Wednesday, August 6, 2014

hikayat Menara Masjid Banten, asal-asul RAGUNAN dan bekas makam pangeran aria wiraguna

hikayat Menara Masjid Banten, asal-asul RAGUNAN dan bekas makam pangeran aria wiraguna
.
terlepas dari kontroversi siapakah beliau sesungguhnya, apakah kafir murtad atau murtadin kafirun, atau si londo licik yang pura-pura masuk Islam terus jadi kafir lagi, maka inilah bekas makam pangeran aria wiraguna yang terletak di perempatan republika pejaten pasar minggu jakarta selatan.
.
letak persisnya adalah di seberang pejaten village pertigaan republika. di sana di sebelah kiri jalan arah ke kemang setelah jembatan kecil ada tukang jok yg merupakan pintu gang masuk ke arah makam. silakan anda jalan terus melewati rumah yang ada di ujung gang lalu belok ke kiri kemudian menanjak ke arah kanan.
.
di sana kalo anda terus naik akan segera menemukan sebuah bentuk bangunan rumah-rumahan yang diyakini merupakan bekas makam pangeran aria wiraguna.
.
gak ketemu? berarti udah gue bom tuuuh......
.
DONGENG
.
Ragunan berasal dari nama Pangeran Aria Wiraguna. Nama aslinya adalah Hendrick Lucaasz Cardeel, seorang Belanda yang mendapat gelar kehormatan dari Sultan Haji, nama lain dari Sultan Banten Abu Nasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa. Cardeel mendapat gelar ini karena ia menjadi tuan tanah pertama di kawasan tersebut.
.
Menarik untuk disimak, bagaimana seorang Belanda kelahiran Steenwijk, dianugerahi gelar begitu tinggi oleh Sultan Banten, musuh Belanda.
.
Menara Masjid Banten
.
Pada tahun 1675 dari Banten terbetik berita, bahwa sebagian dari Keraton Surasowan, tempat bertahtanya Sultan Ageng Tirtayasa, terbakar, atau rumornya justru sengaja dibakar oleh antek-antek Belanda anak buah Cardeel.
.
Diceritakan, setelah kebakaran itu datanglah Hendrick Lucaasz Cardeel, seorang juru bangunan yang 'mengaku' melarikan diri dari Batavia, karena ingin memeluk agama Islam dan membaktikan dirinya kepada Sultan Banten. Tentu saja Sultan tidak curiga mendengar kebohongan yang disemburkan dari mulut busuk Cardeel.
.
Bak pucuk dicinta, ulam pun tiba, Sultan Haji yang saat itu sedang membutuhkan ahli bangunan berpengalaman tertarik dan menerima kehadiran Cardeel. Dalam tradisi Kesultanan Banten, orang asing diberi dua pilihan: tetap memegang keyakinannya dan berbisnis dari luar tembok istana, atau ia berpindah ke agama Islam.
.
Dengan berpura-pura ingin menjadi Muslim, Cardeel dapat mengikat kontrak dengan istana, memperoleh ijin berdagang bebas dan berhak pula memperoleh pekerjaan bergengsi. Cardeel memilih opsi kedua menjadi 'muslim' bohongan. Ia bahkan menikah secara Islam dengan seorang wanita pribumi Banten bernama Nilawati dan dianugerahi seorang putra. Ketika berusia 5 tahun, putra Cardeel dibawa ke Tanjung Kalian.
.
Atas dasar kepercayaan, Cardeel ditugaskan untuk memimpin pembangunan istana Surasowan Banten, termasuk membangun bendungan dan istana peristirahatan di sebelah hulu Cibanten. Bendungan ini lambat laun dikenal dengan nama Bendungan dan Istana Tirtayasa.
.
Keterampilan Cardeel dalam membangun sesuai permintaan Sultan Haji rupanya cukup menarik perhatian. Bahkan lebih dari itu, dalam sebuah riwayat, Sultan Haji sampai terkagum-kagum dengan karya besar Cardeel dalam membuat rancangan dan menuangkannya dalam bentuk bangunan.
.
Ia-lah yang mengusulkan pembangunan kelengkapan masjid Agung Banten, seperti menara serta bangunan tiyamah yang berfungsi sebagai tempat musyawarah dan kajian-kajian keagamaan.
.
Hingga, karena ketertarikan akan karya Cardeel ini, perhatian Banten yang waktu itu sedang berkonfrontasi dengan pemerintahan Batavia menjadi terlupakan. Padahal, pada saat yang sama, Belanda sedang berkonsentrasi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur membantu Mataram menghadapi pemberontakan Trunojoyo di tahun 1677 hingga 1681.
