Wednesday, October 31, 2012

Jay




Malam itu, Jay baru saja keluar dari Gramedia, menggondol “The Last Ember” sebuah novel karya Daniel Levin. Di parkiran, sebuah Daihatsu Ceria berwarna putih telah menunggunya.
“Tak sabar rasanya untuk segera tiba di rumah, nonton beberapa DVD sampai jam 11.00 lalu tidur dengan bisikan Daniel Levin” gumam Jay dalam hatinya, sambil tetap mengawasi laju kendaraan nya.
Si-Ceria ini berjalan dengan cukup gesitnya, beberapa antrian kendaraan bisa disalip dengan rapih. Melihat ada ruang di depan yang dirasa cukup, tanpa pikir panjang Jay menyalip dua mobil di depannya, sebuah Inova dan Landrover.
“Ssssst………plek” Jay bermanuver melalui dua mobil itu dan berhenti tepat di belakang pantat sebuah Travelo Hitam.
-
“Hampir saja” kata Jay sambil memutar steer berusaha untuk meluruskan body si-Ceria yang sedikit melintang ke kiri.
-
Mata Jay yang awas telah melihat –dari arah berlawanan ada sebuah Colt Diesel menyebrangi perempatan dengan kecepatan tinggi, –menuju ke arahnya.
-
Perhitungannya lumayan tepat, seandainya dia melewati Travelo hitam tentu mobil mungil yang dikendarainya akan diiluluh lantahkan oleh keperkasaan Colt Diesel yang menerjang dengan garang.
-
Baru saja Jay menarik rem tangan, dari arah belakang terdengar suara yang keras sekali
“Ciiiiiittttttttt……..”
Suara berdecit ban disertai raungan mesin karena si pengemudi menurunkan gear persnelingnya.
-
“Seperti suara motor yang menginjak rem mendadak” kata Jay dalam hati sambil mencari asal suara.
-
Sekilas Jay melihat ada sebuah motor Kawasaki Ninja yang dikendarai oleh dua orang, - -melaju begitu kencangnya.
Dan tepat dipinggir jendela mobilnya, motor itu oleng ke kiri seperti kehilangan keseimbangan –hampir saja menyerempet kaca spion mobil yang ditumpangi Jay.
-
Dari dalam mobil Jay berteriak
“Awassss……remmm……aaaaah”
namun sia-sia saja teriakan kerasnya itu.
-
“Braak…..swiiiiitttttttttt !!!”
nyaring sekali terdengar oleh telinga Jay saat motor itu menubruk bagian belakang Travelo Hitam itu dan kemudian secara pasti menyayat badan sampingnya —memanjang dari belakang menuju depan.
-
“Wuaaalahhhh…..!!!”
Jay berteriak…keras sekali, dia sangat kaget ketika dari arah depan tiba-tiba muncul kepala Colt Diesel yang tadi dia hindari.
Colt Diesel itu sudah sangat tidak terkendali, seperti kesetanan saja.
-
“Braaak!!!” dentuman keras saat Colt Diesel itu menghantam trotoar jalan.
-
Begitu cepatnya kejadian itu, hanya dalam waktu sepersekian detik saja, dan itu membuat Jay –terkesima, dia hanya diam mematung.
Dengan mata kepalanya sendiri, dia baru saja menyaksikan sebuah kecelakaan naas yang sudah tidak bisa dihindari lagi….baru saja.
-
Seberkas cahaya dari mobil di belakangnya seperti mengembalikan seluruh puncak kesadaran Jay.
Dengan cekatan tangan kirinya langsung meraih sebuah tas kecil yang di simpan di jok belakang.
Tangan kanan nya merogoh kedalam, dan menarik kasar sebuah kamera SLR sedangkan tangan kirinya mengalungkan tali dari tasnya,
Sebuah gerakan akrobatik dengan ketangkasan dan kecepatan yang sangat luar biasa.
Saat Jay akan membuka pintu mobil, dari lubang AC menyeruak harum melati.
Begitu harumnya seolah menusuk hidungnya. Serta merta Jay menghambur keluar dari mobil yang ditumpanginya. Wajahnya begitu keheranan.
“Apa pengharum mobilku ini beraroma melati?”
tanya Jay pada dirinya sendiri sambil tangan nya memegang-megang hidung mencoba untuk menetralisir..
