Thursday, August 7, 2014

WAHABI DAN SYIAH LEBIH BERBAHAYA DARI ISIS DAN PKI SINTING

Ketika agama mengajarkan umatnya untuk bertindak tanpa ilmu, sesungguhnya agama berupaya mencegah kerusakan yang luas yang diakibatkan tindakan tanpa ilmu. Selaku muslim yang "salafus shalih" Ustad Imam Prasetyo seharusnya mengetahui hal tersebut. Sayangnya, Ustad Imam hanya sebatas mengetahui namun tidak mengamalkannya. Artikel terbaru Ustad Imam yang menyatakan bahwa "Syiah jauh lebih berbahaya ketimbang ISIS" setidaknya menguatkan fakta itu.

Saya sedari dahulu tidak menaruh simpati terhadap individu-individu yang berbicara tanpa ilmu. Seyogyanya sebelum berkata seseorang harus mempelajari terlebih dahulu, menelitinya, bergaul dengan kelompok orang atau golongan yang hendak dibicarakan olehnya. Karenanya saya mengkritik kawan dekat yang beragama non muslim namun telah dengan berani melontarkan kritik terhadap Islam tanpa mempelajarinya terlebih dahulu. Sama halnya dengan saya mengkritik Ustad Imam yang menyatakan "Syiah jauh lebih berbahaya ketimbang ISIS" dengan tanpa menyelami ajaran Syiah dan bergaul dengan individu-individu pemeluk Syiah.

Entah dengan dasar apa (selain copi paste) Ustad kita ini menyatakan hal tersebut. Apakah karena ia telah bergelut siang-malam dengan literatur-literatur Syiah atau Ustad kita telah bergaul dengan orang-orang Syiah nun jauh di Iran sana atau setidaknya komunitas muslim Syiah di Indonesia? Atau jangan-jangan ia hanya bermodalkan "qala wa qila" alias katanya-katanya belaka?

Bagi saya, menyatakan "Syiah jauh lebih berbahaya ketimbang ISIS" adalah hal yang ngawur tanpa berdasarkan ilmu. Syiah berbeda dengan ISIS. Muslim Syiah tidak menghendaki sama sekali berdirinya "daulah Islam" di muka bumi pertiwi. Berbeda dengan ISIS yang diketahui memang menghendaki berdirinya "daulah Islam", tidak saja di bumi Pertiwi melainkan di belahan bumi lainnya.

Saya dahulu pernah menulis artikel bertajuk "Mendedah Syiah di Nusantara" yang menjelaskan kehadiran komunitas Syiah sedari dahulu di Nusantara, bahkan kerajaan Islam pertama di Indonesia pun cenderung bercorak Syiah ketimbang Sunni. Selama rentang waktu yang demikian panjangnya di ranah Ibu Pertiwi, tidak sekalipun tercatat dalam sejarah gerakan-gerakan teror yang dilakukan oleh muslim Syiah. Sehingga menyatakan Syiah lebih berbahaya ketimbang ISIS adalah pernyataan yang sembrono nan tergesa-gesa yang hanya keluar dari individu yang terbelenggu oleh hawa nafsu dan belitan kebencian yang telah terjangkiti oleh virus takfirisme.

Sebaliknya, Ustad Imam dengan segala fanatisme butanya telah menutup mata batinnya akan fakta mengenai berbahayanya paham Wahabi yang berkembang di seluruh penjuru dunia. Dengan pemahaman Islam yang kaku, tekstual telah membuat mayoritas pengikut ajaran Muhammad ibn Abd Wahab menjadi sosok muslim yang jauh dari kata toleran dan moderat. Sokongan dana yang melimpah telah membuat ajaran "horor" ini menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mencuci otak para anak muda kita untuk melakukan radikalisme dengan mengatasnamakan agama.

Mari kita cermati, mayoritas pengusung gerakan teror niscaya berideologi Wahabi. Boko Haram, misalnya, adalah pengikut ajaran "horor" berkedok "salafus shalih". Gerakan teror di Nigeria itu adalah secuil dari setumpukan contoh gerakan-gerakan yang mengusung Wahabi sebagai ideologi keagamaan mereka.

Walhasil, jika saya menjadi Ustad Imam, maka saya lebih cenderung mengubah judul artikel menjadi "Wahabi Jauh Lebih Berbahaya Ketimbang Syiah". Setidaknya fakta-fakta dari rentetan teror di seluruh pelosok dunia menguatkan hal tersebut kwtimbang Syiah yang jelas-jelas tidak melandaskan mazhabnya kepada ideologi "horor nan teror"
.
.