Saturday, June 18, 2011

Menjelang Usia 41

Teman-teman, walaupun dengan seabrek keberhasilan, sejuta kegagalan kita tapi kalau sampai menjelang 41 ini kita masih saja tidak mengindahkan kematian, menghindari azab neraka, tetapi tidak tertarik kepada surga. Insaflah kita sudah jauh tertipu ...

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Bisa jadi kematian merupakan satu-satunya hal yang pasti dalam hidup manusia. Kita sekarang mungkin menjadi orang kaya, mungkin pula menjadi orang miskin. Kita mungkin berkeluarga, mungkin juga tidak. Kita mungkin terkenal mungkin pula sebaliknya.Tapi kematian? Tiap kita pasti mengalaminya. Adakah kita menyadarinya? Rosul berkata kematian adalah ”penasehat” kita yang diam, kita sering melupakannya.


Waktu sekolah kita sering berpikir soal cita-cita dan harapan kesejahteraan. Adakalanya setinggi bintang di langit. Kita ingin menjadi A atau B atau C atau apa saja yang mewakili kriteria 'orang sukses' yang tak jauh dari materi, jabatan atau keluarga. Kemudian dalam mencapai cita-cita itu, ada saja hambatan yang menghadang sampai kita menjadi seperti sekarang ini. Sebagian kita mungkin berhasil melewati atau terhindar dari banyak kendala, sebagian lagi kita banyak gagal menghindari kendala yang datang. Namun kita tidak mungkin menghindari kematian. Karena itu, sudahkah kita mempersiapkan cita-cita A atau B atau C atau apa saja agar sukses saat kematian datang menghampiri?

Orang yang sukses menghadapi kematian adalah mereka yang menutup hidupnya dengan indah (khusnulkhotimah). Yaitu orang yang menjalani hidup dengan konsisten dengan amal shaleh, orang yang selalu mengingat nasehat dari ”penasehat diamnya” tersebut sehingga dapat menjaga diri dari perbuatan dosa dan terbiasa melakukan istighfar dan evaluasi terhadap setiap tindakannya.

Mereka adalah orang yang senantiasa menjaga kakinya dari menyambangi tempat maksiat. Mereka tidak menggunakan mata, telinga, mulut, tangan untuk berbuat dosa. Karena itu, mereka tak ragu dan takut menghadapi kematian. Mereka selalu siap, kapan dan dimana pun berada.

Tanpa terasa 20 tahun sudah berlalu dari momen foto-foto SMA, beberapa kawan kita sudah mendahului secara ”cepat”, tapi akan lebih tak terasa lagi 10 tahun saja kedepan. Mungkin beberapa diantara kita mulai ada yang ”menyusul”, dan saat itu kita mulai anggap secara ”normal”.