Wednesday, October 31, 2012

Haji Tukang Mabuk



Kenalin, name aye Juki, Muhammad Zulkarnaen Al Ayyubi, biase dipanggil bang Juki. Babe aye namenye bang Duloh, Abdullah Syafi’i Jalaluddin. Enyak aye pok Leha, Zulaeha Zinan Zalzabilla.
Babe aye tuh punye tanah lebar banget, dua kali lapangan bola. Tapi itu dulu. Karena anaknye sembilan, maka tuh tanah dibagi-bagi rata. Sisanya ditempatin sendiri sepojokan doang di deket stasiun tipi di Tegalparang.
Cuma gue doang yang ngga kebagian tanah, soalnya katanya gue anak pungut dari panti anak nakal Tangerang. Pas lagi kasih sedekah ke panti, bang Duloh lihat gue lagi ngaji kitab kuning, gape banget. Makanya gue dicomot dibawa pulang ke rumahnya yang gede banget.
Pok Leha kasihan gue ngga kebagian tanah, makanya dibeliin di Srengseng Sawah 250 meter doang. Lumayan lah buat ngadem.
Kerjaan gue ngurusin sapi-sapinya babe, makanya kalo pada ketemuan di jalan ama gue pada nutup hidung. Sapinya banyak susunya, gue tampung di botol-botol bening, sorenya gue atawa si sulung keliling ngider pake sepeda jualan susu sapi.
Dari jualan daging dan susu sapi, semua anak bang Duloh bisa pergi haji. Gue juga udah haji. Malahan anak gue, si Kojek, Abdul Rozak Syawaluddin, baru tahun kemaren pergi haji. Nah si Kojek ini yang mau gue ceritain.
Si Kojek itu anak gue nomor dua yang badung banget. Demen banget dia meres-meres susu sapi, tapi kalo disuruh ngider jualan, dia ogak, abangnya yang ditunjuk. Kalo abangnya ngga mau, ditonjok ama si Kojek. Biar abangnya gede, si Kojek ngga takut-takut acan.
Si Minah, Aminah Ramadhani Ja’far, anak bontot gue, paling cakep di kampung, tapi pada ngga berani deketin, takut ama si Kojek.
“He, bang Juki. Loe ajar si Kojek anak loe. Lihat nih, Sanip anak gue nyonyor mulutnya dibogem ama anak loe”
Begitu kata bang Mamat bawa golok sambil nuntun Sanip anaknya yang habis ditonjok ama si Juki. Gue cuma mesem doang.
“Lah, bang Mamat dong yang musti ajarin kelahi si Sanip, masak jadi anak laki beraninya bawa babenya segala. Lagian jadi anak yang sopan ama anak perempuan orang, main suat suit sembarangan aja. Emang anak gue burung”
Bang Mamat pun mundur teratur begitu tahu si Sanip yang punya ulah.
Si Kojek juga hobi banget nongkrong, ampe udah punya anak bini, masih aja nongkrong ama anak muda. Main bola sodok katanya. Padahal dia udah pergi haji. Kelakuannya ngga ilang-ilang.
Dan ada satu yang paling ditakutin ama si Kojek. Kalo soal yang ini dia musti bawa bekal di kantongnya. Kalo orang bilang sih itu jimat si Kojek. Tak akan lupa si Kojak sama yang satu ini, kemana pun si Kojek pergi.
Syahdan, saat mau pergi bareng-bareng ke undangan ponakan gue di Manggarai, si Kojek pun milih mobil rombongan yang ada AC-nya.
Si Minah seperti biasanya rajin ngintilin Kojek ke mobil.
“Nih, bang Kojek, jimatnya ketinggalan. Bisa berabe nanti di jalanan kalo ngga bawa antimo”

Majikanku dan Pacar Gelapnya



Dua tahun sudah aku tinggal di sini, di suatu kota di Dubai (atau Dumai? Ngga tau ah, ngga terlalu ngerti pisan, euy), entah apa nama wilayahnya.
Berbagai kebiasaan penghuni rumah megah ini hapal aku rekam dalam memori kecil ini. Pun kejadian sehari-hari yang penting dan ngga penting dan sangat ngga penting pake banget.
Orang yang lalu lalang melewati halaman rumah, tukang sayur yang menawarkan dagangannya ke bi Romlah, tukang bakso yang selalu rajin berlama-lama mangkal di bawah pohon ciprus di seberang jalan, atau pengemis perlente segar bugar dengan android di tangan yang sekadar singgah langak-longok saja.
Majikanku pun sangat perhatian dan sayang sama aku. Setiap kali sebelum berangkat kerja ia menyempatkan menyalamiku.
“Baik-baik di rumah ya. Jangan suka usil dan colak-colek bi Romlah!!!”
Aku hanya mengangguk dan memperhatikan majikanku naik ke Jazz putihnya. Katanya sih pemberian suaminya yang entah berada di mana. Makanya dia selalu cari pacar buat pengisi waktu dan menyalurkan bakat terpendamnya, penyanyi karaoke. Tak pernah lebih dari tiga bulan, pasti ganti pacar, dan brondong tentunya.
Kebanyakan sih pacarnya itu mahasiswa kata bi Romlah dan yang terakhir malah katanya anak kelas 12. Kayak apa sih tampangnya? Soalnya majikanku ngga pernah bawa pacar barunya ke sini. Selalu dibawa ke apartemennya di pinggir kota.
Bi Romlah pernah cerita ke tukang mie ayam kalau pacar majikanku itu bapaknya Spanyol, ibunya Solo. Makanya badannya bongsor, macho, putih mulus dan berwajah agak kearab-araban, mirip Kaka lah kalau mau dibayangkan.
Bi Romlah dapat pesan dari majikanku kalau pacar barunya pulang sekolah mau singgah dan makan siang di sini, dia pakai motor matik warna hijau dangdut.
Betul saja, lewat jam satu ada motor matik berhenti di muka rumah dan bi Romlah sengaja memang membuka pintu kecil agar si pacar baru bisa masuk.
Aku amati saja anak bongsor itu masuk dan turun dari motornya, dia tak menyadari keberadaanku. Dasar anak songong dan tablo.
“Biii….. biiii…… bi Romlah……”
Weleh, weleh, weleh….. suaranya gambreng banget, bikin gatal nih telinga. Dan kok sok akrab banget sama bi Romlah. Aku pun melongok dan menyapanya…….
“Guk….. Guk…. Guk…..”
“Hwaaa….. ada duberman…… kabooor….”
Loh kok malah naik motor lagi dan ngacir keluar rumah……. Anak yang aneh, pikirku. Aku pun kembali ngampleh di gubug kecilku di sudut serambi rumah.

