Saturday, July 23, 2011

Kerikil Dalam Sepatu 02

Kabinet Indonesia Sakit Bersatu


22 October 2009 | 08:55

Beberapa jam setelah Presiden SBY mengumumkan 34 nama pembantunya di jajaran menteri, isu pertama yang mencuat terkait kabinet baru presiden lama ini adalah kata “SAKIT”.
Pertama, sakit terkait dengan tes kesehatan yang wajib dilakoni oleh semua calon menteri yang dipanggil secara bergantian oleh SBY selama tiga hari terakhir. Layaknya lowongan kerja di mana pun, SBY juga menerapkan standar penerimaan menteri sebagai karyawan barunya. Tapi di sini SBY tidak membuka lowongan pekerjaan sehingga tidak ada seleksi administratif dan tidak ada ujian tulis.
Katakanlah sang presiden membuka lowongan tertutup, menyeleksi sendiri daftar nama yang menumpuk di mejanya, lalu melakukan konfirmasi dan cross-check bersama orang-orang kepercayaannya. Setelah itu, baru dilakukan pemanggilan calon untuk menjalani tes wawancara dan tes kesehatan.
Harus diakui, tidak mudah mencari kandidat yang sehat secara fisik maupun mental, berhubung mayoritas calon berasal dari generasi beruban. Kombinasi antara kesehatan jasmani, stamina tinggi dan jiwa stabil merupakan syarat yang ditetapkan oleh SBY. Badan boleh jadi sehat, tapi kalau jiwanya labil dan mudah stres, tentu merepotkan si bos. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, banyak calon menteri yang tidak lulus di tes kesehatan meskipun hasil tes wawancara memuaskan.
Kedua, soal tidak lulusnya seorang calon menteri kesehatan. Ini mengagetkan, karena menjadi sebuah ironi. Konon kabarnya, Nila Juwita Afanza Moeloek, calon kuat sebelumnya, dinyatakan tidak lulus tes kesehatan sehingga tidak layak jadi menteri. Padahal istri mantan Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek yang juga guru besar FKUI ini dikenal rajin menjaga kebugaran tubuh. Dan sebagai dokter, sulit dimengerti kalau Nila punya penyakit yang membuatnya tidak lulus tes.
SBY lalu memilih Endang Rahayu Sedyaningsih, doktor lulusan Universitas Harvard, Amerika Serikat yang baru menghadap presiden di Cikeas Rabu sore-entah dengan atau tanpa tes kesehatan.
Gagalnya Nila menduduki salah satu pos terpenting untuk negara berkembang seperti Indonesia tentu mengagetkan semua pihak. Apalagi dia sempat menyampaikan keterangan singkat di hadapan wartawan usai menjalani tes wawancara di Cikeas. “”Presiden memberikan arahan agar Millenium Development Goals tercapai pada tahun 2015. Hal ini termasuk mengurangi kemiskinan dan angka kematian ibu dan anak,” kata Nila seperti dikutip KOMPAS.com.
Tapi di luar isu kesehatan fisiknya, beredar kabar bahwa Nila terganjal faktor suaminya yang saat ini menjabat sebagai ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Posisi suaminya ini mengkhawatirkan para produsen rokok yang selama ini menjadi pembayar pajak paling getol.
Ketiga, soal beberapa pos menteri yang diprediksi akan jadi ‘sakit’ lantaran dipimpin oleh orang yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya. Salah satunya adalah Hatta Radjasa, politikus PAN yang sudah menyerahkan warna birunya untuk SBY. Mantan mensesneg dan menhub ini dianggap tidak memiliki latar belakang perencanaan kebijakan di sektor riil yang cukup.
Menteri lain yang mengundang kontroversi adalah Purnomo Yusgiantoro, mantan menteri ESDM yang tiba-tiba hijrah ke ranah pertahanan negara sebagai Menteri Pertahanan. Meskipun Purnomo pernah menjabat sebagai wakil gubernur Lemhanas, tapi Purnomo tetap dinilai kurang berpengalaman menangani pertahanan nasional.
Presiden SBY sendiri menyatakan sudah siap menghadapi kritikan orang terhadap jajaran pembantu yang baru dia pilih. Menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa. Katanya, “Inilah indahnya demokrasi.”
Kalau ada yang sakit ya tinggal diobati alias diganti….

Iskandar Zulkarnaen