Sunday, March 10, 2013

Cara Menyingkap Tabir Penulis Anonim yang Gak Kelihatan Alat Kelaminnya

Sering membuka Kompasiana dari ponsel, menyebabkan saya sering disorientasi dengan gender penulis atau komentator. Nama yang digunakan tidak menunjukkan gendernya, demikian pula dengan URL addressnya, sedangkan profile picture (PP)  tak terpampang begitu saja, kecuali kalau saya klik menu profile. Itupun muncul dengan ukuran yang ngga sopan alias kecil banget.
Kalau pun jelas, kadang masih sulit juga menebak dia pria atau wanita, karena PP yang digunakan adalah yang umum. Warna, benda, bentuk, ada juga yang sengaja menggunakan PP lawan gendernya. Tak peduli sudah terverifikasi atau belum, keduanya menyebabkan kebingungan yang sama.
Bagi saya, persoalannya memang sekedar ‘Saya mau menyapa dengan sebutan apa, Mas atau Mbak?’. Namun bagi jombloers, mungkin saja identitas ini bisa menjadi langkah yang harus dilakukan, mendekatinya atau tidak *grin*. Tapi saya juga ingin tahu, kenapa gender harus disamarkan. Ada apa? Ah ya, itu mungkin hanya kekepoan saya saja, karena waktu jaman chatting lewat mIrc, ada saja teman yang mengerjai lawan chattingnya dengan pura-pura menjadi wanita, dan jarang yang sebaliknya.
Saya sendiri pernah nekat bertanya pada penulis atau komentator, Anda ini pria atau wanita? Ada yang legowo menjawab, atau langsung membetulkan kalau saya salah tebak. Tapi ada juga yang membiarkan ‘Menurut mbak, saya pria atau wanita? Ya, biarlah seperti itu.’ Hadeh, playing with me, uh?
Tapi lama-lama ketahuan juga, kalau kita telaten memperhatikan ciri penulisannya. Entah setuju atau tidak, akun pria biasanya menulis dengan lebih singkat, padat, kosakatanya lebih spesifik, bahasannya juga lebih berat. Sedang akun wanita kebanyakan curhat, kosakata lebih sederhana, lebih panjang dan lebih akrab. Nah, mungkin Anda punya pendapat yang berbeda?
Mungkin membaca artikel ini akun yang ngga jelas itu akan membatin,
‘Mau tahu aja…atau mau tahu banget?’
Hehehe…..