Friday, August 8, 2014

VANDALISME PENODAAN GUNUNG FUJIYAMA KIRA-KIRA MADE IN INDONESIA GAK YA?!

JUM'AT, 08 AGUSTUS 2014 | 22:14 WIB

Pelaku Corat-coret Gunung Fuji Belum Tentu WNI

TEMPO.CO, Tokyo - Kata "Indonesia" dan tanda panah penunjuk yang merupakan hasil aksi corat-coret di Gunung Fuji, Provinsi Shizuoka, Jepang, telah beredar sebagai berita di Tanah air. Di Jepang sendiri, berita ini beredar, antara lain, diFuji TV dan di Fnn-news.com, Jumat, 8 Agustus 2014.

Menyikapi masalah ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo telah menghubungi Kosaka Ishio, koordinator Gunung Fuji--yang terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia, pada hari yang sama untuk mengetahui duduk persoalan secara jelas. 

Kenyataan bahwa corat-coret pada batu di Gunung Fuji, yang dianggap suci oleh masyarakat Jepang, ada memang benar demikian. Namun, menurut Kosaka Ishio, pihaknya belum memiliki bukti bahwa corat-coret itu dilakukan oleh warga negara Indonesia. "Kami masih perlu sedikit waktu," ujar Kosaka Ishio kepada pihak KBRI Tokyo, seperti yang tertulis dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 8 Agustus 2014.

Mendapat tanggapan yang bersahabat dari koordinator Gunung Fuji tersebut, KBRI Tokyo sejauh ini belum mengambil sikap atau mengeluarkan pernyataan apa pun ke pihak Jepang terkait dengan aksi bernuansa vandalisme itu.

Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, mengatakan pihaknya tidak ingin gegabah dan bertindak prematur atas persoalan tersebut.

"Jika akan mengeluarkan pernyataan maaf, pernyataan itu perlu dirancang dengan baik, termasuk pilihan untuk kata 'maaf' itu sendiri. Tapi, sebelum itu, duduk persoalannya harus diketahui secara jelas dulu," tutur Yusron.

Dia mengatakan pihak KBRI masih menunggu laporan lebih lanjut dari pihak pengelola Gunung Fuji dan, "Akan mengambil langkah secara tepat dan proporsional pada saat yang juga tepat jika hal itu ternyata nanti memang diperlukan."

Menurut Yusron, jika tidak ada bukti bahwa aksi corat-coret itu dilakukan WNI atau pihak ketiga, permohonan maaf tentu menjadi tidak relevan.
.
.