Cara Upgrade Widows 7 menjadi Windows 8



Salah satu cara untuk install Windows 8 Consumer Preview dengan mengupgrade dari Windows 7 melalui halaman resmi Windows 8.
Kenapa kita upgrade dari Windows 7 ke Windows 8, tidak dengan cara menginstall langsung Windows 8?
Hal ini karena ternyata banyak aplikasi Windows 7 yang juga support atau kompatible dengan Windows 8, jadi sayang kan kalau kita buang waktu hanya untuk menginstall aplikasi yang seharusnya tidak perlu diinstall.
Adapun cara upgrade Windows 7 ke Windows 8 adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Buka halaman resmi Windows 8 dan download file instalasi Consumer Preview. File instalasi hanya 5 MB.
Langkah 2: Jalankan file instalasi. Program instalasi akan memeriksa hardware dan software, dan kemudian akan memberikan laporan kompatibilitas aplikasi dan perangkat Anda. Langkah ini mungkin memakan waktu lama, jika dikomputer sudah terinstal banyak aplikasi tambahan.
Langkah 3: Klik tombol “Next” untuk mendapatkan product key Windows 8.
Langkah 4: Klik tombol “Next” untuk memulai download Windows 8. Lamanya proses download tergantung dari kecepatan internet yang digunakan.
Langkah 5: Setelah proses download Windows 8 selesai, pilih tombol “Install Now” kemudian tombol “Next”.
Langkah 6: Pada tampilan selanjutnya ceklist pada “I accept the license terms” dan kemudian klik tombol “Accept”.
Langkah 7: Selanjutnya, pilih apa yang akan anda lakukan di Windows 8. Untuk memindah semua aplikasi yang sudah terinstall, pengaturan dan file, pilih”Windows settings, personal files, and apps” kemudian klik “Next”.
Installer akan memeriksa lagi ruang disk yang tersedia. Jika instalasi drive Anda untuk Windows 7 memiliki minimal 16 GB ruang kosong (20 GB untuk Windows 8 x64) maka instalasi Windows 8 tidak akan dapat dilanjutkan.
Terakhir, klik tombol “Install” untuk melanjutkan instalasi.
Langkah 8: Komputer akan restart 2 atau 3 kali selama proses instalasi.
Langkah 9: Pilih warna background, masukkan nama PC kemudian klik tombol “Next”. Pada tampilan selanjutnya anda harus mengkonfigurasi dan menyesuaikan pengaturan Anda sendiri.
Langkah 10: Terakhir, anda akan melihat tampilan Metro Windows 8. Selamat komputer anda sudah berhasil terinstall Windows 8.
Semoga informasi cara install Windows 8 dengan cara upgrade dari Windows 7 ke Windows 8 diatas bisa bermanfaat. Selamat mencoba.

Susahnya Kalo Punya Barang yang Bighead


Kapan Pengiriman TKI ke Saudi Arabia Dibuka Lagi ?



