Monday, June 20, 2011

blogopotamus : bosan

buatku menulis itu indah, mengasyikan, bahkan dapat menghiburku kala sedang resah. sungguh, aku bukanlah seorang penulis yang dikategorikan handal, tapi hal itu termasuk salah satu harapan terbesarku.

yach, menjadi seorang penulis merupakan impianku, entah sejak kapan aku mulai berharap akan hal itu. bahkan kapan mulai aku suka menulis pun tidak ingat, mungkin ini lah salah satu ciri hasku, tledor dan gampang lupa. tapi yang jelas aku sangat menyukai menulis, lebih tepatnya menikmati saat menulis, itulah kenapa aku memilih bergabung didunia ini, dunia blogger yang bagiku sangat baru.

selain sebagai ajang buat menyalurkan hobi, juga sebagai wadah melatih kreativitas dan tempat menyimpan coretanku, seperti yang sudah aku katakan diatas bahwa ku seorang yang pelupa. selain itu, maraknya wabah di dunia maya juga mungkin menjadi salah satu alasanku memasuki dunia ini.

jika saat ini masih diera 80an, mungkin aku akan lebih memilih mengabadikan coretanku dalam buku diary atau kertas-kertas kosong yang berserakan dimeja, hehe. menulis merupakan sesuatu yang mengasikan, saking asyiknya sering buatku lupa waktu. entahlah, mungkin aku telah terbius oleh harapanku untuk menjadi seorang penulis, dan akhirnya aku kecanduan menulis. meskipun hanya dalam coretan yang berdasarkan pengalaman pribadi dan tulisan-tulisan dalam dunia fiksi, namun mampu membuatku merasa lebih hidup.

dengan menulis, aku bisa menciptakan dunia baru, dunia yang jauh dari kepalsuan dan munafik. dan yang paling aku sukai dalam menulis, aku mampu mengatakan semuanya dengan jujur. aku merasa hidup kembali dengan berkata aku lemah, aku tak sanggup, aku tidak bisa kesana, aku lunglai, aku lelah melangkah, semuanya. aku sanggup dan mampu mengatakan semua itu disini.

berbeda ketika aku menjalani dalam nyata, harus berpura-pura tegar di hadapan orang lain, hanya karena takut akan dikasihani. dan aku harus berpura-pura mengatakan ‘iya’, sedang dalam hati sesungguhnya ‘tidak’, berpura-pura mengatakan ‘tidak’, padahal hati kecilku berkata ‘iya’, hanya karena alasan saling menjaga perasaan. munafik!!!

yach… aku akui itu dalam nyata tingkahku. tapi tidak di sini, dimana aku berbagi dengan kalian semua, sahabat yang hanya terjalin lewat deret kata dan tulisan, namun cukup nyata dan membanggakan bagiku. seperti halnya saat ini, diriku sedang dilanda keresahan yang luar biasa resah. namun aneh, aku tidak dapat mengetahui karena apa rasa ini muncul, bahkan objek yang aku resahkan pun tidak mampu terjamah oleh otakku. dan lagi-lagi hanya disini aku mampu mengatakan itu, hanya disini, dalam tulisan ini.

karena kehidupan nyata yang aku jalani seolah mengharamkanku mengeluh, melarangku untuk rapuh, karena disana sangat terasa kekejaman yang menyiksa. kebijakan hingga berjuta peraturan memaksaku untuk tetap tegar dalam menjalani nyata, dan tentu tidak membolehkanku menjadi sosok yang rapuh tak berdaya. karena jika itu terjadi, aku akan mati terinjak, lalu menghilang tersapu kekejaman kehidupan. tidak akan ada yang dapat menemukanku jika itu terjadi, meskipun hanya untuk menyapa dan memberiku semangat, lalu berkata ‘apa kamu baik-baik saja??’.

pertanyaan seperti itu merupakan wajah lain dari kebohongan, karena mau tidak mau pertanyaan itu harus aku jawab ‘aku tidak apa-apa’, dan lagi-lagi aku dituntut untuk berbohong dalam nyataku, diajari serta dididik untuk bangkit dan menjadi orang munafik. tidak usah dibayangkan sekejam apa dunia nyataku, karena itu juga tidak akan mendapatkan jawaban dariku, karena aku pun tidak mampu menelaah apakah itu sebuah kekejaman bagi selain diriku.

