Sunday, March 31, 2013

Spesialis Artikel Esek-Esek di Busway

Kompasianer Bunglon
.
Oleh: Mboko Rongo
.
 | 11 August 2012 | 10:30 WIB
.
Ada seorang Kompasianer pendatang baru yang sebelumnya rajin nulis tentang Bola demi mendapatkan jumlah klik yang tinggi. Si Kompasianer pendatang baru itu tahu kalau menulis di Kanal Bola jumlah kliknya tinggi.
Seiring dengan berjalannya waktu, si Pendatang baru itu lalu tahu bahwa di Kompasiana kalau menulis tentang Agama akan laris manis karena jumlah kliknya lebih tinggi daripada hanya sekedar menulis tentang Bola.
Lalu si Kompasianer pendatang baru itu memutar haluan menulis tentang Agama. Lalu dibrowsinglah arsip-arsip lama tulisan tentang Agama kira-kira topik apa yang paling banyak jumlah kliknya. Topik yang dipilih pun yang kontroversi untuk memancing jumlah klik. Maka si pendatang baru pun dengan sigap segera meniru. Targetnya berhasil. Banyak yang berdebat. Si Kompasianer Pendatang baru tersebut tersenyum puas.
Saat ini si Pendatang baru tersebut tahu kalau menulis tentang Jokowi akan menuai jumlah klik yang lebih tinggi daripada hanya sekedar menulis tentang Agama.
Maka sang Bunglon pun segera memutar haluan menulis tentang Jokowi, tentang Ahok, tentang Foke, tentang Rhoma Irama. Sekali waktu Admin bermurah hati memberikan hadiah tulisan-tulisannya tentang Jokowi nangkring di Terekomendasi (mungkin karena si Pendatang baru tersebut pernah sekali waktu membuat postingan protes ke Admin kenapa tulisan-tulisannya tidak pernah HL dan tidak pernah nangkring di Terekomendasi). Sejak saat itu si Bunglon tersebut semakin bernafsu memposting tulisan tentang Jokowi, tentang Ahok, tentang Foke, tentang Rhoma Irama.
Kompasianer macam begini adalah Kompasianer Bunglon yang plin-plan, tidak punya jati diri, dan tidak tahu diri. Menulis demi klik, menulis supaya dipuji orang. Menulis yang bukan bidangnya. Menulis menunggu arah angin.
Mboko muak.