Monday, March 11, 2013

Sang Pemutus Dinasti Partai Demokrat

Makin mendekati Kongres Luas Biasa (KLB) dari Partai Demokrat yang menurut beritanya akan di gelar akhir bulan Maret, tentunya marak dengan prediksi siapa calon Ketua Umum PD yang baru. Apakah calon masih masuk loyalitas dari mantan Ketum PD yang lama - Anas Urbaningrum, ataukah pilihan aklamasi atau pilihan Pak SBY sendiri. Atau Partai Demokrat akan memilih orang luar bukan asli kader Partai Demokrat.
Banyak nama, banyak spekulasi dan banyak suara-suara yang menyokong di balik layar. Lebih tepat saya tulis sebagai suara-suara titipan. Demikian acap terjadi.
Beberapa hari ini mengikuti perkembangan partai yang sangat terkenal dengan kasus giga korupsi anggota elite partainya ini, memang menarik untuk sekedar menganalisa siapa-siapa calon yang sekiranya jatuh tepat menjadi pilihan Pak SBY. Umum mengatakan apa urusannya Pak SBY dengan menentukan siapa Ketum dan siapa Sekjen, sebab anggota partai berhak untuk menentukan dalam pemilihan, partai itu bukan milik Pak SBY dan seterusnya. Dalam hal ini, sah saja anggota partai menentukan melalaui pemilihan suara siapa pengganti kursi Anas, bukankah sudah ada AD/ART kepartaian. Namun kembali kita jangan sampai melupakan siapa ‘pencetus’ berdirinya Partai Demokrat, dalam hal ini adalah Pak SBY. Karena partai itu dibentuk /didirikan atas inisiatif beliau sendiri terkait kekalahan telak beliau dalam kancah saing Cawapres tahun 2001.
Apakah kita bisa mengatakan bahwa Partai Demokrat adalah partai milik dinasti! Menurut opini saya sepertinya demikian. Bukan merupakan suatu keanehan kalau Pak SBY akan berusaha keras untuk memelihara kelanjutan eksist Partai Demokrat untuk masa-masa selanjutnya setelah beliau tidak lagi menjabat menjadi Presiden RI.
Beberapa suara menyundul nama Ketua DPR RI Marzuki Alie, Sekjen PD sendiri Ibas Yudhoyono, mantan ketua MK Mahfud MD, Marsdya TNI (Purn) Toto Riyanto, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan KSAD Jendral (TNI) Pramono Edhie Wibowo.
Analisa saya jatuh pada nama terakhir yaitu profil KSAD Jendral (TNI) Pramono Edhie Wibowo. Inilah ‘benang merah’ yang saya maksudkan sebagai pembuka jalan partai dinasti. Prediksi saya beliau akan memulai karier perpolitikannya dengan start sebagai Ketum Partai Demokrat, untuk hal ini memang beliau harus meletakkan jabatannya sebagai KSAD. Teknik yang mudah diatur.
Mengapa Pak Pramono Edhie Wibowo?
Artikel saya tahun 2011  pernah menyinggung profil Pak PEW ini sebagai salah satu harapan dinasti Cikeas untuk meneruskan eksistensi Partai Demokrat di masa-masa yang akan datang. Profil Ibu Ani pun saya kupas sebagai profil yang akan ‘go politics’ mengikuti jejak Pak SBY. Bahkan spekulasi bahwa Ibu Ani akan bergandengan tangan dengan Pak PEW adiknya ini memang merupakan suatu teka teka politik di masa yang akan datang di samping Ibas Yudhoyono.
Pak PEW adalah pribadi yang supel dan tegas sesuai dengan karier beliau sebagai seorang militer. Disiplin itu memang sangat penting untuk meluruskan birokrasi carut marut yang menimpa banyak departemen kementerian. Jangan samakan Pak PEW dengan Pak SBY. Rupanya Pak PEW mewariskan sifat seperti almarhum ayahnda beliau Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo yang berperan sangat besar ketika itu akan keberhasilan mantan Presiden Soeharto memegang kekuasaan.
Akankah terulang kembali sejarah bahwa keluarga Edhie Wibowo kembali menghantarkan seorang Yudhoyono memegang kekuasaan kursi RI 1 atau 2?
Dengan menempatkan Pak PEW sebagai Ketum PD yang baru, maka soliditas Partai Demokrat seterusnya terjamin. Tidak ada lagi metaforsa  politik dalam tubuh Partai Demokrat. Bila partai berhasil menyingkirkan kepentingan-kepentingan metaforsa maka keberadaan PD akan aman untuk masa yang akan datang. Dengan demikian memang merintis jalan untuk Ibu Ani dan Ibas Yudhoyono memerlukan profil seorang Pak Pramono Edhie Wibowo.
Saya sendiri beranalisa lebih cenderung Pak PEW untuk tahun 2018 bergandengan tangan dengan koalisi partai besar lainnya seperti Golkar, Gerindra atau Hanura, dan bukan PDI-P. Karena PDI-P sepertinya sudah kontrak mati tidak akan jalan bergandengan dengan Partai Demokrat, kecuali generasi muda penerusnya selain Megawati.
Apakah Pak SBY akan menjatuhkan pilihan ke Pak PEW? tentang Ibas Yudhoyono menurut opini saya sepertinya Pak SBY belum berani ‘gantung sepatu.’
Menurut opini anda?