Friday, April 5, 2013

Tukang Sampah yang Suka Makan Tahi Anjing Kah??? Ngga Kali... Yaa, Mas Brooh....

Persamaan Antara Pakde Kartono, Ninoy Karundeng, dan Para kader PKS
.Oleh: Felix
.
 | 05 April 2013 | 09:30 WIB
.
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa Kanal Politik di Kompasiana ini di beberapa waktu belakangan ini ‘dikuasai’ oleh Kompasianer Pakde Kartono dan Ninoy Karundeng dan ditambah juga oleh para Kader PKS yang entah adalah sungguh-sungguh dari beberapa orang yang berbeda atau yang ditulis oleh seorang yang sama dengan account yang berbeda-beda (klonengan).
Para pembaca setia Kanal Politik Kompasiana tentu juga sudah sadar bahwa ada nya perseteruan besar diantara ketiga ‘penguasa’ ini.  Ninoy dan Pakde di satu sisi dan para Kader PKS di sisi lain, kedua pihak ini bisa disebut sebagai musuh bebuyutan.  Tulisan-tulisan Ninoy dan Pakde yang dinilai oleh Para Kader PKS sebagai menohok kepentingan partai nya dibalas tulisan lain yang menyerang kedua orang tersebut.
Dari segi otentisitas memang tulisan Kader PKS kalah jauh dari Ninoy ataupun Pakde, karena isi tulisan kader PKS banyak yang copy paste sedangkan tulisan Ninoy maupun Pakde adalah asli hasil karya asli yang bersangkutan sendiri.
Sedangkan dari segi kaulitas isi nya sama saja, yaitu lebih banyak sampah nya dari pada yang bisa dijadikan bahwa yang bisa menjadi bahan pemikiran lebih jauh bagi para pembacanya.
Tapi ada persamaan lain yang ternyata terdapat diantara ketiga pihak ini selain kualitas tulisannya, yaitu ketiga nya adalah para otoriter yang tanpa segan menghapus komentar orang yang sudah susah payah menulis di artikel nya.
Alasan klasik tentu diberikan… saya tidak mau ada sampah di artikel saya !  Meskipun mereka tidak sadar bahwa sampah yang terbesar yang ada di page tersebut adalah artikel mereka sendiri.
Tentunya peng label an sebuah komentar adalah sampah adalah subyektif sekali dari sisi penulis artikel. Kalau komentar tersebut isinya iklan atau cuma link-link ke tempat lain atau tidak ada hubungannya dengan artikel yang ditulis tentu boleh dihapus, tapi kalau isi nya adalah tanggapan orang terhadap artikel tersebut atau perdebatan/diskusi antar pengunjug atau pun dengan si penulis, karena komentar itu dianggap tidak sesuai dengan agenda dan keinginan si penulis tentu kelewatan dan menunjukkan karakter asli si penghapus komentar tersebut
Ini menunjukkan bahwa apa pun yang mereka kritik dalam tulisan sampah mereka tersebut, ternyata mereka mampu melakukan hal yang lebih buruk dari yang dikritiknya.  Karena mereka diperbolehkan meng kritik dan merasa berhak untuk berbeda pendapat dengan orang lain, tetapi mereka tidak boleh di kritik dan orang lain tidak berhak berbeda pendapat dengan mereka.
Jadi hati-hati jika orang-orang ini atau pihak yang mereka usung satu saat menjadi penguasa negeri ini.  Karena mereka telah menunjukkan karakter mereka yang sesungguhnya yaitu bahwa mereka akan menggunakan kekuasaan yang ada di tangan mereka tanpa ragu-ragu  sedikitpun untuk membungkam orang yang tidak sependapat dengannya.
Kalau ada yang mengatakan bahwa SBY adalah pemimpin yang paling buruk yang pernah di miliki oleh negeri ini.. Tunggu sampai orang-orang ini atau orang-orang yang mereka sokong  menjadi penguasa di negeri ini.. orang bule mengatakan : You ain’t see nothing yet…
SBY paling tidak masih memberikan kita kebebasan berbicara dan berekspresi dan tidak membungkam para pengkritiknya, meskipun negeri ini banyak dilanda kekisruhan, dengan keburukan karakter otoriter yang telah mereka tunjukkan di Kompasiana ini kita sudah bisa apa tahu seperti apa negeri ini jadinya jika mereka berkuasa.
Seperti yang orang tua tua selalu katakan, baru di kasih kekuasaan sedikit saja sudah sombong dan semena- mena bagaimana kalau di kasih kekuasaan yang besar ?
Jakarta, April 2013