.
Gelar Pangeran Aria Wiraguna
.
Pada waktu itu, Sultan Haji memang belum diangkat menjadi raja. Kekuasaan masih di tangan Ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji merasa sudah waktunya ia memimpin kesultanan Banten. Permintaan itu ditolak oleh ayahnya dan kemudian terjadilah perang perebutan tahta antara ayah dan anak.
.
Dalam keadaan terdesak, Sultan Haji mengirim utusan untuk meminta bantuan kompeni Belanda. Utusan yang membawa amanat ke Belanda tak lain adalah Cardeel, sang arsitek istana dan bendungan itu yang sudah mendapat gelar Kiai Aria Wiraguna. Permintaan Sultan Haji melalui Cardeel ini diterima Kompeni. Belanda akhirnya membantu Sultan Haji merebut kekuasaan dari tangan ayahnya dan berhasil. Atas dasar jasa-jasa Cardeel, gelar Kiai Aria Wiraguna ditingkatkan menjadi Pangeran Aria Wiraguna.
.
Kembali ke Batavia
.
Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama menetap di Banten, Cardeel alias Pangeran Wiraguna pura-pura pamit pulang ke Belanda. Ia merasa keberadaannya di istana lambat laun makin banyak tidak disukai. Ia pun diijinkan pulang di tahun 1689. Bukannya pulang ke Belanda, setelah mendapat restu, Pangeran Wiraguna ini malah kembali ke Batavia.
.
Oleh Dewan kolonial Hindia Belanda kedatangannya disambut kembali dengan penuh sukacita karena berhasil 'menyusup' ke jantung pertahanan Banten. Gubernur Jenderal Champhuys yang berkuasa waktu itu kembali menetapkan dirinya sebagai orang Belanda yang beragama Kristen, walaupun sebenarnya kedua orangtua Cardeel penganut Katolik yang taat. Nilawati, istrinya, diceraikan dengan alasan telah berselingkuh.
.
Nama Cardeel kembali muncul pada tahun 1695 sebagai seorang asisten pribadi residen Batavia, seorang tuan tanah dan tenaga ahli operator mesin potong pohon dengan kontrak harus mensuplai kayu pada VOC. Keahlian Cardeel yang lain adalah ahli ukir kayu keras.
.
Dengan kekayaannya ia menguasai tanah luas di selatan Batavia. Dia di sana kemudian dikenal sebagai tuan tanah yang kaya raya. Karena luasnya tanah yang dimiliki Pangeran Wiraguna, penduduk di sekitarnya menjuluki daerah tersebut dengan sebutan Tanah Wiraguna, yang lambat laun berubah menjadi tanah Ragunan atau wilayah Ragunan.
.
bekas Makam Pangeran Wiraguna
.
bekas makam pangeran aria wiraguna atau tumenggung aria wiraguna 'dipercaya' terletak di perempatan republika, Pejaten. tetapi seiring perkembangan jaman jarang ada lagi yang mengerti dan peduli dimana letaknya bekas makam tersebut karena tertutup gedung-gedung yang ada di sana. Terlebih terbersit kabar, makamnya dibongkar diam-diam dan jasadnya dibawa ke pemakaman khusus di Steenwijk. Bagi yang pernah ke Steenwijk, pasti pernah dengar Taman Cardeel (?)

dimanakah sebetulnya letak bekas makam pangeran aria wiraguna tersebut?
.
tepatnya adalah di seberang pejaten village di belakang gedung tinggi di situ. masuknya lewat perempatan republika ke arah kemang. terus saja jalan dari perempatan sampai ketemu tukang jok ahli kayu yang konon adalah keturunan dari cucu-cucu Nilawati dan suami keduanya.. tukang jok itu adalah pintu masuk gang menuju makam.
.
masuk saja menuju ke dalam gang itu, nanti di sana akan menemukan lorong gang dari sana silakan terus jalan mentok ke sebuah bangunan rumah lalu belok kiri. lalu teruskan sampe mentok menanjak dikit ke kanan masuk areal pekuburan. akan langsung terlihat rumah-rumahan tempat dimana Cardeel alias pangeran aria wiraguna 'pernah' dimakamkan.
.
Di jalan raya itu, sudah terpampang jelas petunjuk jalan yang menginformasikan bekas Makam Pangeran Aria Wiraguna.
.
.
do you believe it or not?
GOD VERDOMME.....
.
.
.