toh banyak kalangan yang menyukai penyiksaan, meskipun aku tidak termasuk untuk hal itu. karena aku pun merasa sebagai salah satu objek penyiksaan tersebut, dan aku hanya berbagi disini. hanya disini, aku sanggup mengatakan bahwa itu menyakitkan, hanya disini aku sanggup bergumam aku tidak kuat, terlalu perih untuk dirasa. karena jika aku mengatakat itu dalam nyata, aku hanya akan menjadi objek terwaan dan cemooh, ditampar, dianggap tidak berguna, dan disiksa tentunya. disiksa dengan memaksa untuk tetap berkata ‘baik’ walau aku sedang ’sekarat’. dan kini, kebosananku kian menjadi, malas, terlalu banyak pilihan. padahal esesi dari pilihan itu sama. bagaimana tidak??

ketika aku dipaksa memilih antara kewajiban, tuntutan, dan tanggung jawab. sedang semua itu ternyata tiga yang melebur dalam satu, beberapa yang mengkerucut menjadi satu titik sudut. dan aku sangat dilarang keras untuk mengeluh, bahkan terdapat stempel yang begitu jelas dikeningku, ‘tidak boleh bersandar meski hanya untuk menghela nafas’. ingin ku bunuh semua itu, tapi lagi-lagi nanti aku bakal disebut seorang kriminal, pembunuh, karena itu aturan yang ada dalam kehidupan nyata ku. beda, sangat jauh berbeda dengan disini. fikiranku tidak lagi terpenjarakan, melainkan bebas tanpa batas, meyang kesana-kemari, mencoba dan mencoba memaknai. tanpa ada yang mengguruiku dan mengatakan ‘itu salah’ dasar kau ‘orang bodoh’. padahal aku sangat benci dikatakan ‘bodoh’, sangat benci, sangat. namun lagi-lagi, kebencianku terberangus oleh aturan-aturan yang tidak aku fahami, lalu aku hanya diam dengan kedongkolan hati yang kian menjamur.

entahlah, apakah ini sebuah kemarahan, atau kah merupakan luapan kebencian dari seorang penjelajah makna yang berpengetahuan dangkal. dan yang jelas ada kepastian bahwa aku menikmati duniaku yang satu ini, dunia yang penuh dengan kejujuran, apa adanya, serta dunia yang selalu ku anggap indah. karena kesedihanpun mampu disulap menjadi hal yang sangat mengasyikan melalui tulisan. dari sini lah, aku mulai mabuk kepayang oleh tulisan, membuatku manjadi pecandu untuk menuliskan segala hal. yach…itu lah harapan terbesarku, menjadi seorang penulis, tidak perlu sampai dikatakan hebat, tapi cukup mencipta tulisan yang digandrungi manfaat bagi banyak sahabat. lewat tulisan aku ingin berkarya, melalui tulisan aku ingin berbagi, dan dalam tulisan aku menemukan dunia kejujuran.

sebuah harapan yang bisa jadi nyataku menganggap itu hal yang mustahil, entahlah mungkin aku yang terlalu pesimis akan hal itu. yang jelas aku ingin merasakan kelembutan dalam setiap sentuhan tangan-tangan lembut, selayaknya ketika anak kecil membuat burung kertas, melipatnya dengan hati-hati, mengusapnya dengan sentuhan-sentuhan kasih yang memabukan. selayaknya aku, aku ingin seperti burung kertas itu, menjadi simbol keceriaan seorang anak, lalu ia berteriak bangga pada ibunya ‘aku bisa’. yach…aku ingin menjadi seorang yang memiliki manfaat seperti itu, selalu memberi manfaat dan motivasi bagi para penikmatnya. bukankah hal itu teramat indah, menyenangkan, dan akhirnya dibalik kerapuhan aku pun ingin mampu berkata ‘aku bisa’. aku sanggup menciptakan itu dalam dunia ini, dunia menulis, dunia kejujuran.

... copas ...