“….bukan… pengharum itu beraroma jeruk”
Jay coba mengingat kembali, dan dia sangat yakin sekali, sekarang dia ingat - - -baru minggu lalu dia menggantinya.
-
“Ah sudahlah…mungkin itu hanya perasaan saja”
sanggah Jay, setelah dia tidak juga menemukan kemungkinan penyebab aroma yang tiba-tiba berubah.
-
“arrrggh….!”
Sebuah erangan lemah terdengar dari arah depan.
Jay mencari sumber suara itu, tapi dia tidak mendengarnya lagi.
Tanpa banyak cakap lagi, segera Jay mempersiapkan kameranya, penglihatannya sekarang telah berpindah pada lensa kamera.
Dari balik lensa kameranya, Jay mulai mengatur komposisi, semua objek yang ada di depannya secara imaginer seolah membentuk segitiga sama sisi.
Di kedua sisi itu, Travelo Hitam dan Colt Diesel, dan pada titik setimbangnya, Jay melihat dua sosok manusia - -tergeletak lemah, melintang tegak lurus dengan posisi berdirinya saat ini.
Kaki dari sosok yang mengenakan Jaket merah itu –seperti masuk kebawah Travelo sedangkan kepalanya –yang masih mengenakan helm– berimpit dengan pinggiran ban Colt Diesel.
Sosok satunya yang lebih kecil, dia mengenakan Sweater Putih. dan sepertinya dia adalah seorang wanita.
Kepala wanita itu –masih mengenakan helm, tepat menempel di dada sosok pertama. Tubuhnya sedikit tengkurap, tampak kaki kanannya agak menyamping, –sedikit tidak normal, sepertinya kaki itu patah.
“Cekssssd”
suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan tragis itu.
-
Tanpa berpindah tempat, Jay memutar lensa kameranya, –zoom 80mm–
“Apa itu….”
suara Jay terdengar mengambang, sambil menurunkan kamera dari depan wajahnya.
Barusan saja dari ujung mata kirinya dia seperti melihat sebuah kelebatan disebelah kedua sosok yang tergeletak itu.
Tapi tak ada apa-apa.
……
Kembali Jay membidikan kameranya, matanya terbelalak melihat darah yang mulai menggenangi aspal di bawah kepala si-Jaket Merah.
“Apakah kepala itu pecah…..?” tanya Jay dalam hati.
Setelah dirasakan benar-benar fokus, Jay kemudian menekan tombol pelepas rana nya.
“Cekssssd”
Suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan tragis itu kembali.
-
Dari sudut mata kirinya yang tidak terhalang kamera, —kembali …Jay merasa melihat seseorang tengah berdiri di samping kedua sosok yang tergeletak itu.
Jay segera menurunkan kameranya untuk memastikan pandangan nya tadi.
“Tidak ada apa-apa….” gumamnya dalam hati denganl tidak melepaskan pandangan nya ke arah depan.
-
Memang bulu kuduknya sedari tadi sudah berdiri, tapi dia lebih mempercayai pandangan matanya sendiri.
Sedikit penasaran….Jay mendekatkan body belakang kameranya. Dia ingin lebih memastikan dengan melihat preview gambar pada display kameranya.
Hidung Jay kembang kempis seperti membaui sesuatu.
“Wangi apa ini…”
tanyanya dalam hati, jempol tangan nya masih menekan-nekan tombol navigasi untuk mencari gambar yang barusan di bidiknya.
Tangan kiri nya bergerak membekap hidungnya, dia merasa wangi itu semakin menusuk hidung saja,
“…seperti wangi bunga melati”
gumam Jay dalam hati, seolah dia tidak terlalu yakin.
-
Akhirnya gambar yang dia cari –muncul di display, setelah menekan tombol satu kali, tampilan pada display berubah dari indeks menjadi gambar, perlahan dia memperbesar gambar itu, sambil menggerakan gambar ke atas, ke kiri, seolah mencari sesuatu, kameranya semakin dia dekatkan supaya gambar itu menjadi lebih jelas.
“woaaa….!” suaranya tercekat, tangan kanannya tiba-tiba melepaskan genggaman pada kamera –saking kagetnya. Kalau saja tali kamera itu tidak melingkar di lehernya, pasti kamera itu sudah jatuh membentur aspal.