Kapankah pengiriman TKI ke Saudi Arabia dibuka lagi ?  Pertanyaan itu hampir tiap hari datang pada saya dari ibu-ibu tetangga saya di Madinah…Hari ini saya mengantar puteri saya yang baru saja masuk kelas satu SD di Madrasah Ibtidaiyah Banat nomor 97 Madinah…baru saja saya mengantarkan puteri saya masuk ke dalam kelasnya, salah seorang guru kelas satu tiba-tiba dengan suara keras mengeluarkan pernyataan begini : “kata saudari saya, Amir Saud bn Faisal bilang tidak akan pernah membuka lagi kerjasama penerimaan tenaga kerja Indonesia ke Saudi, tidak akan pernah lagi mendatangkan pembantu dari Indonesia”….Nah, lho, pernyataan yang tidak ada ujung pangkal, namun saya menyadari maksud ibu guru itu kepada saya karena saya satu-satunya WNI yang ada di tempat itu…saya dengan jengkel namun mencoba menahan diri menjawabnya :  ” Bukan cuma Saudi yang nggak mau buka kerjasama lagi dengan Indonesia, Bu Guru,  dalam hal ketenagakerjaan terutama pembantu rumah tangga, pihak Indonesia pun nggak mau buka lagi bila apa yang dituntut oleh pemerintah Indonesia tidak dikabulkan pihak Saudi”…si ibu guru ngotot, mungkin niatnya mau bersilat lidah pagi-pagi…tapi saya tidak punya selera melayaninya, karena saya tahu persis ibu guru itu tidak memahami apapun mengenai masalah pengiriman tenaga kerja Indonesia ini…si ibu guru hanya mewakili segelintir kaum wanita Saudi yang merasa sok tahu dan merasa superior dibanding saya yang WNI…saya pikir kenapa harus buang energi pagi-pagi berdebat dengannya….
Pulang ke rumah, ternyata saya terus terganggu oleh pernyataan si ibu guru itu…saya akhirnya menghabiskan waktu di depan laptop dan mencari jawaban, kapankah moratorium ini akan dibuka kembali ? Saya tidak menemukan jawaban.  Dari BNP2TKI.com belum ada kabar terbaru tentang pembukaan ini, juga tidak ada tulisan sudah sampai dimana prosesnya…yang saya maksud proses negosiasi dari team delegasi RI yang sudah beberapa bulan ini berkali-kali rapat dengan pihak Saudi di Jeddah maupun di Riyadh…apakah hasilnya ? sudah seberapa baik kemajuan negosiasinya ? apakah situasinya menguntungkan pihak RI ataukah tetap pihak Saudi superior ?
Saya bukan tenaga kerja Indonesia, saya hanya seorang ibu rumahtangga biasa…tapi kerap kali saya mendapat kesempatan untuk membantu para tenaga kerja Indonesia baik di sekitar tempat tinggal saya di Hijam st. Kota Madinah maupun melalui sahabat-sahabat….Itulah sebabnya saya merasa cukup tahu mengenai realita TKI setelah mereka tiba di Saudi…Beberapa tenaga kerja kerap mengirim sms pada saya, meminta bantuan, ataupun hanya sekedar minta saran nasehat saja…saya anggap semuanya saudara yang harus saya bantu.
Kembali ke pertanyaan yang menggelitik kepala saya, kapankah moratorium ini berakhir ? Kapan dibuka kembali pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Saudi Arabia ? Benarkah pihak Saudi tidak mau dan tidak akan pernah membuka kembali dengan Indonesia ?…Saya tidak punya jawaban kapan, namun ini yang saya temukan dalam kehidupan saya bertetangga : hampir semua tetangga saya, orang Saudi asli,  menunggu,  kapan Indonesia dibuka kembali…walaupun saat ini sudah berjalan visa housemaid Ethiophia, namun kebanyakan tetangga saya tidak mau mengambil pembantu dari Ethiophia, maupun negara lain seperti Kenya, Bangladesh ataupun Srilanka ataupun Maroko…mereka menunggu mendapat pembantu dari Indonesia.  Alasannya pembantu Indonesia bersih, sopan, taat, dan mereka sudah terbiasa mendapat pembantu Indonesia sejak neneknya, ibunya, sejak dulu di rumah mereka selalu bekerja pembantu Indonesia.
Saya selalu berusaha menjelaskan pada ibu-ibu tetangga saya orang-orang asli Madinah itu, bahwa Pemerintah Indonesia menutup pengiriman TKI ke Saudi karena mengharapkan perbaikan dalam sistem perlindungan TKI, mengharapkan peningkatan gaji TKI, dan mengharapkan peningkatan kesejahteraan TKI selama bekerja yang dalam hal ini saya contohkan mengenai jam kerja dan hari libur.
Beberapa kasus TKI yang pernah saya dengar, mengeluhkan jam kerja mereka begitu panjang sampai tidak cukup istirahat tidur, ada yang mengalami jam tidurnya hanya 4-5 jam sehari…tentu saja lama-lama mereka sakit, stress, dan kehilangan mood, akhirnya lama-lama hasil pekerjaannya semakin tidak memuaskan pihak majikan dan memicu perselisihan dengan majikan…namun saya tidak pernah menemukan TKI yang menuntut hari libur….mau pergi kemana hari libur ? Pergi keluar rumah majikan takut, tidak ada tempat tujuan berlibur, dan tidak ada muhrim untuk keluar rumah…Jadi saya sering bilang pada suami saya, alangkah baiknya bila pemerintah Indonesia punya “Rumah Indonesia” seperti gedung Tabung Haji Malaysia di depan Baqia, satu gedung dengan papan besar bertuliskan “Tabung Haji Malaysia” mudah ditemukan orang yang mencarinya….bila ada Indonesian Centre, semacam Rumah Indonesia yang berada di daerah strategis seperti dekat Nabawi, mudah ditemukan, mudah diakses darimana saja, maka rumah itu yang bisa menjadi tujuan para TKI berlibur, maka tentunya keinginan memperjuangkan adanya hari libur bagi para pembantu rumahtangga Indonesia yang kerja di Saudi akan ada gunanya dan bisa direalisasikan….Tapi saya percaya para TKI akan lebih memilih over time 50 riyal per hari dibanding memilih hari libur, karena teknisnya bepergian menuju Indonesia Centre atau Rumah Indonesia itu tidak mudah…tidak mudah bagi seorang TKI wanita bepergian, keluar rumah sendirian dari rumah majikannya menuju ke shelter atau rumah Indonesia itu karena masalah muhrim, transportasi, dsb…. Tidak mudah.
