadi sinonim setelah Aristoteles Poetics telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di dunia Islam Abad Pertengahan, di mana ia diuraikan oleh penulis-penulis Arab dan filsuf Islam seperti Abu Bischr, muridnya Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd .  Mereka dipandang hanya sebagai komedi “seni celaan” dan tidak menyinggung peristiwa dari awal dan akhir yang bahagia berhubungan dengan komedi Yunani klasik. Setelah terjemahan Latin dari abad ke-12, yang “komedi” istilah demikian memperoleh makna semantik baru dalam literatur Abad Pertengahan.

Alastair Clarke menjelaskan: “Teori adalah penjelasan evolusioner dan kognitif tentang bagaimana dan mengapa setiap individu menemukan sesuatu yang lucu Efektif, ini menjelaskan humor yang terjadi ketika otak mengakui pola kejutan itu. Pengalaman dari respon humor, suatu unsur yang diwujudkan dengan tawa. Kemampuan untuk mengenali pola langsung dan secara tidak sadar telah terbukti sebagai gudang kognitif manusia lucu. Penghargaan telah mendorong pengembangan kemampuan tersebut, yang mengarah ke unik. persepsi dan kemampuan intelektual manusia.

Pada tahun 2011, tiga peneliti menerbitkan sebuah buku yang mengulas teori-teori sebelumnya humor dan lelucon spesifik. Mereka mengusulkan teori bahwa humor berkembang karena memperkuat kemampuan otak untuk menemukan kesalahan dalam struktur kepercayaan aktif, yaitu, untuk mendeteksi penalaran keliru.