-
Dia tidak menyangka sedikitpun akan apa yang barusan dilihatnya.
Bulu kuduknya semakin berdiri saja, nafasnya semakin tidak teratur, denyut jantungnya semakin cepat.
Jay berdiri diam, mematung dengan pandangan kosong ke arah dua sosok manusia yang tergeletak di aspal. Beberapa kali kedua sosok itu bergetar-getar menggelepar, tengah meregang nyawa.
Tidak ada sosok yang lainnya.
Tapi dalam display kameranya tadi, Jay melihat ada sosok lain. Seorang wanita berkebaya putih, berdiri menyamping di sebelah dua korban kecelakaan itu.
Rambutnya panjang sepinggang dengan hiasan bunga melati yang menyerupai sebuah mahkota. Begitu jelas dia lihat dalam display dengan pembesaran gambar maksimum.
-
Belum hilang perasaan kagetnya itu, tiba-tiba Jay merasakan sentuhan pelan di pundak nya, dari sudut matanya dia melihat ada sebuah telapak tangan yang menekan bahunya.
Mata Jay semakin terbelalak, mulutnya mengatup rapat, sudah tak bisa apa-apa lagi, semuanya mati rasa, keringat dingin mengalir dengan derasnya.
“Ke..na…pa …..Mas?”
sebuah suara laki-laki yang sangat pelan seolah bertanya padanya.
Jay semakin mati rasa, denyut jantung nya semakin tidak terasa, dan semuanya menjadi semakin tidak menentu….tiba-tiba gelap –Jay jatuh pingsan karena ketakutan yang sangat.
-
Dia tidak menyadari, bahwa yang bertanya tadi adalah seorang Bapak yang juga telah menangkap dirinya sebelum jatuh tersungkur ke aspal.
“Mas ini kenapa, ditanya kok malah pingsan” gumam Bapak itu yang dalam hati keheranan, sambil menyeret tubuh Jay ke pinggir jalan.
Dari arah berlawanan beberapa pemuda menyongsong Bapak ini dan turut memapah tubuh Jay yang tidak sadarkan diri.
Jay dibaringkan di teras sebuah rumah, beberapa menit kemudian dia pun akhirnya siuman.
Bapak tadi menyodorkan segelas air untuk diminum Jay.
Setelah meminum air itu Jay kemudian didudukan.
“Gimana Mas….udah agak mendingan” tanya si-Bapak pada Jay dengan lembutnya.
“I…ya..a….Pak…” jawab Jay dengan sedikit tergagap.
Pandangan mata Jay menuju ke seberang jalan, dia melihat sebuah mobil ambulance baru saja datang.
“Kalau Mas, melihat hal aneh ….seperti wanita berkebaya putih…Mas jangan khawatir….itu penjaga disini” kata si-Bapak menjelaskan sesuatu pada Jay.
“Nyai Melati…tidak mengganggu” kata si-Bapak menambahkan perkataan sebelumnya.
-
Saat mendengar nama itu disebutkan, bulu kuduk Jay kembali berdiri, dia baru teringat akan apa yang baru saja dialaminya.
Jay cuma menganggukan kepala merespon penjelasan si-Bapak tadi.
-
Tiba-tiba handphone di saku celana nya bergetar beberapa kali. Sepertinya ada sms yang masuk.
Dengan tangan kanannya Jay merogoh sakunya untuk mengambil handphone.
“Sebentar…Pak…Maaf” kata Jay pada si-Bapak bermaksud untuk menyela pembicaraan.
“Iya…Mas …..silahkan” kata si-Bapak dengan tidak keberatan.
Jay membuka handphone nya untuk membaca sms yang masuk itu.
Ada sms yang masuk, tapi tidak ada nomor pengirimnya, blank begitu saja.
Kemudian Jay membuka sms itu –
Dan isinya sangat mengejutkan –membuat bulu kuduknya kembali berdiri.
“Kami sudah tenang sekarang, mohon Kami jangan diusik” isi pesan singkat yang dibaca Jay.
Jay seperti orang linglung saja usai membaca sms itu.
Bapak itu sepertinya mengetahui ada gelagat yang tidak baik.