Dalam masalah perlindungan TKI, ini juga tidak mudah.  Sistem masyarakat Saudi yang sangat melindungi privacy tiap keluarga Saudi, sangat tidak memudahkan, begitu seorang TKI masuk ke dalam rumahtangga seorang Saudi, maka tidak mudah untuk mengakses TKI itu, kecuali pihak TKI sendiri menciptakan akses komunikasi dengan sering berkomunikasi pada keluarganya atau temannya melalui sarana telpon atau HP, ataupun dengan berteman dengan sesama TKI lain di sekitarnya….Masalahnya banyak sekali orang Saudi yang tidak berkenan bila pembantunya punya HP…saya sering menemukannya, ada yang sampai menyita HP pembantunya….Jadi, perlindungan TKI hanya akan bisa berhasil bila dasarnya ada daya tahan, ada move dari pihak TKInya dulu…tidak akan terdeteksi adanya masalah menimpa TKI di tempat bekerjanya bila pihak TKI tidak berani mengadu, atau tidak berusaha agar perselisihannya dengan pihak majikan segera diselesaikan melalui pihak yang bisa membantu….bila pihak TKI diam, tidak ada akses komunikasi dari tempatnya bekerja, maka semuanya masalahnya akan terkubur dan tak akan diketahui orang lain yang bisa membantunya, maka artinya semua kertas Perlindungan TKI ini gak akan efektif berfungsi sesuai tujuannya melindungi seorang TKI…pangkal mulanya ada pada daya tahan, daya juang pihak TKI itu sendiri, karena demikianlah adanya, sistem privacy di rumah-rumah orang Saudi begitu eksklusif sehingga tidak mudah diakses pihak luar.
Dalam hal banyaknya kasus perselisihan tenaga kerja dengan pihak majikan, hal ini menurut saya wajar sifatnya… ada yang berselisih karena merasa tidak cocok, ada yang tidak betah, ada yang tidak sanggup dengan beban pekerjaan, membuat TKI berselisih dengan majikannya…dalam hal ini menurut saya pihak Maktab Agency yang harus berfungsi maksimal…pihak Maktab Agency inilah yang seharusnya bisa diharapkan membantu mencari jalan keluar dari perselisihan TKI dengan majikannya karena biasanya para majikan begitu merasa ada masalah dengan pembantunya maka mereka akan mengadukannya ke pihak Maktab Agency…Dalam hal ini saya pikir ada baiknya mengusulkan agar semua Maktab Agency memiliki tenaga penerjemah Indonesia di maktabnya masing-masing yang tugasnya dikhususkan menangani perselisihan antara kafil dan TKI…saat ini banyak Maktab Agency yang tidak memiliki tenaga penerjemah, dan tidak ada pegawai yang secara khusus tugasnya menangani perselisihan atau menangani pengaduan….Membenahi tiap maktab agency lebih mungkin dengan mewajibkannya punya tenaga penerjemah Indonesia yang bertugas menangani perkara TKI, agar perselisihan tenaga kerja dengan pihak majikan bisa diatasi secara dini sebelum terjadi hal-hal yang lebih serius seperti kecelakaan, kematian atau tindakan kriminal yang merugikan pihak TKI maupun pihak majikan…Menurut pemikiran saya :  mewajibkan tiap maktab agency memperkerjakan orang Indonesia sebagai penerjemah dan sekaligus tugasnya bekerja menangani pengaduan pihak majikan dan TKI di maktab - maktab, itu akan lebih berhasil meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia….dasar pemikiran saya karena seorang majikan bila merasa ada masalah dengan pembantunya, maka yang akan pertama dia telpon, yang pertama kali dia cari adalah pihak maktab agency.  Pihak majikan akan mengadukan pembantunya kepada pihak maktab agencynya…maka seorang TKI pun bila merasa ada masalah harus meminta kepada majikannya untuk diantarkan ke pihak Maktab Agency untuk diselesaikan masalahnya….ini menurut saya bisa langsung membantu menaikkan derajat perlindungan terhadap TKI dan bisa meminimalisir terjadinya musibah-musibah terhadap TKI….libatkan pihak maktab agency agar bertanggungjawab, caranya dengan diharuskan mempekerjakan orang Indonesia untuk menangani tiap TKI di maktab mereka…wajibkan setiap maktab agency untuk mempekerjakan seorang penerjemah Indonesia dan sekaligus tugasnya penerjemah itu menangani pengaduan dari kedua pihak yaitu TKI dan Kafilnya.
Jadi, kapan moratoriumnya dicabut ? Apakah akan menunggu pihak Saudi yang selalu superior untuk menyetujui tuntutan persyaratan-persyaratan PK (Perjanjian Kerja) yang banyak lampirannya, yang mengharuskan pihak majikan menandatangani langsung PKnya di Perwakilan RI, dan harus mencantumkan foto semua anggota keluarga Saudi itu, atau menunggu pihak Saudi menyetujui MoU perlindungan tenaga kerja, atau menunggu sampai rakyat di kampung-kampung di Indonesia protes nggak punya pekerjaan, nggak punya uang, pengen kerja di Saudi tapi nggak bisa berangkat ?
