Monday, June 20, 2011

Insyafnya Para Banci Se Jabodetabek

Setelah seharian keliling ibukota sambil membawa alat musik seadanya, sampailah Tini (alias Tono) dan Dina (alias Dono) di sebuah warteg yang paling mewah di kawasan Senayan City (pas tikungan dari arah patung orang telanjang bawa kompor). Mereka duduk berjejer dengan seorang tamu warteg (lelaki hidung belang tiga), si Roy Suryo ahli tele'matika, yang sedang makan nasi dengan lauk tempe orek, minumnya es teh manis sejembung.

Tini memesan nasi setengah (setengah bakul maksudnya) dan telor mata sapi, Dina agak keren, dia memesan steak (stik bilyar) dan kentang rebus, minumnya air putih ngga pake lama.

Di pertengahan suap menyuap nasi sambil meneguk air putih, si Tini ngomong ama Dina. "Kayaknya gue mulai besok pengen insyaf deh Din". Si Dina yang lagi asyik memotong-motong steaknya pake golok, berhenti sejenak, dengan wajah agak ditekuk sedikit, menjaga agar polesan silikon di hitung, mata, dagu dan pipinya ngga melorot dan ndlewer.

Sergah Dina, "Kenapa, Tin, lo udah bosen jadi cewek jadi-jadian tiap hari, berdandan seronok, make up tebal, pakaian minim, seksi, dan mak nyuuus. Terus lo pengen jadi pejantan lagi gitu, kumis tebel, jalan di onggok-onggokin, macho dan berotot, lo pengen jadi cowok tulen, gitu?".

Si Tini dengan wajah yang dibikin se ayu mungkin, se imut mungkin, semrawut mungkin, menjawab dengan anggunnya, "Bukan begitu Din. Begini, tadi malam ike lewat di depan musholla deket kontrakan, ada ustadz lagi ceramah, ike tertarik, terus duduk di beranda luar musholla, dengerin semua isi ceramah dari pak ustadz. Nah ike jadi terharu Din, jadi insyaf kayaknya deh, makanya mulai nanti malam ike udah mutusin untuk pake jilbab, gitu lo Din".
Tini alias Tono

Mendadak sontak si Roy yang lagi asyik ngunyah tempe orek keselek, muncrat semua makanan yang ada di mulutnya dan hinggap di muka Tini dan Dina. Ya tentu saja dua betina ini marah besar, langsung aja si Roy dikeroyok abis, ditelanjangin ampe bulat-bulat, dan dimakan mentah-mentah oleh mereka berdua. Glek, glek, glek, sruput, sruput, .... , seeeeer, seeeeer, .... si Roy sangat menikmati keroyokan mereka sebelum akhirnya pingsan dengan sukses.