“Ada apa lagi Mas….kok sepertinya ada sesuatu” tanya si-Bapak pada Jay penuh perhatian.
“Anu…Pak…anu…ini ada sms” jawab Jay, sambil tangan nya menyodorkan handphone nya pada si-Bapak.
Bapak itu kemudian membaca pesan yang tertera di handphone Jay.
Usai membacanya, Bapak itu langsung berdiri dan melangkah ke seberang jalan. Dia seperti sedang berbicara dengan seseorang, tapi Jay tidak melihat ada siapa-siapa disana.
Beberapa saat kemudian Bapak itu kembali menghampiri Jay.
“Gini Mas…sepertinya ada yang terusik, tadi maksud Mas disana itu untuk apa?” kata Bapak itu, berusaha menjelaskan sesuatu pada Jay.
“Tadi saya melihat kecelakaan, lalu keluar untuk memotretnya…singkatnya begitu Pak” kata Jay menguraikan keberadaan nya tadi disana.
“Oh..begitu…Gini aja Mas…mumpung masih ada waktu…sebaiknya Mas membuang saja gambar itu…tidak ada manfaatnya untuk Mas….kalau tidak….sesuatu yang buruk bisa saja terjadi pada diri Mas” kata Bapak itu dengan tegas.
“Waduh…!” kata Jay dengan paniknya. Dia kemudian meraih kamera yang tergeletak disampingnya. Dan tanpa pikir panjang lagi dia langsung membuka menu, pilih format, ok. Semua file gambar yang tersimpan di memory kameranya –hilang sudah.
- -
“Sudah saya buang semuanya Pak” kata Jay pada Bapak itu.
Kemudian Bapak itu menyodorkan segelas air putih pada Jay.
“Ini …Mas….tolong diminum….tapi harus satu kali tegukan yah Mas!” kata Bapak itu menegaskan.
Jay pun segera menerima gelas itu, kemudian meneguknya langsung dengan satu kali tegukan. Wangi melati kembali tercium oleh Jay, wajahnya menunjukan kepanikan.
“Ndak apa-apa Mas….Nyai …..Penjaga di sini” kata Bapak itu seolah memahami yang sedang terjadi pada Jay.
Jay cuma terduduk diam, tidak banyak bicara.
-
Dari arah jalan datang seorang polisi, dia mencari pemilik mobil Daihatsu Ceria.
“Oh itu…punya saya Pak” kata Jay pada polisi yang baru datang. Jay pun segera mohon pamit pada Bapak itu, serta yang lainnya. Dengan mengucapkan banyak terima kasih, saat menjabat tangan mereka satu per-satu.
Jay melangkah beriringan dengan polisi tadi.
Saat melintasi lokasi kecelakaan, bulu kuduk Jay kembali berdiri, untung saja saat polisi itu mengantarnya sampai masuk ke dalam mobil.
Jay sudah duduk di belakang kemudi, mesin mobilnya masih menyala, seperti saat dia tinggalkan tadi. “sreeek…!” suara rem tangan yang di lepaskan Jay.
Saat dia melewati persimpangan, wangi melati kembali menyeruak seolah mengucapkan selamat jalan. Walau bulu kuduknya ikut berdiri, tapi Jay sudah sedikit terbiasa sekarang, sehingga dia tidak begitu panik.
-
Tiba-tiba handphone di saku celananya kembali bergetar, sebuah sms baru saja diterima handphone nya.
Suasana dalam mobil kembali mencekam. Degup jantung Jay seolah mengalahkan suara music yang dia putar keras-keras. “Buka…jangan….buka….jangan” kata Jay dalam hati, penuh dengan keragu-raguan.
Jalanan begitu sepinya, padahal hari belum terlalu malam. Dengan tangan bergetar, Jay merogoh ke dalam saku celana nya. Kemudian dia membuka handphone nya, dan benar ada satu sms masuk. Nafasnya semakin tidak teratur, kecepatan mobilnya pun semakin melambat, dengan memberanikan diri akhirnya dia membuka sms itu. Seperti yang dia takutkan….sms dengan tanpa nomer pengirim, blank begitu saja.
Kemudian Jay membaca isi pesan—-
——pesan yang sangat singkat
“Titi Dj, trims”
hanya itu,
tidak ada yang lainnya lagi.
*****