Harga yang harus dibayar oleh seorang calon majikan untuk mendapatkan pembantu Indonesia, terakhir sebelum diberlakukan moratorium berkisar antara 8,000 - 10,000 riyal untuk kota Madinah…saya dengar di kota seperti Riyadh sampai 12,000 riyal yang harus dibayarkan kepada Maktab Agency untuk mendapatkan pembantu dari Indonesia…harga itu belum termasuk uang untuk pembuatan visa housemaid Indonesia yang harganya 2,000 riyal…sedangkan yang harus dibayarkan pihak Maktab Agency Saudi kepada PPTKIS di Jakarta saat itu berkisar antara 2,000 dolar amerika sampai 2,500 dolar amerika per satu TKI pembantu….Mahal sekali bagi warga Saudi untuk mendapatkan pembantu Indonesia…dibandingkan dengan pembantu Ethiophia misalnya, warga Saudi hanya harus membayar sekitar 6,000 riyal kepada maktab agency, dan pihak maktab agency membayar sekitar 1,000 dolar amerika kepada pihak perusahaan pengerah tenaga kerja di Adis Ababa…..tapi secara tradisional, secara kebiasaan, warga Saudi lebih memilih punya pembantu Indonesia dibandingkan pembantu dari negara lain, karena sudah terbiasa…maka mereka menunggu.
Jadi, menurut saya kasus-kasus yang mencuat mengenai penganiayaan TKI, kematian TKI, dan berbagai masalah lainnya, memang hal itu benar sangat penting untuk ditanggapi oleh Pemerintah RI..namun, jangan dimatikan inti sarinya….dimanapun masalah pasti ada…tidak akan bisa nihil…Pemerintah RI telah bekerja secara nyata untuk meningkatkan martabat bangsa dalam masalah ketenagakerjaan di Saudi, itu tidak diragukan lagi…Teknokrat, Politisi, dan Ilmuwan telah bekerja…Saya menghimbau pengiriman tenaga kerja ke Saudi dibuka lagi segera, perbaikan sistem bisa dilakukan sambil berjalan…rakyat di kampung tidak bisa ditunda terlalu lama untuk mencari nafkah, nanti banyak anak putus sekolah, banyak anak yang kekurangan gizi, banyak yang sakit yang tidak bisa berobat, karena ibu-ibu di kampung masih banyak yang ingin bekerja ke Saudi untuk membiayai keluarganya….tidak akan pernah ada sistem pembekalan yang cukup untuk para calon TKI yang akan berangkat ke Saudi walaupun masa pendidikan di BLK sudah diwajibkan 20 hari atau sebagainya, karena pembekalan akan berpulang kembali kepada sikap mental dan kesiapan pihak TKI sendiri untuk menjaga dirinya dan bertahan untuk berhasil, sehingga bisa bekerja sesuai kontrak 2 tahun….Bila TKI bisa paham untuk menyesuaikan diri dengan pihak keluarga majikannya, kemungkinan untuk berhasil sangat besar…Bila TKI paham beratnya beban kerja yang akan dihadapinya dan menjalaninya dengan sabar dan teguh, kemungkinannya untuk berhasil sangat besar…Bila TKI paham kepada siapa harus mengadu meminta pertolongan, paham apa yang harus dilakukannya bila menemukan perselisihan dengan majikannya, maka semua musibah-musibah penganiayaan, kematian, tindakan kriminal terhadap TKI akan bisa diusahakan diminimalisir sekecil mungkin….Timbulnya penganiayaan yang sangat kejam, atau sampai kematian, adalah hasil proses perselisihan yang bukan satu dua hari antara TKI dengan majikan atau keluarga majikan,namun tidak segera diselesaikan, sehingga bertambah parah dan berakhir menjadi musibah.
Dibanding pilihan bekerja ke Taiwan, Hongkong, atau Malaysia, bagi beberapa kalangan rakyat Indonesia bekerja ke Saudi masih merupakan pilihan teratas…Hal ini karena masih ada motivasi lain selain mencari uang yang biasanya dicari seorang TKI, salah satunya adalah peluang untuk menunaikan ibadah Haji dan Umroh…bekerja di Saudi telah mendekatkan para muslimin muslimah itu untuk menunaikan kewajiban Haji karena sudah dekat tempatnya dan sudah akan murah biayanya…bagi seorang TKI biasanya cukup membayar 3,000 riyal sudah bisa menunaikan ibadah haji, beberapa yang beruntung biaya menunaikan ibadah hajinya dibayar oleh pihak majikannya, tidak perlu lagi merogoh saku sendiri.
Jadi, alangkah baiknya bila moratorium ini segera dicabut oleh Pemerintah Indonesia…bukan hanya lost devisa yang besar bagi negara, tapi langkah pembenahan, langkah peningkatan perlindungan ini bukan instant, tidak akan cukup sebulan dua bulan, melainkan harus proses terus menerus….moratorium ini bila diberlakukan 3 bulan, 6 bulan, bahkan setahun pun gak akan cukup karena bisnis ini menyangkut subyek manusia bukan barang yang mudah diatur…insaniyah, manusia yang punya keinginan dan karakter masing-masing…Pemerintah telah bekerja, LSM telah bekerja, semua yang terkait sudah bekerja, itu sudah sangat cukup…pelajaran untuk semua sudah cukup, hantaman untuk semua pihak sudah cukup….antara Indonesia dan Saudi saling membutuhkan…seperti yang saya tuliskan di atas, suara ibu-ibu tetangga saya orang Madinah asli pun mengharapkan agar Indonesia segera dibuka kembali, anggap itu suara umum ibu-ibu Saudi, semua mengharapkan Indonesia segera dibuka kembali…demikian pula harapan tetangga-tetangga keluarga saya di kampung-kampung di Indonesia, Pengiriman ke Saudi segera dibuka kembali.

