Tuesday, August 5, 2014

SYIAH LEBIH BERBAHAYA DIBANDING ISIS BAHKAN PKI SINTING

"Ini adalah janji Allah! Demikanlah video berisikan deklarasi Daulah Khilafah Islamiyah yang disampaikan melalui juru bicara Daulah Islam di Iraq dan Syam (ISIS), Abu Muhammad Al-Adnaniy melalui saluran resmi media Daulah Islam, Yayasan Al-Furqan, pada 29 Juni 2014. Beredarnya pernyataan Al-Adnaniy tersebut sekaligus menjadi pernyataan resmi berdirinya "khlilafah Islamiyah" ala ISIS yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi.

Hadirnya video itu tidak hanya meproklamirkan berdirinya "khilafah Islamiyyah" ala ISIS, tetapi juga mengajak seluruh umat Islam dunia untuk turut mem-bai'at Abu Bakar Al-Baghdadi sebagai pemegang tampuk khalifah Islam yang ditargetkan terbentang dari Spanyol hingga Indonesia dan menggabungkannya dalam satu pemerintahan Islam.

Tidak butuh waktu lama, seruan "bai'at" khalifah itu segera menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, baru-baru ini, beredar video di situs Youtube yang menyerukan seluruh muslim Indonesia agar bergabung dengan ISIS untuk menegakkan khilafah Islamiyyah. Beberapa warga negara Indonesia pun dikabarkan telah ber-bai'at kepada Abu Bakar Al-Baghdadi.

Pemerintah Indonesia pun bereaksi cepat. Seluruh komponen bangsa menyatakan penolakannya terhadap ISIS, yang konon didalangi oleh Mossad dan CIA. Menkominfo, Tifatul Sembiring, memblokir 7 video yang berkaitan dengan ajakan bai'at terhadap Al-Baghdadi. Bahkan Menkopolhukam menyatakan ISIS sebagai gerakan terlarang dan kewarganegaraan seseorang bisa hilang sebagai akibat mendukung bai'at ISIS.

Bagi saya, ISIS tidak lebih sebagai gerakan teror berjubah khilafah. Belakangan ini setidaknya ada dua fenomena yang patut untuk kita cermati; menyeret agama ke ranah politik untuk kepentingan kelompok dan golongannya dan kekerasan atas nama agama atau radikalisme agama.

ISIS adalah gabungan dari dua fenomena itu. Siapapun yang membedah ISIS secara mendalam niscaya mengetahui latar belakang kelompok itu yang bermula dari faksi-faksi "mujahilin" yang bertempur di Suriah. Di Suriah, mereka menyeret agama ke dalam ranah politik, dalam hal ini menggunakan isu perang antara muslimin dan "kafir". Tentu saja "kafir" menurut versi hawa nafsu yang membelenggu mereka.

Untuk fenomena ke dua, telah tampak secara terang benderang melalui beberapa tindakan keji nan bengis ISIS yang mengatasnamakan Islam. Mereka tidak saja mengusir umat Nasrani dari tempat tinggalnya, bahkan tak segan-segan menumpahkan darah sesama muslim yang tidak seideologi dengannya. Yang terakhir -bahkan- mereka dengan teganya merusak makam Nabi Yunus a.s, Nabi yang sangat dihormati keberadaannya oleh tiga agama, dan menganggapnya sebagai kemenangan besar.

Tindakan radikalisme ISIS ini bukan sesuatu yang mengherankan, meski mengkhawatirkan, bila kita mencermati ideologi takfiri yang dianut oleh mereka. Paham takfiri yang cenderung tekstual telah mampu menjangkiti setiap individu layaknya virus yang mampu membuat seseorang dengan mudahnya menuduh muslim yang berbeda pendapat sebagai kafir dan melakukan perbuatan keji atas nama agama. Beragam kosa kata pun senantiasa melekat pada pribadi yang telah terjangkiti oleh virus takfiri, seperti bid'ah, musyrik dan kafir.

Satu pertanyaan bagi ISIS dan para pendukungnya, negara Islam seperti apa dan bagaimana dan Alquran dan Sunnah mana yang membenarkan muslim untuk menghancurkan Gereja, tempat-tempat ibadah, situs-situs bersejarah, dan memerangi saudaranya sesama muslim serta menumpahkan darah mereka sembari berteriak takbir?

Kenudian, bukankah ke-khilafahn seharusnya diterima dengan "taslim" oleh seluruh muslim dan berwujud rahmatan lil a'lamin. Keberadaann Sang Khalifah pun seharusnya dikenal luas oleh publik, dan bukan bersembunyi dengan jati diri samar nan misterius layaknya Abu Bakar Al-Baghdadi?

Ah...bagi saya yang hanya santri kampung, ISIS tidak lebih adalah bagian dari gerakan teror sama halnya dengan gerakan teror lainnya. Namun kali ini gerakan teror itu berjubah khilafah.
.
.