Sunday, March 24, 2013

PKS di Mata PKI Spesialis Koruptor APBD yang Cacat Mental

Target PKS Bukan Presiden Tapi Beberapa Pos Strategis
.
Oleh: Agus Sutondo
.
 | 24 March 2013 | 00:48 WIB
.
Sebelum terungkapnya kasus suap impor daging di Kementerian pertanian, elektabilitas PKS memang turun drastis bak meteor meluncur tajam kearah bumi tanpa terkendali dan fakta ini bisa kita lihat pada pelaksanaan pemilukada jakarta yang akhirnya menjungkal habis harapan PKS untuk mengusung calon tunggalnya Hidayat Nur Wahid sebagai Gubernur Jakarta.
Kondisi ini bertolak belakang dengan hasil pemilu 2009, dimana perolehan suara PKS di Jakarta waktu itu cukup besar, fakta ini tentunya menjadi bukti nyata bahwa kepercayaan masyarakat terhadap PKS sudah menurun, apalagi bicara masyarakat jakarta yang lebih rasional cara berpikirnya dan ditambah perubahan sikap dari kalangan menengah berbasis muslim yang sudah apriori terhadap PKS. Fakta ini tentunya sangat mengejutkan bagi PKS karena selama ini masyarakat dari kalangan menengah berbasis muslim adalah andalan PKS untuk mendapatkan dukungan suara.
Akibat kekalahan ini banyak oknum-oknum kader PKS melampiaskan kekesalannya terhadap sosok jokowi yang dianggap sebagai penghalang, bagi ambisi PKS untuk menguasai Jakarta. lihat saja ulah oknum-oknum kader PKS di dunia maya, sekan-akan terlihat begitu dendam kesumat terhadap sosok jokowi dengan melakukan propaganda busuk di berbagai media sosial dunia maya terutama facebook dan twitter.
Terkait dengan elektabilitas PKS yang sudah menurun, tiba-tiba kembali elektabilitas PKS di uji akibat terjadinya peristiwa yang sangat memalukan dalam sejarah perpolitikan di Indonesia ketika seorang ketua umum partai politik atau lazim disebut presiden di internal PKS telah dinyatakan sebagai tersangka dan ditahan oleh KPK karena diduga telah melakukan perbuatan terkategori suap terkait impor renyah daging berjanggut di kementerian pertanian.
Praktis akibat peristiwa ini, elektabilitas PKS semakin meroket tajam kebawah dan diperkirakan malah tidak akan lolos parliamentary threshold atau ambang batas parlemen pada pemilu 2014, Kalau kader PKS masih penuh percaya diri akan bisa mencapai target tiga besar, hal itu sah-sah saja, namanya juga target apalagi kepercayaan diri ini didukung oleh kemenangan pemilukada jawa barat dan sumatera utara, walaupun tanpa mereka sadari bahwa yang namanya pemilukada jelas sangat jauh berbeda dengan pemilu legislatif apalagi dengan pemilu presiden.
Hasil pemilukada Jawa Barat dan Sumut yang mereka banggakan tersebut bukanlah cermin kepercayaan masyarakat terhadap PKS, apalagi calon yang diusung oleh mereka adalah sosok petahana yang lebih diunggulkan dalam konteks persaingan antar kandidat calon kepala daerah. sang petahana biasanya lebih punya peluang untuk melakukan strategi politik pencitraan sehingga dengan strategi tersebut membuka peluang yang lebih besar bagi sang petahana untuk meraih kemenangan, apalagi bila strategi politik itu dilakukan dengan cara-cara yang terkadang diluar akal sehat kita.
Untuk mencapai kemenangan ini, beberapa langkah memang telah dilakukan oleh PKS, terutama terkait dengan segmen pemilih, dalam konteks ini PKS banyak belajar dari kasus pemilukada jakarta, harapan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat kalangan menengah, sudah tidak bisa diharapkan lagi. karena itu segmen pemilih masyarakat bawah mau tidak mau harus mereka garap, sehingga melalui faktor petahana inilah yang membuat langkah mereka akhirnya bisa berjalan dengan baik terutama menggarap segmen pemilih dari kalangan bawah yang cenderung pragmatis dan mudah terbuai dengan janji-janji manis, apalagi para pemilih dari kalangan bawah ini tidak tersentuh oleh publikasi buruk PKS yang sudah menurun akibat kasus suap impor daging di kementerian pertanian.