Serial Kisah TKW: Cantik Malah Repot



Memiliki paras cantik seringkali jadi bumerang ketika seorang wanita menjadi tenaga kerja ke Arab Saudi.  Berbagai masalah seringkali menimpa para wanita cantik ini.
Kisah Mbak Fais, Janda cantik, ibu dari 3 anak, kelahiran 1982 ini untuk kedua kalinya bekerja di Arab Saudi.  Pertama kali bekerja awal tahun 2009 - Januari 2011 di Kota Hail, Arab Saudi.  Pengalaman ini telah membuat Fais cukup cakap berbahasa Arab dan pandai memasak.  Hanya sebulan saja istirahat di kampungnya, Fais yang ibu kandungnya juga mantan tkw Saudi berangkat lagi melamar kerja ke Saudi.
Setelah memenuhi prosedur legal resmi, maka diberangkatkanlah Fais ke Madinah pada bulan Maret 2011.  Kali ini sejak pertama kali masuk ke rumah majikannya, Fais sudah dilanda masalah.  Begitu melihat Fais yang bahenol dan ayu, majikan perempuannya langsung menolaknya.
Hanya dalam waktu 3 hari,  Fais sudah dikembalikan ke kantor agency.  Kecantikan Fais telah menjadi bibit kecemburuan sang majikan perempuan.  Dalam hal ini memang sangat bijak mengembalikan Fais ke kantor agency untuk mendapatkan majikan baru yang cocok,  yang mampu menghargainya secara bermartabat,  dan tidak menaruh curiga prasangka serta ketakutan yang merepotkan semua pihak.
Perempuan cantik jadi tkw,  seringkali yaaa  malah  repot !

Kenapa Kami harus Membaca Karya Anda?



Hm, serius banget ya? Ngarang aja kok repot banget sih? Hehe, siapa bilang sastra tidak serius dan repot! Dulu, sastra hanya milik orang-orang terdidik saja lho. Tak semua orang bisa membuat karya sastra, karena memang melalui sistem berpikir yang tidak selalu sederhana. Syukurlah sekarang tidak lagi begitu, terima kasih kepada media radio dan televisi yang waktu itu berhasil ’melelehkan’ kebekuan sastra hingga bisa dinikmati secara massal.
Ingat! ANDA BERHADAPAN DENGAN PEMBACA DAN YANG ANDA TULISKAN ADALAH KARANGAN, bukan artikel bermanfaat tentang menjadi lelaki idaman wanita dan wanita idaman lelaki, atau kaya dalam waktu singkat, atau mendapatkan lonjakan karier secara maksimal dengan usaha minimal. Kalau Anda menulis artikel seperti itu, tentu saja akan banyak pembacanya karena yang mereka cari adalah informasinya yang bermanfaat. BUKAN MAKNA DAN KEINDAHAN BERBAHASANYA, BUKAN PULA KEUNIKAN CERITA DAN KELIARAN IMAJINASI ANDA.
Begini, umumnya, semua orang yang pernah sekolah pasti bisa menulis dan mengarang, terlepas itu bagus atau tidak. Jadi, bisa kita bayangkan berapa banyak karangan yang akan tertuang dari satu orang? Kalau seorang itu membuat 20 karya sebulan dan ada puluhan lagi pengarang yang melakukan hal seperti itu. Berapa banyak karya yang akan tercipta? Lihat saja kanal fiksi di kompasiana, dalam satu jam bisa berapa karya yang ditayangkan mulai dari novel, cerpen, cermin, dongeng, drama, dan drama.
Semakin banyak karangan yang ada tentu semakin selektif pilihan pembaca. Dan segelintir karya yang menarik sajalah yang akan dibaca dengan cermat sampai tuntas, bukan sekali lewat. Dan lebih sedikit lagi yang mendekam lama dibenak pembaca. Dan semakin sedikit lagi yang mampu menggugah pembaca untuk menelaahnya, lagi dan lagi. Anda mau karya Anda masuk dalam kategori mana?
HM, APA ANDA MAU MENIPU PEMBACA DENGAN MEMBUAT JUDUL KARANGAN YANG EROTIS DAN MENGARAH-ARAH KE ’ANU’? TAPI TERNYATA ISINYA TAK SEGARANG JUDULNYA.
Judul Karangan
Memberi judul karangan adalah masalah selera pribadi Anda. Mau yang sederhana, mau yang bermakna kias, atau yang absurd sekalipun itu terserah Anda. Tapi, Anda sebaiknya paham bahwa pemilihan judul yang tepat akan mempengaruhi keindahan keseluruhan karya itu. Ibaratnya JUDUL ADALAH PINTU SEBUAH RUMAH, TENTU ANDA AKAN MELIHAT PINTU TERLEBIH DULU SEBELUM MELIHAT ISI RUANGAN DI DALAM RUMAH TERSEBUT.
BUATLAH JUDUL YANG MEMIKAT. BUATLAH STANDARNYA DAN LAMPAUI STANDAR ITU. Dengan begitu Anda akan menciptakan judul yang bukan hanya enak dibaca tapi juga mampu melonjakkan imajinasi. Coba mencari referensi di karya-karya koran, bukankah judul-judulnya sangat memikat. Daripada sekedar judul-curhat seperti ”Pantaskah Aku Memilikimu?” atau ”Cinta Bertepuk Sebelah Tangan” atau ”Maaf Kali ini Aku Menyerah”.
Coba perhatikan lagi, tentang apa sih karya Anda itu. Kalau tokohnya itu sangat kuat karakternya, coba Anda ambil judul dari nama tokohnya saja, misalkan ”Nazar Puasa Laila” atau ”Mengejar Atun” atau ”Bang Rano, Mpok Hindun”, ”Sukir dan Sopirnya”, bukankah lebih imajinatif gitu? Belum puas, cari nama yang lebih tepat atau unik lagi supaya mampu mewakili cerita.
Tidak dengan nama tokoh, bisa juga dengan benda dalam cerita, ”Kopi Tak Bergula”, ”Teh Daun Sirih”, ”Sendok yang Terselip di Ranjang”, ” Umar Mencari Kamar” supaya berima. Coba contoh judul-judul film lawas kita yang sempat meng-Internasional: ”Daun di Atas Bantal”, ”Pasir Berbisik”, ”Biola Tak Berdawai”, sebelum menonoton film itu pun kita sudah terbawa khayalan dan penasaran dengan filmnya.
Atau dengan memberi kiasan seperti, ”Mata Bulan di atas Geribik”, ”Pohon-Pohon Manja”, ”Luka Tak Berdarah”, ”Suami yang Menemukan Aroma Ikan di Tubuh Istrinya” Unik gitu. Tidak biasa-biasa saja.
Mau yang biasa-biasa saja. Ok. Tapi, pilihlah judul yang menyimpan makna yang kuat bagi pembaca. Bisa itu adalah fenomena sehari-hari yang ramai diperbincangkan atau judtru tabu. Semisal, ”Air dari Rendaman Batu” Judul ini biasa, tapi menyimpan kisah bocah Ponari yang sempat menjadi pergunjingan warga. Judul-judul lain yang bisa menjadi alternatif antara lain: ”Bung Karno”, ”Pesan Pak Guru”, ”Pengamen Cilik di Simpang Lampu Merah”, ”Kakak Tak Mau Sekolah”, atau seperti judul film ”Emak Ingin Naik Haji”.
Berpikirlah kreatif, ciptakan judul yang kuat. Kemampuan memilih judul yang tepat sebenarnya menunjukkan jiwa artistik pengarang. Pelajarilah judul-judul karangan yang bagus. Jangan terjebak dengan judul curcol yang malah dangdut banget, “Mencintaimu Sampai Mati” hehe. Apalagi judul film-film horor(?) Indonesia, “Kuntilanak Duyung Mati Goyang Pinggul.” Ampun deh.
Pesannya sudah ketahuan di awal.
Beralih ke pesan cerita. Karya Anda pasti punya pesan di dalamnya (kalaupun tidak, pembaca akan membuat persepsi sendiri). Pesan yang terdeteksi sejak awal tulisan bisa jadi akan menurunkan rasa penasaran.
Contohnya gimana?
Judul puisi Anda adalah, ”Pelajaran Ikhlas” (wah, ini jelas banget ya mau kemana arahnya). Kalau isinya pun biasa saja, ”Akhirnya aku sadar/ Kekeraskepalaanku adalah sebabnya/ Angin tidak berbalik dengan ditiup….”saya tak yakin pembaca mau menuntaskan bacaannya.
Jadi, kalau memang pesan Anda itu jelas. Maka, tugas Anda lebih fokus pada cara penyampaiannya. Cari cara yang unik, misalkan menceritakan keikhlasan pohon yang menjadi sarang burung dan tempat berteduh bagi pejalan kaki yang kepanasan. Bukankah itu juga ”ikhlas”. Jadi, walaupun pembaca tahu kemana arahnya tapi penyampaian yang menarik itu mampu menahan mereka. Tahu puisi berjudul ”Hujan Bulan Juni” karya Sapardi, ia membicarakan cinta yang sederhana tapi teknik penyampaiannya sungguh memesona.
Cerpen? Hm, secara umum tak beda jauh. Hanya mungkin tantangannya lebih berat ya. Pertama, cerpen itu relatif panjang, jadi kemungkinan pembaca untuk berhenti membaca lebih besar. Bahasa dalam cerpen bukanlah bahasa puisi. Dalam puisi, ”Aku menemu malam dingin dan sedang jalan kaki di pasar minggu sepi.” adalah kalimat yang sah, bahkan cukup unik. Kalau dalam cerpen, kalimat itu menjadi rancu, aneh, dan mengundang kritik pembaca.
Apalagi kalau pembaca sudah paham betul dengan pesan yang ingin Anda sampaikan, bahkan melebihi pemahaman Anda sendiri. Kondisi akan makin kritis ketika pembaca yang awalnya ingin menikmati karangan Anda malah berbalik menjadi ”kritikus dadakan”. Ya, bagi beberapa orang kritikan itu hadiah, tapi bagi yang belum siap, kritikan mampu meruntuhkan semangat.
Saya yakin, pesan dalam karangan Anda bukanlah pesan yang diobral, kalau itu adalah rindu, tentu bukan rindu yang umumnya dirasakan orang bukan? Rindu yang bagamana? Tentu tidak seperti rindu punya teman Anda, bahkan tak seperti semua rindu yang dimiliki orang lain, hanya Anda yang tahu.
So, hati-hati dengan kesan pertama Anda ya. :)
Salam BB.

