Saturday, July 9, 2011

Return 47

Seva


Sebelum berdirinya Kerajaan Demak, Islam mendapat penolakan dari orang Jawa. Dengan berdirinya Demak dan mulai surutnya pengaruh Majapahit, yang digambarkan sebagai Jembar kalangane danpadang rembulane (Luas lingkaran bulan dan terang sinar rembulannya), Islam dimetaforakan seperti tanaman padi yang semula kurus dan menguning menjadi berangsur sehat dan menghijau, semangat orang memeluk Islam seperti semangat pengantin baru, tersirat dalam sebait tembang Ilir Ilir.

Tembang Lir Ilir adalah tembang Jawa yang sangat populer yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo. Tembang ini menceritakan semangat orang Jawa masuk agama Islam yang dibawa oleh para wali.

Dalam lagu tersebut juga digambarkan persiapan seorang hamba ketika akan menghadap (sebo) kepada Sang Raja (Allah). Dengan dibantu Cah Angon (Gembala), walau penuh perjuangan ( lunyu-lunyu / licin ) tetap berjuang demi mendapatkan buah belimbing. Cah Angon atau anak gembala adalah nabi-nabi atau orang yang membimbing.

Dalam agama samawi, nabi-nabi besar pernah bertindak sebagai gembala seperti nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad (ketika dalam masa penyusuan). Buah belimbing adalah metafora dari syariat Islam karena buah belimbing bersisi lima. Buah belimbing dalam tradisi Jawa digunakan untuk mencuci senjata dan perlengkapan lain yang terbuat dari tembaga atau kuningan. Sifat tembaga dan kuningan adalah akan kusam apabila lama tidak dibersihkan.

Persiapan seorang abdi yang akan menghadap Rajanya antara lain adalah membersihkan pakaian (dodot) dan merapikan kain biar pantas di hadapan Sang Raja. Dodot adalah bagian dari keris yang terbuat dari kuningan bahkan ada yang terbuat dari perak atau emas.

Seva adalah bahasa Sansekerta yang berarti pelayanan. Bisa juga diartikan sebagai segala pelayanan yang ditujukan semata untuk Tuhan. Di dalam sebo atau seva, ada ketaatan, ada sembah dan pelayanan. Jadi mengabdi kepada Allah haruslah dengan sembah yaitu merendahkan diri atau mengagungkan Allah dan melayani-Nya. Melayani Allah dengan jalan melayani umat-Nya untuk kembali ke jalan-Nya dan senantiasa memayu hayuning bawono. Seva atau sebo bisa berarti menghadap atau kembali kepada Allah.

Berikut terjemahan bebas lagu Lir-Ilir:

Semilir, semilir, tanaman (padi)nya sudah berangsur sehat
Saya gambarkan menghijau, saya suarakan seperti pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatkan pohon blimbing itu
Licin-licin tetap panjatkan untuk mencuci dodotmu
Dodotmu dodotmu kusut sobek di pinggir
Jahitlah dan rapikanlah untuk menghadap nanti sore
Mumpung luas lingkaran bulannya (luas kekuasaan raja Demak), mumpung terang rembulannya
Mari bersuka ria! mari!

Lagu yang manja ini saya persembahkan untuk seseorang yang manja. Seseorang yang memiliki semangat seperti pengantin baru dalam belajar belimbing untuk bekal menghadap (sebo/seva) kepada Sang Khaliq.

(disarikan dari coretan dua orang sohib nun jauh di seberang sana yang baru berjumpa setelah sekian lama tak bersua, bersapa hanya di dunia maya)