Friday, March 29, 2013

Sontoloyo : Santo Loyo??

Katolik Sontoloyo!
.
Oleh: Anggara Gita
.
 | 29 March 2013 | 12:46 WIB
.
Dari beberapa sumber yang saya baca, Bung Karno pernah menggunakan istilah ‘Islam Sontoloyo’ sebagai bentuk rasa geramnya kepada kelakuan umat Islam Indonesia saat itu yang telalu membela aturan fiqih. Menurutnya, umat Islam telalu tunduk pada apa yang dikatakan ‘Ulama’ walaupun ada hal-hal yang berpotensi menjadi dosa menurut agama.
Jika Bung Karno hidup saat ini, saya akan meminta Bung Karno untuk menyebut Katolik Sontoloyo. Jika tidak mau, maka saya sendiri yang akan mengatakan hal ini, walaupun mungkin dampaknya tidak akan sebesar jika Bung Karno yang mengatakannya. Oh ya, sontoloyo sendiri berarti bodoh atau konyol, biasanya digunakan untuk mengejek.
Pekan ini, Umat Katolik sedang merayakan pekan suci, dimana akan ada serangkaian Misa di Gereja, diawali dari Minggu Palma (minggu lalu), Kamis putih (kemarin), Jumat Agung (hari ini), Sabtu Suci (besok), dan Paskah (Lusa). Saya bisa pastikan bahwa gereja-gereja Katolik akan terlihat sangat penuh dan ramai. Kepadatan akan terasa sampai jalanan di sekitar gereja, entah karena umat yang keluar-masuk Gereja ataupun mobil-motor yang parkir. Hal yang hampir pasti terjadi di setiap tahunnya.
Risih rasanya ketika melihat umat Katolik yang berbondong-bondong ke gereja atau pulang gereja dengan mengendarai motor tapi tidak menggunakan helm, baik si pengendara ataupun si pembonceng atau bahkan keduanya. Saya juga risih, jika melihat mereka yang berjalan keluar dari gereja, kemudian membuang sampah sembarangan. Bagi saya, itu adalah contoh Katolik Sontoloyo. Itu hanya secuil contoh sontoloyonya, Umat Katolik.
Umat Katolik harusnya dapat menjalankan kewajiban kehidupan bernegara, sama baiknya dengan kehidupan beragama, seperti semangat ‘100% Katolik 100% Indonesia’ yang digagas oleh Romo Sugijapranata. Artinya, kegiatan-kegiatan keagamaan harusnya dapat membuat umat Katolik semakin mencintai negaranya. Akan sangat memalukan jika ada umat Katolik yang rajin ke gereja namun tidak memiliki SIM, padahal setiap harinya mengendarai kendaraan bermotor. Akan sangat memalukan, jika ada umat Katolik yang rajin berdoa, namun tidak menyeberang melalui jembatan penyeberangan.
Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”, “…dan (berikan) kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Yesus menginginkan murid-muridnya, tidak hanya setia kepada Allah, tetapi juga setia kepada negara.  Apakah umat Katolik yang sudah menjadi wajib pajak, sudah membayar pajak dan melaporkan pajaknya?
Tulisan ini dibuat tidak untuk merendahkan umat Katolik. saya pun Katolik. Saya hanya berharap, bahwa umat Katolik dapat menjadi contoh dalam kehidupan bernegara. Dalam perayaan misa, umat Katolik sudah terbiasa antre dalam menyambut komuni. Promosikanlah budaya antre tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Memalukan jika melihat umat Katolik yang tidak bisa antre. Dalam perayaan misa , umat Katolik pasti bersalaman untuk mengucapkan “salam damai” kepada umat disebelahnya. Lakukanlah hal ini kepada orang-orang di lingkungan sekitar kita, agar budaya berdamai dapat meluas lingkupnya.
Pada Masa Prapaskah, Umat Katolik diwajibkan berpantang dan berpuasa. Keuskupan Agung Jakarta, mengajak umat Katolik untuk berpantang menggunakan plastik dan styrofoam, sebagai wujud dari pertobatan ekologis. Sebuah gerakan untuk Bumi Indonesia yang lebih baik. Sudah dilakukan, kah? Jangankah pantang menggunakan plastik, jangan-jangan malah masih ada umat Katolik yang menikmati film/lagu dari CD bajakan. Sebuah dosa yang terjadi karena pembiaran dan umat katolik hanya diam saja. Dalam kepingan CD original, banyak orang yang menggantungkan hidupannya disitu. Yesus berkata, kasihilah sesamu manusia. Maka janganlah lagi membeli CD Bajakan. Apakah CD Original, terlalu mahal? Bekerja dan menabunglah. Di Alkitab dikatakan, barang siapa tidak bekerja, dia tidak boleh makan.
Pada perayaan Misa Kamis Putih, kita melihat bagaimana Pastur membasuh kaki beberapa umat, seperti halnya Yesus membasuh kaki murid-muridnya. Yesus mengajarkan bahwa pemimpin dilahirkan untuk melayani. Sudahkah kita menjadi demikian? Jika hal ini masih terlalu sulit untuk dilakukan, maka masih banyak hal-hal sepele yang dapat kita lakukan dan sebetulnya dapat kita pelajari pada setiap perayaan Misa.
Semoga unek-unek saya ini dapat menjadi kritik bersama agar kita tidak menjadi Katolik Sontoloyo. Katolik yang cuma ciamik di gereja dan beragama saja. Bersamaan dengan wafat dan bangkitnya Yesus Kristus yang umat di rayakan pada pekan suci ini, semoga juga menjadi kebangkitan semangat beragama dan bernegara untuk umat Katolik sekalian.