Jay




Malam itu, Jay baru saja keluar dari Gramedia, menggondol “The Last Ember” sebuah novel karya Daniel Levin. Di parkiran, sebuah Daihatsu Ceria berwarna putih telah menunggunya.
“Tak sabar rasanya untuk segera tiba di rumah, nonton beberapa DVD sampai jam 11.00 lalu tidur dengan bisikan Daniel Levin” gumam Jay dalam hatinya, sambil tetap mengawasi laju kendaraan nya.
Si-Ceria ini berjalan dengan cukup gesitnya, beberapa antrian kendaraan bisa disalip dengan rapih. Melihat ada ruang di depan yang dirasa cukup, tanpa pikir panjang Jay menyalip dua mobil di depannya, sebuah Inova dan Landrover.
“Ssssst………plek” Jay bermanuver melalui dua mobil itu dan berhenti tepat di belakang pantat sebuah Travelo Hitam.
-
“Hampir saja” kata Jay sambil memutar steer berusaha untuk meluruskan body si-Ceria yang sedikit melintang ke kiri.
-
Mata Jay yang awas telah melihat –dari arah berlawanan ada sebuah Colt Diesel menyebrangi perempatan dengan kecepatan tinggi, –menuju ke arahnya.
-
Perhitungannya lumayan tepat, seandainya dia melewati Travelo hitam tentu mobil mungil yang dikendarainya akan diiluluh lantahkan oleh keperkasaan Colt Diesel yang menerjang dengan garang.
-
Baru saja Jay menarik rem tangan, dari arah belakang terdengar suara yang keras sekali
“Ciiiiiittttttttt……..”
Suara berdecit ban disertai raungan mesin karena si pengemudi menurunkan gear persnelingnya.
-
“Seperti suara motor yang menginjak rem mendadak” kata Jay dalam hati sambil mencari asal suara.
-
Sekilas Jay melihat ada sebuah motor Kawasaki Ninja yang dikendarai oleh dua orang, - -melaju begitu kencangnya.
Dan tepat dipinggir jendela mobilnya, motor itu oleng ke kiri seperti kehilangan keseimbangan –hampir saja menyerempet kaca spion mobil yang ditumpangi Jay.
-
Dari dalam mobil Jay berteriak
“Awassss……remmm……aaaaah”
namun sia-sia saja teriakan kerasnya itu.
-
“Braak…..swiiiiitttttttttt !!!”
nyaring sekali terdengar oleh telinga Jay saat motor itu menubruk bagian belakang Travelo Hitam itu dan kemudian secara pasti menyayat badan sampingnya —memanjang dari belakang menuju depan.
-
“Wuaaalahhhh…..!!!”
Jay berteriak…keras sekali, dia sangat kaget ketika dari arah depan tiba-tiba muncul kepala Colt Diesel yang tadi dia hindari.
Colt Diesel itu sudah sangat tidak terkendali, seperti kesetanan saja.
-
“Braaak!!!” dentuman keras saat Colt Diesel itu menghantam trotoar jalan.
-
Begitu cepatnya kejadian itu, hanya dalam waktu sepersekian detik saja, dan itu membuat Jay –terkesima, dia hanya diam mematung.
Dengan mata kepalanya sendiri, dia baru saja menyaksikan sebuah kecelakaan naas yang sudah tidak bisa dihindari lagi….baru saja.
-
Seberkas cahaya dari mobil di belakangnya seperti mengembalikan seluruh puncak kesadaran Jay.
Dengan cekatan tangan kirinya langsung meraih sebuah tas kecil yang di simpan di jok belakang.
Tangan kanan nya merogoh kedalam, dan menarik kasar sebuah kamera SLR sedangkan tangan kirinya mengalungkan tali dari tasnya,
Sebuah gerakan akrobatik dengan ketangkasan dan kecepatan yang sangat luar biasa.
Saat Jay akan membuka pintu mobil, dari lubang AC menyeruak harum melati.
Begitu harumnya seolah menusuk hidungnya. Serta merta Jay menghambur keluar dari mobil yang ditumpanginya. Wajahnya begitu keheranan.
“Apa pengharum mobilku ini beraroma melati?”
tanya Jay pada dirinya sendiri sambil tangan nya memegang-megang hidung mencoba untuk menetralisir..
“….bukan… pengharum itu beraroma jeruk”
Jay coba mengingat kembali, dan dia sangat yakin sekali, sekarang dia ingat - - -baru minggu lalu dia menggantinya.
-
“Ah sudahlah…mungkin itu hanya perasaan saja”
sanggah Jay, setelah dia tidak juga menemukan kemungkinan penyebab aroma yang tiba-tiba berubah.
-
“arrrggh….!”
Sebuah erangan lemah terdengar dari arah depan.
Jay mencari sumber suara itu, tapi dia tidak mendengarnya lagi.
Tanpa banyak cakap lagi, segera Jay mempersiapkan kameranya, penglihatannya sekarang telah berpindah pada lensa kamera.
Dari balik lensa kameranya, Jay mulai mengatur komposisi, semua objek yang ada di depannya secara imaginer seolah membentuk segitiga sama sisi.
Di kedua sisi itu, Travelo Hitam dan Colt Diesel, dan pada titik setimbangnya, Jay melihat dua sosok manusia - -tergeletak lemah, melintang tegak lurus dengan posisi berdirinya saat ini.
Kaki dari sosok yang mengenakan Jaket merah itu –seperti masuk kebawah Travelo sedangkan kepalanya –yang masih mengenakan helm– berimpit dengan pinggiran ban Colt Diesel.
Sosok satunya yang lebih kecil, dia mengenakan Sweater Putih. dan sepertinya dia adalah seorang wanita.
Kepala wanita itu –masih mengenakan helm, tepat menempel di dada sosok pertama. Tubuhnya sedikit tengkurap, tampak kaki kanannya agak menyamping, –sedikit tidak normal, sepertinya kaki itu patah.
“Cekssssd”
suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan tragis itu.
-
Tanpa berpindah tempat, Jay memutar lensa kameranya, –zoom 80mm–
“Apa itu….”
suara Jay terdengar mengambang, sambil menurunkan kamera dari depan wajahnya.
Barusan saja dari ujung mata kirinya dia seperti melihat sebuah kelebatan disebelah kedua sosok yang tergeletak itu.
Tapi tak ada apa-apa.
……
Kembali Jay membidikan kameranya, matanya terbelalak melihat darah yang mulai menggenangi aspal di bawah kepala si-Jaket Merah.
“Apakah kepala itu pecah…..?” tanya Jay dalam hati.
Setelah dirasakan benar-benar fokus, Jay kemudian menekan tombol pelepas rana nya.
“Cekssssd”
Suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan tragis itu kembali.
-
Dari sudut mata kirinya yang tidak terhalang kamera, —kembali …Jay merasa melihat seseorang tengah berdiri di samping kedua sosok yang tergeletak itu.
Jay segera menurunkan kameranya untuk memastikan pandangan nya tadi.
“Tidak ada apa-apa….” gumamnya dalam hati denganl tidak melepaskan pandangan nya ke arah depan.
-
Memang bulu kuduknya sedari tadi sudah berdiri, tapi dia lebih mempercayai pandangan matanya sendiri.
Sedikit penasaran….Jay mendekatkan body belakang kameranya. Dia ingin lebih memastikan dengan melihat preview gambar pada display kameranya.
Hidung Jay kembang kempis seperti membaui sesuatu.
“Wangi apa ini…”
tanyanya dalam hati, jempol tangan nya masih menekan-nekan tombol navigasi untuk mencari gambar yang barusan di bidiknya.
Tangan kiri nya bergerak membekap hidungnya, dia merasa wangi itu semakin menusuk hidung saja,
“…seperti wangi bunga melati”
gumam Jay dalam hati, seolah dia tidak terlalu yakin.
-
Akhirnya gambar yang dia cari –muncul di display, setelah menekan tombol satu kali, tampilan pada display berubah dari indeks menjadi gambar, perlahan dia memperbesar gambar itu, sambil menggerakan gambar ke atas, ke kiri, seolah mencari sesuatu, kameranya semakin dia dekatkan supaya gambar itu menjadi lebih jelas.
