Thursday, March 7, 2013

Kebelet Ngising, Yuuuk......

Pada dasarnya manusia itu butuh buang air besar alias BAB setiap hari. Waktu paling ideal dan disarankan menurut kesehatan adalah pagi hari setelah bangun tidur. Bagi sebagian orang, BAB menjadi ritual pagi yang menyehatkan. Perut akan terasa plong dan bersih sebelum menjalani aktifitas seharian.
Namun, adakalanya kebutuhan BAB datang tak terduga di waktu yang tidak tepat. Kebelet BAB bisa saja melanda seseorang saat sedang menjalani aktifitas penting seperti rapat, ujian, nonton bioskop, atau bahkan saat sedang berada di atas pelaminan ketika resepsi pernikahan. Wah, tentu kebelet BAB di saat-saat seperti itu sungguh bikin tidak nyaman, apalagi kalau sebelumnya ditandai dengan buang angin alias kentut sebagai “band pembuka”. Oh, tidak….!!!
Meski begitu, kebelet BAB yang terjadi di waktu yang salah sebenarnya masih bisa diselamatkan jika terjadi di area indoor atau dalam ruangan. Toilet atau WC yang mendadak menjadi ruang idaman, pastilah tersedia di tempat tersebut. Tinggal pasang muka tebal saja saat minta ijin ke belakang pada pimpinan rapat atau pengawas ujian jika memang rasa itu sungguh tak tertahan lagi.
Mungkin yang paling merepotkan adalah jika seorang pengantin kebelet BAB padahal dirinya sedang menjadi perhatian banyak orang yang diundang. Kalau begini, perlu koordinasi dan konspirasi yang rapi antara pembawa acara (MC) dan panitia lainnya untuk mencari alasan supaya sang pengantin bisa turun dulu dari panggung untuk menuntaskan hajatnya di toilet.
Bagi saya, pengalaman kebelet BAB paling sering dan sulit diantisipasi adalah saat dalam perjalanan. Satu kali pernah saat memboncengkan pacar pulang ke rumahnya. Karena “benda” itu sudah hampir “mbrojol”, maka saya pun langsung ngacir tanpa babibu begitu menurunkan pacar di depan halaman rumahnya.
Pernah juga saya kebelet BAB saat berada di atas bis kota penuh sesak manusia di tengah macetnya Jakarta. Oh, betapa menyiksa. Kalau saat itu saya naik kendaraan pribadi sih nggak masalah, tinggal belok ke SPBU dan tuntaskan hajat di sana. Tapi berada di tengah desakan penumpang di dalam bis yang merayapi jalanan metropolitan sungguh bukan perasaan yang nyaman. Mau gerak kanan takut “mbrojol”, mau gerak kiri takut tumpah. Jadinya saya hanya diam tertunduk lesu sambil baca-baca doa semampunya.
Pengalaman paling menorehkan “luka” terjadi saat saya melakukan perjalanan di pelosok Sulawesi bersama seorang kawan yang asli sana. Meski berada dalam kendaraan pribadi, tetapi saya tidak bisa serta merta minta pada kawan saya itu untuk belok ke SPBU. Lha wong SPBU saja baru bisa ditemui pada jarak tempuh 2 jam kemudian. Masak saya harus nongkrong di semak-semak atau di bawah rindangnya pohon? Lalu apa kata kambing dan burung-burung yang berkeliaran di daerah itu melihat saya membuang kotoran sembarangan?
Untung saya punya kawan yang sudah terbiasa dengan momen penting seperti itu. Dia kemudian menghentkan mobilnya di depan sebuah rumah penduduk setempat. Pada tuan rumah, ia berbincang sedikit menggunakan bahasa daerah. Sungguh lega saat pemilik rumah itu tersenyum dan menunjukkan letak WC di dalam rumahnya.
Usai hajat tuntas, saya pun bertanya pada kawan saya tentang apa yang diucapkannya kepada pemilik rumah. Ia pun menjawab:
“Haha, tadi saya bilang kamu tamu dari Jakarta dan nggak biasa beol di semak-semak takut digigit ular, jadi daripada mencret di mobil mending numpang di rumahnya,” jawab kawan saya.
“Uasyeemmm…”
Kebelet BAB memang menyiksa, apalagi bila dalam perjalanan, tapi ternyata selalu ada cara untuk mengantisipasinya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, maka beberapa tips ini saya bagi dengan tulus kepada anda.
1. Makan secukupnya sebelum melakukan perjalanan.
Secukupnya berarti perut tidak sampai kenyang betul. Soalnya kalau kenyang atau bahkan terlalu kenyang, biasanya beresiko menerima panggilan alam sewaktu-waktu. Usahakan jangan makan yang pedes-pedes juga. Bagi saya makanan terlalu pedes, apalagi pagi hari bisa menimbulkan efek kebelet tidak lama kemudian.
2. BAB dulu sebelum berangkat
Coba diam sejenak selama beberapa menit dengan nafas normal dan teratur. Cobalah rasakan bagaimana kondisi perut anda, bila ada sedikit saja perasaan “mengganjal”, lebih baik segera masuk toilet dan tuntaskan. Bila perasaan itu dipelihara, bukan tidak mungkin akan terus menghantui selama perjalanan dan akhirnya akan memuncak di saat yang tidak tepat.
3. Bawa batu kerikil dan kantongi.
Ini dia ajaran kuno warisan leluhur saya yang diajarkan sejak kecil. Kalau lagi kebelet BAB maka segeralah cari batu kerikil tidak lebih seukuran genggaman tangan, lalu masukkan ke kantong celana. Dulu waktu kecil cara ini kerap berhasil, tapi lama-lama setelah dewasa dan bisa mikir, kok rasanya nggak masuk akal ya? Makanya meski cara itu saya gunakan di saat terdesak, selalu gagal karena sugesti saya ternyata tidak lagi seperti saat usia anak-anak. Tapi siapa tahu cara ini bisa berhasil dengan anda, silakan coba deh.