Monday, June 20, 2011

Suramadu : Masyarakat Madura Jangan Termarjinalkan

NAMA Drs KH. Nuruddin A Rahman SH tidak asing lagi bagi masyarakat di Madura. Dia menjadi salah satu tokoh yang ikut mengawal pembangunan Jembatan Suramadu. Berikut hasil wawancara wartawan Radar Madura Zarnuji dengan anggota DPD RI asal Jatim ini.


Sekitar 1990 pemerintah orde baru berencana membangun jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura. Mengapa saat itu para ulama di Madura menolak? 

Pembangunan jembatan yang direncanakan oleh Presiden Soeharto, satu paket dengan industrialisasi massal di Madura. Pembangunan tersebut bersifat top down. Artinya, segala sesuatunya di tentukan pemerintah pusat.

Apakah hal tersebut hanya sebagai bentuk antisipasi ulama agar kemurnian nilai budaya di Madura tetap terjaga? 

Para ulama Madura ketika itu pernah di bawa ke Batam untuk melihat dan mencontohkan industrialisasi plus yang cukup pesat. Tetapi, Madura kan tidak bisa disamakan dengan Batam yang hanya dijadikan sampah Singapura karena kedekatannya dengan wilayah negara itu. Madura mempunyai nilai sosial budaya yang sangat tinggi. Selain itu, penduduk di Batam sangat sedikit dibanding penduduk Madura yang pada saat itu sudah mencapai empat juta.

Mengapa Ulama pada pemerintahan era pemerintahan Megawati Sukarnoputri setuju. Bahkan meminta pembangunan Jembatan Suramadu direalisasikan. 

Para ulama dan masyarakat Madura setuju karena pola pembangunan yang diprakarsai presiden Megawati Sukarnoputri 2002 tersebut bersifat buttom up. Artinya, pola pembangunan tersebut memang merupakan inisiatif masyarakat. Selain itu, pembangunan tersebut seiring dengan semangat otonomi daerah yang segala aspek pembangunan Madura dapat ditentukan sendiri.

Pascapembangunan Jembatan Suramadu, apa yang menjadi perhatian ulama? 

Masyarakat harus diberi pengertian dan pemahaman mengenai dampak dari pembangunan Suramadu. Mau tidak mau, pergeseran sosial budaya pasti terjadi. Disinilah fungsi tokoh masyarakat untuk terus mendampingi masyarakat. Sehingga, identitas Madura tetap terjaga. Selain itu, pascapembangunan Jembatan Suramadu yang diikuti dengan industrialisai, masyarakat Madura jangan sampai termarjinalkan di daerahnya sendiri.

Apa yang dilakukan ulama untuk mendampingi masyarakat Madura? 

Ada sembilan pokok pikiran ulama di Madura. Diantaranya, ulama terus menyarankan masyarakat untuk tetap mempertahankan nilai sosial budaya Madura yang Islami. Mengutamakan kesejahteraan masyarakat dilihat dari sisi ekonomi. Serta melibatkan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan Jembatan Suramadu.

Selain itu? 

Jembatan Suramadu kan bukan pembangunan mercusuar yang hanya bisa dibangga-banggakan. Tetapi, pembangunan Suramadu adalah pembangunan Madura seutuhnya. Untuk itu, kedepan saatnya ulama bersatu. Jangan terpecah-pecah hanya demi kepentingan partai.


Masyarakat Madura Jangan Termarjinalkan

by Heri Rm on Monday, August 3, 2009 at 10:12pm

...