Wednesday, March 27, 2013

Mati dalam Diam

Diam!
.
Oleh: Bukan Bintang Jatuh
.
 | 23 December 2012 | 12:12 WIB
.
“Dengarkan aku  Lang”
“Silahkan bicara. tak usah berteriak! aku tidak tuli, Vi”
“Aku bukan hanya ingin bicara. Aku mau didengar!” Vivi semakin meninggikan suaranya seolah dengan galang berada berkilo meter jauhnya padahal mereka henya dipisahkan oleh meja makan.
“Katakan padaku sejujurnya!” Vivi menatap Galang tajam, sementara Galang mengerutkan kening, bingung dengan maksud ucapan Vivi.
“Aku tidak ingat pernah berbohong padamu”
“Bohong!”
“Katakan padaku kebohongan apa yang kamu maksud!”
“Perempuan itu, siapa perempuan itu Lang?”
“Perempuan yang mana maksudmu?”
Vivi melemparkan ponselnya ke meja, nyaris membantingnya. Galang melihat foto di layar handphone Vivi.
“Jadi kamu sudah tahu?”
“Perempuan simpananmu? yang selalu membuatmu jarang pulang.” Vivi semakin meninggikan suaranya yang bergetar menahan amarah yang tidak sanggup keluar hanya dari teriakan yang paling melengking.
“Kita baru menikah dua tahun dan kamu sudah selingkuh. aku sedang mengandung anakmu Lang. Kamu akan jadi seorang ayah. Kenapa kamu tega berbuat seperti ini padaku dan anak kita. Sampai kapan kamu mau menyembunyikannya dariku?”
“Vi, tenangkan dirimu. aku ingin kamu pun mendengarkanku.”
Vivi terduduk lemah di kursinya. Seluruh tenaganya seakan telah menguap bersama teriakannya pada Galang.
“Aku mencintainya Vi. Mungkin memang seharusnya aku mengatakannya padamu dari awal “
“Diam!” Vivi menjerit. Menutup telinganya. Vivi tak pernah menyangka Galang mencintai perempuan lain selain dirinya.
“Dia istriku Vi.”
“Diam. Diam!” Vivi menutup telinganya tak ingin mendengar lagi apa yang akan dikatakan Galang. Istri? Bukankan Vivi adalah istrinya?
“Kamu harus tahu semuanya Vi, kami sudah menikah lima tahun yang lalu, Tapi dokter memvonis Sonya tidak bisa hamil, jadi dia memintaku menikah lagi.”
“Kalian bisa adopsi. Kenapa kalian melakukan ini padaku? Kalian pikir aku tempat penitipan suami? mesin tempat membuat anak? Kalian tidak memikirkan perasaanku? setelah ini apa? kalian cuma ingin anak kan? lalu aku, bagaimana denganku? bagaimana kalian akan melenyapkanku? Tak kuduga kamu sekejam ini padaku Lang” Vivi menggigit bibir menahan debaran dadanya yang semakin menyesakkan.
“Aku ingin menjelaskan padamu Vi, tentang Sonya. Aku hanya menunggu waktu.”
“Kenapa kamu tidak menikahi pelacur saja? Kenapa aku?”
“Vi, Aku pun jatuh sayang padamu. percayalah Vi. aku bukan seorang yang suka mengobral cinta pada setiap perempuan.” Galang menghela napas legi. Vivi memang harus tahu. Galang tak pernah berbohong pada perempuan yang telah dinikahinya dua tahun ini, namun bukan berarti ia tak menyembunyikan apapun. dan hal yang disembunyikannya itu justru menjadi bom waktu yang akhirnya meledak menghancurkan Vivi.
“Lalu aku harus bangga karena kamu memilihku? Sebelumnya mungkin aku bangga, sampai kamu mengatakan bahwa kamu mencintai Sonya”
“Dia juga istriku. Aku harap kamu mau menerimanya dalam hidup kita Vi.”
“Kamu edan Lang. Kalian EDAN.”
“Vi…”
“Diam!”
“Aku mencintai kalian berdua, Kamu dan Sonya. aku tak bisa memilih salah satu dari kalian.
“DIAM!”
Jeritan Vivi melengking memenuhi ruangan  apartemen mereka yang kedap suara. Hanya detik jam yang akhirnya menjadi suara terakhir sekaligus saksi dari Vivi yang menancapkan pisau ke leher Galang kemudian menikam dirinya sendiri, membawa serta jabang bayi dalam perutnya yang belum sempat lahir. Keegoisan manusia, naluri alami yang melekat sejak mereka menghirup udara di dunia, ditekan seperti apapun ia akan terus tumbuh dalam bentuk terkecil sekalipun.