Sunday, March 10, 2013

Catatan Kecil si Preman Simpang Anak Buah Hercules yang Digaji 3 Juta per Bulan

sebelumnya maaf, aku bingung harus cerita dari mana, aku bukan penulis yang baik, jadi aku bercerita sebisaku aja.
berawal pada hari selasa beberapa hari yang lalu. aku memutuskan melakukan perjalanan mingguan ke suatu kota tempat aku kuliah, semester ini tinggal selangkah lagi, lulus atau mengundurkan diri (semoga lulus, amin). seharusnya aku berangkat selasa pagi, tapi karena masih kangen rumah, aku putuskan berangkat pada siang harinya.
sekitar jam 1 siang aku berangkat. kurang dari setengah perjalanan, mulai gerimis tapi tidak aku hiraukan. lama-kelamaan hujan deras, aku berteduh di salah satu rumah warga hingga hujan reda. kulanjutkan perjalanan, hujan lagi, berteduh lagi, hujan reda, berangkat lagi, seterusnya sampai ditujuan (tolong jangan tanya berapa kali hujan, berapa kali berteduh, aku tidak menghitung). seharusnya bisa di tempuh 2 atau 3 jam, tapi karena kendala hujan sampai ditujuan sekitar jam 7 malam (hitung sendiri berapa jam perjalanan).
di salah satu tempat aku berteduh di masjid di pinggir jalan. aku tidak sendirian berteduh disana, beberapa orang yang juga melakukan perjalanan senasib dengan aku, salah satunya pasutri dan anak kecil, entah anaknya atau cucunya. perkiraanku anak kecil tersebut berumur 2 atau 3 tahun, intinya sudah bisa jalan. secara sepontan, aku berinteraksi dengan anak kecil tersebut, semacam menggerakkan kedua alis atau memperlihatkan tatapan tajam atau memperlihatkan gigi, intinya menakut-nakuti atau menggoda atau terserahlah istilahnya apa.
anak kecil tersebut tidak memberi respon, hanya melihatku dengan tatapan datar. kutakut-takuti anak kecil tersebut beberapa kali, kupalingkan mukaku, kuhisap rokokku, kutakut-takuti lagi, begitu seterusnya sampai 1 keluarga tersebut memutuskan melanjutkan perjalanan karena mereka lebih beruntung dari pada aku (mereka punya jas hujan). hal uniknya, sebelum 1 keluarga tersebut pergi, di balik jas hujan yang mereka pakai, anak kecil tersebut melambaikan tangannya padaku, semacam ucapan selamat tinggal secara tulus.
lambaian tangan kecil tersebut membuat aku terdiam beberapa detik, tapi kurasakan sangat lama. membuat aku berfikir, “benarkah manusia yang terlahir ke dunia ini dalam keadaan bersih tanpa noda. sampai akhirnya didikan orang tua, lingkungan, pergaulan, sekolah, dan semacamnya menjadi coretan sebagai karakter dan cara berfikir manusia itu sendiri”.
menurutku : ini kebiasaan burukku, sesekali bertemu dengan anak yang berumur belum sekolah TK, aku berinteraksi dengan mereka dan mendapatkan respon yang berbeda-beda. ada yang setelah berinteraksi dengan aku, lalu bersembunyi di balik ibunya sesekali mengintip aku, lalu pergi diatas sepeda motor masih melihat aku. ada juga yang setelah berinteraksi dengan aku, lalu senyum kecil. ada juga yang setelah berinteraksi dengan aku, lalu menunduk. ada juga yang setelah berinteraksi dengan aku, lalu memasang wajah merah. pokoknya macam-macam.
menurutku anak kecil (balita) unik, masih bersih, tulus, entahlah….