Tuesday, July 29, 2014

ziarah ke makam tujuh tingkat di benua tempat pembuangan para gali dari eropa

.
.
.
.
.
.
.
Dalam bulan puasa beberapa hari sebelum lebaran saya mendapat berita dari seorang teman bahwa ada warga kita yang meninggal dunia. Dia termasuk pemukim lama di Sydney, umur kira 69 tahun.  Saya sendiri tidak mengenalnya, karena saya termasuk pendatang baru . Namun kita dirantau tentu punya soladaritas , karena bagaimanapun sesama warga Indonesia terasa seperti keluarga sendiri.

Jenazahnya diurus oleh IIA, Indonesia Islamic Association , fokus mereka lebih kurang semacan Bunga Kemboja di Jakarta. IIA ini baru beberapa tahun berdiri dan belum punya sarana yang lengkap seperti mobil jenazah dsb .

Namun IIA sudah punya lahan kuburan di Camden , kira-2 50 km dari pusat kota Sydney.

Perlu sedikit dijelaskan bahwa kuburan atau ongkos penguburan disini mahal sekali. Kalau agak sedikit dikota itu bisa mencapai harga tanahnya saja kira-2 AU$ 10.000, belum termasuk perawatannya, pengurusan surat-2 , mengambil di RS, memandikan , dan mobil jenazah , konon semua itu bisa mencapai AU$ 2500,-

Dengan adanya IIA ini bisa membantu warga kita , walau tempatnya sedikit jauh . IIA   menanggung semua biaya yang berkisar sampai AU$ 5000,-

Tentu ini terbatas pada anggota IIA yang membayar iuran.

Karena keterbatasan IIA menjalin kerja sama dengan LMA, Lebanon Muslim Association yang sudah punya sarana yang lengkap.

Jenazah teman ini juga di Sholatkan di Mesjid Lebanon itu , dan tertu ramai sekali yang ikut menyolatkan.

Saya ikut kemakam dengan menumpang seorang pengurus IIA tersebut.

Tentu disini saya menemui beberapa yang sedikit berbeda dengan kita.  Mobil jenazah tidak pakai serine dan harus berjalan menurut aturan yang sama dengan mobil lainnya. Tidak ada iringan-2 khusus.

Makam sudah digali dengan dengan traktor,  dan didalamnya telah siap box dari beton . Tidak lama setelah jenazah sampai dan pengantar datang, jenazah diturunkan dan diletakkan dalam box beton itu.

Biasa , ikat kain kafan dibuka dan jenazah dihadapkan ke kiblat, ditaburi sedikit tanah dan ditutup lagi pakai  lempengan beton.

Setelah dilapisi tanah kira-2 10 cm , satu lagi box beton diturunkan  , baru kemudian ditutup dengan tanah pakai traktor.

Konon katanya box kedua itu dicadangkan untuk anggota keluarganya, namun kalau dalam sepuluh tahun tidak dipakai bisa diserahkan pada orang lain.

Barangkali kuburan bertingkat ini bisa jadi solusi bagi mangkin langkanya lahan untuk makam.

Apa bisa diterap di Indonesia paling kurang di Jakarta dan kota besar lainnya ?

Bagaimana dari hukum Islam ?

Silakan tanya pada ustadz.
.
.
.
.
.
.
jangan tanya ke PKI SINTING....
.
.
.
.