Saturday, July 9, 2011

Pos 6

Reinkarnasi Tak Berujung 4 : Deja Vu


Andi dibawa pamannya ke Jakarta untuk tinggal di sana, tetep jadi loper koran. Selama ini kalo ngomong suka ngaco dan bikin orang bingung. Bolak-balik dipanggilkan para tabib, dukun, paranormal, ngga ada yang ngerti apa yang terjadi pada si Andi.

Kontrakan pamannya ada di belakang hotel Kemang. Jadi si Andi bisa jualan di sekitar kawasan Kemang. Tiap hari berkeliling menjajakan koran, ada juga sih beberapa langganan, tapi ngga banyak.

Rabu, 29 Juni 2011

Menurut berita di koran akan ada gerhana matahari cincin melintasi sebagian besar Asia, Afrika dan benua Amerika. Bagi yang berada di Jakarta akan bisa menikmatinya siang hari nanti.  Seperti biasa Andi berkeliling jualan koran.

Sampailah Andi di sekitar kawasan utama Kemang dekat Mc’D. Lalu menuju suatu kantor di simpangan lampu merah. Pak Satpam seperti biasa duduk di kursi lipat merah menjaga di depan gerbang, dan saya melihat ada seorang laki-laki berdiri di ujung pintu gerbang sambil menatap ke gedung kantor, kata pak Satpam namanya Gamal, dan dia biasa ada di situ. Sepertinya saya kenal dengan lelaki itu, dimana ya?

Tak lama datang mobil yang dikendarai seorang wanita, Gamal menatap wanita itu, si wanita balik melihatnya dan juga melihat ke arah Andi. Tingkah mereka sangat aneh seperti saling kenal.

Di seberang jalan seorang lelaki lain juga memperhatikan mereka sambil sekali-sekali menatap ke atas, melihat matahari. Di suatu ruangan tak jauh dari tempat itu papinya Gamal sedang menatap sederetan monitor dan memegang sebuah alat yang mirip dengan alat yang dipegang lelaki di seberang jalan.
Menjelang siang hari, Arini keluar kantor, dan masih melihat bocah yang dipanggil Gamal berdiri di sisi pintu gerbang kantor. Arini berjalan menghampiri Gamal. Dan di dekat pak satpam, Andi juga masih ngobrol di situ. Seperti ditarik magnet, mereka berjalan ke arah Gamal. Langit seperti mendung, udara begitu sejuknya. Ya, memang akan ada gerhana matahari cincin dan sudah mulai rupanya. Tiba-tiba angin menerpa begitu keras ke arah mereka. Dan gerhana yang makin sempurna kini dibarengi dengan angin yang kencang.

Tiba-tiba tak ada hujan tak ada badai, kilat bersahutan dengan kerasnya, hanya 10 detik, dan di sekitar Kemang gelap gulita. Tak ada suara, tak ada cahaya, tak ada gerak sama sekali. Sunyi. Lelaki yang berdiri di seberang jalan seperti terbang ke atas langit, melesat dengan cepatnya. Papinya Gamal tak lagi ada di ruangannya yang sudah kosong tanpa ada apa-apa lagi di dalamnya. Ruang itu kini kosong, seperti tak pernah ditinggali. Hanya ada sebuah buku aneh di sudut ruangan, yang tampaknya penuh debu dan lama tak dijamah.