“woaaa….!” suaranya tercekat, tangan kanannya tiba-tiba melepaskan genggaman pada kamera –saking kagetnya. Kalau saja tali kamera itu tidak melingkar di lehernya, pasti kamera itu sudah jatuh membentur aspal.
-
Dia tidak menyangka sedikitpun akan apa yang barusan dilihatnya.
Bulu kuduknya semakin berdiri saja, nafasnya semakin tidak teratur, denyut jantungnya semakin cepat.
Jay berdiri diam, mematung dengan pandangan kosong ke arah dua sosok manusia yang tergeletak di aspal. Beberapa kali kedua sosok itu bergetar-getar menggelepar, tengah meregang nyawa.
Tidak ada sosok yang lainnya.
Tapi dalam display kameranya tadi, Jay melihat ada sosok lain. Seorang wanita berkebaya putih, berdiri menyamping di sebelah dua korban kecelakaan itu.
Rambutnya panjang sepinggang dengan hiasan bunga melati yang menyerupai sebuah mahkota. Begitu jelas dia lihat dalam display dengan pembesaran gambar maksimum.
-
Belum hilang perasaan kagetnya itu, tiba-tiba Jay merasakan sentuhan pelan di pundak nya, dari sudut matanya dia melihat ada sebuah telapak tangan yang menekan bahunya.
Mata Jay semakin terbelalak, mulutnya mengatup rapat, sudah tak bisa apa-apa lagi, semuanya mati rasa, keringat dingin mengalir dengan derasnya.
“Ke..na…pa …..Mas?”
sebuah suara laki-laki yang sangat pelan seolah bertanya padanya.
Jay semakin mati rasa, denyut jantung nya semakin tidak terasa, dan semuanya menjadi semakin tidak menentu….tiba-tiba gelap –Jay jatuh pingsan karena ketakutan yang sangat.
-
Dia tidak menyadari, bahwa yang bertanya tadi adalah seorang Bapak yang juga telah menangkap dirinya sebelum jatuh tersungkur ke aspal.
“Mas ini kenapa, ditanya kok malah pingsan” gumam Bapak itu yang dalam hati keheranan, sambil menyeret tubuh Jay ke pinggir jalan.
Dari arah berlawanan beberapa pemuda menyongsong Bapak ini dan turut memapah tubuh Jay yang tidak sadarkan diri.
Jay dibaringkan di teras sebuah rumah, beberapa menit kemudian dia pun akhirnya siuman.
Bapak tadi menyodorkan segelas air untuk diminum Jay.
Setelah meminum air itu Jay kemudian didudukan.
“Gimana Mas….udah agak mendingan” tanya si-Bapak pada Jay dengan lembutnya.
“I…ya..a….Pak…” jawab Jay dengan sedikit tergagap.
Pandangan mata Jay menuju ke seberang jalan, dia melihat sebuah mobil ambulance baru saja datang.
“Kalau Mas, melihat hal aneh ….seperti wanita berkebaya putih…Mas jangan khawatir….itu penjaga disini” kata si-Bapak menjelaskan sesuatu pada Jay.
“Nyai Melati…tidak mengganggu” kata si-Bapak menambahkan perkataan sebelumnya.
-
Saat mendengar nama itu disebutkan, bulu kuduk Jay kembali berdiri, dia baru teringat akan apa yang baru saja dialaminya.
Jay cuma menganggukan kepala merespon penjelasan si-Bapak tadi.
-
Tiba-tiba handphone di saku celana nya bergetar beberapa kali. Sepertinya ada sms yang masuk.
Dengan tangan kanannya Jay merogoh sakunya untuk mengambil handphone.
“Sebentar…Pak…Maaf” kata Jay pada si-Bapak bermaksud untuk menyela pembicaraan.
“Iya…Mas …..silahkan” kata si-Bapak dengan tidak keberatan.
Jay membuka handphone nya untuk membaca sms yang masuk itu.
Ada sms yang masuk, tapi tidak ada nomor pengirimnya, blank begitu saja.
Kemudian Jay membuka sms itu –
Dan isinya sangat mengejutkan –membuat bulu kuduknya kembali berdiri.
“Kami sudah tenang sekarang, mohon Kami jangan diusik” isi pesan singkat yang dibaca Jay.
Jay seperti orang linglung saja usai membaca sms itu.
Bapak itu sepertinya mengetahui ada gelagat yang tidak baik.
“Ada apa lagi Mas….kok sepertinya ada sesuatu” tanya si-Bapak pada Jay penuh perhatian.
“Anu…Pak…anu…ini ada sms” jawab Jay, sambil tangan nya menyodorkan handphone nya pada si-Bapak.
Bapak itu kemudian membaca pesan yang tertera di handphone Jay.
Usai membacanya, Bapak itu langsung berdiri dan melangkah ke seberang jalan. Dia seperti sedang berbicara dengan seseorang, tapi Jay tidak melihat ada siapa-siapa disana.
Beberapa saat kemudian Bapak itu kembali menghampiri Jay.
“Gini Mas…sepertinya ada yang terusik, tadi maksud Mas disana itu untuk apa?” kata Bapak itu, berusaha menjelaskan sesuatu pada Jay.
“Tadi saya melihat kecelakaan, lalu keluar untuk memotretnya…singkatnya begitu Pak” kata Jay menguraikan keberadaan nya tadi disana.
“Oh..begitu…Gini aja Mas…mumpung masih ada waktu…sebaiknya Mas membuang saja gambar itu…tidak ada manfaatnya untuk Mas….kalau tidak….sesuatu yang buruk bisa saja terjadi pada diri Mas” kata Bapak itu dengan tegas.
“Waduh…!” kata Jay dengan paniknya. Dia kemudian meraih kamera yang tergeletak disampingnya. Dan tanpa pikir panjang lagi dia langsung membuka menu, pilih format, ok. Semua file gambar yang tersimpan di memory kameranya –hilang sudah.
- -
“Sudah saya buang semuanya Pak” kata Jay pada Bapak itu.
Kemudian Bapak itu menyodorkan segelas air putih pada Jay.
“Ini …Mas….tolong diminum….tapi harus satu kali tegukan yah Mas!” kata Bapak itu menegaskan.
Jay pun segera menerima gelas itu, kemudian meneguknya langsung dengan satu kali tegukan. Wangi melati kembali tercium oleh Jay, wajahnya menunjukan kepanikan.
“Ndak apa-apa Mas….Nyai …..Penjaga di sini” kata Bapak itu seolah memahami yang sedang terjadi pada Jay.
Jay cuma terduduk diam, tidak banyak bicara.
-
Dari arah jalan datang seorang polisi, dia mencari pemilik mobil Daihatsu Ceria.
“Oh itu…punya saya Pak” kata Jay pada polisi yang baru datang. Jay pun segera mohon pamit pada Bapak itu, serta yang lainnya. Dengan mengucapkan banyak terima kasih, saat menjabat tangan mereka satu per-satu.
Jay melangkah beriringan dengan polisi tadi.
Saat melintasi lokasi kecelakaan, bulu kuduk Jay kembali berdiri, untung saja saat polisi itu mengantarnya sampai masuk ke dalam mobil.
Jay sudah duduk di belakang kemudi, mesin mobilnya masih menyala, seperti saat dia tinggalkan tadi. “sreeek…!” suara rem tangan yang di lepaskan Jay.
Saat dia melewati persimpangan, wangi melati kembali menyeruak seolah mengucapkan selamat jalan. Walau bulu kuduknya ikut berdiri, tapi Jay sudah sedikit terbiasa sekarang, sehingga dia tidak begitu panik.
-
Tiba-tiba handphone di saku celananya kembali bergetar, sebuah sms baru saja diterima handphone nya.
Suasana dalam mobil kembali mencekam. Degup jantung Jay seolah mengalahkan suara music yang dia putar keras-keras. “Buka…jangan….buka….jangan” kata Jay dalam hati, penuh dengan keragu-raguan.
Jalanan begitu sepinya, padahal hari belum terlalu malam. Dengan tangan bergetar, Jay merogoh ke dalam saku celana nya. Kemudian dia membuka handphone nya, dan benar ada satu sms masuk. Nafasnya semakin tidak teratur, kecepatan mobilnya pun semakin melambat, dengan memberanikan diri akhirnya dia membuka sms itu. Seperti yang dia takutkan….sms dengan tanpa nomer pengirim, blank begitu saja.
Kemudian Jay membaca isi pesan—-
——pesan yang sangat singkat
“Titi Dj, trims”
hanya itu,
tidak ada yang lainnya lagi.
*****