Namun dalam konteks pemilu legislatif dan pemilu presiden tantangan sepertinya akan sangat berat dirasakan oleh PKS, disamping elektabilitas partai yang merosot tajam, kandidat calon presiden yang diusung oleh PKS juga tidak berdaya upaya untuk mendongkrak elektabilitasnya, misalkan calon presiden dari PKS yakni Anis Matta yang hanya mendapatkan porsi 1.6 persen dan berada diurutan paling bontot diantara calon-calon presiden yang diusung oleh partai lain.
Kondisi ini tentunya disadari oleh PKS, lalu apakah mereka masih ngotot ingin tetap maju tak gentar karena kepercayaan diri yang luarbiasa dan tentunya sah-sah saja bila mereka tetap ngotot seperti itu, toh tidak ada yang melarang, namun bila di analisa lebih jauh sebenarnya propaganda calon presiden yang diusung oleh PKS ini hanyalah sebuah strategi politik seolah-olah PKS punya kemampuan untuk mengusung kadernya sendiri menjadi calon Presiden walaupun faktanya, kemampuannya itu ibarat nafsu besar tenaga kurang.
Selanjutnya sudah bisa ditebak, PKS akan melakukan langkah taktis dengan melakukan koalisi pada partai pemenang atau calon presiden yang diharapkan lebih punya peluang untuk menang dalam pemilu presiden, hal ini pernah dilakukan oleh PKS ketika mendukung SBY menjadi presiden, itu pun dengan catatan apabila PKS lolos dalam ambang batas parlemen.
Maka melalui koalisi ini sudah pasti akan ada bargain politik dan melalui bargain politik ini dapat membuka peluang bagi PKS untuk bisa menguasai beberapa pos-pos strategis di kabinet maupun lembaga yang lain, sehingga melalui pos-pos strategis ini nantinya dapat menjadi pintu masuk buat mencari pundi-pundi pendanaan bagi PKS untuk persiapan yang lebih matang menyongsong pemilu berikutnya.
Pos strategis ini diharapkan mampu menghasilkan pundi-pundi pendanaan atau pos yang nantinya bisa membantu beberapa pos pendanaan di daerah-daerah yang penguasanya berasal dari PKS dan yang lebih penting, pos tersebut nantinya diharapkan dapat mensiasati segala persoalan yang kelak akan timbul dan bermasalah akibat diketahui oleh publik.
Mungkin hanya strategis dan langkah taktis itu saja yang saat ini bisa dilakukan oleh PKS, mengingat situasi politik menjelang pemilu 2014 yang tidak menguntungkan bagi PKS akibat badai suap impor renyah daging berjanggut dan kondisi ini akan terus berlangsung, apalagi KPK sepertinya ingin mengungkap secara tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya, sehingga sangat tidak mungkin dengan situasi yang tidak menguntungkan ini, PKS bisa mencapai target tiga besar pada pemilu 2014, apalagi calon presidennya dari internal mereka yang memang tidak layak jual, walaupun calon presidennya ini sudah di puji-puji bagaikan soekarno muda ? Mungkin maksudnya Hilmi muda dan bukan Soekarno muda, yakni Hilmi Aminuddin Ketua Majelis Syuro PKS.
Bagaimana mau disebut Soekarno muda, aneh memang propaganda ini karena Soekarno dengan Anis Matta jelas berbeda, kalau Soekarno adalah bapak bangsa dan sosok seorang nasionalis tulen yang berjuang demi bangsanya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika tetapi seorang Anis Matta justru adalah sosok yang diduga cenderung berperilaku sektarian bila dilihat dalam konteks pandangan politiknya.