Wednesday, March 13, 2013

Kisah Jin dalam Sempak

Ketika Jin Patah HatiOleh: Ahmad Saukani
 | 12 March 2013 | 21:45 WIB
Tersebutlah seorang Jin. Nah lho, betul ga nih nyebut sosok Jin dengan sebutan seorang. Tapi ga apa-apa lah secara zaman sekarang kita seringkali tidak lagi bisa membedakan mana yang Jin dan mana manusia.
Alkisah konon Jin tersebut masih muda, tampan dan kaya-raya lantaran mewarisi tahta usaha sang ayahanda. Berwibawa dan punya banyak pengikut di pelosok Nusantara. Konon tambak udang miliknya 7 kali luas dari genangan lumpur lapindo di Sidoarjo sana. Kebun sawitnya orang bilang mencapai 7 kali luas lahan gambut di Borneo.  Hasil perkebunan kedelainya mencapai lebih dari 7 kali nilai inport kedelai dari negri Paman Sam. Dan banyak lagi
Saking tersohor dan kaya-rayanya yakinlah sang Jin bakal memenangi Pilpres tahun mendatang. Ya, rupanya Jin Kas Kas begitu Jin tersebut biasa dipanggil sudah terjun dibidang politik dan sedang bersiap-siap mengikuti Pilpres tahun mendatang. Kini hampir tiap hari namanya disebut-sebut di televisi dan berbagai media.
*****
Dilain pihak tersebutlah juga seorang gadis cantik dari Jogoroto. Putri seorang Kiyai lulusan pesantern pulak. Dikhabarkan Jin Kas Kas kesem-sem setengah mati dengan sang putri. Sampai-sampai apa yang diinginkannya bahkan baru terbetik saja dihati sang putri Jin Kas Kas akan segera memenuhinya. Kalo cuma Toyota Alpard atau sebangsa rolex macam punya Anis Matta mah, enteng itu.
Tidak ingin berlama-lama menanggung derita-cinta akhirnya Jin Kas Kas melamar sang putri.
Tapi apa terjadi. Ternyata lamarannya ditolak sang putri. Alasannya Jin Kas Kas cuma teman biasa demikian Sang putri bilang.
Belakangan Jin Kas Kas mendengar khabar sang putri sudah menerima pinangan seorang jejaka dari Betawi. Seorang pemuda sederhana yang cuma kerja sebagai TKI. Itupun tidak jelas betul apa profesinya di Arab sana.
Kecewa memang tapi apa mau dikata jodoh memang di tangan Tuhan. Jin Kas Kas hanya bisa meratapi nasibnya.
Banjir di Jakarta kemarin tidak ada apa-apanya. Tujuh hari tujuh malam Jin Kas Kas menangis, Pulau Jawa nyaris tenggelam banjir air mata.
Tidak ada yang bisa dipetik dari kisah ini kacauali sedikit saja. Sekalipun kaya-raya punya kedudukan sosial tinggi di masyarakat ternyata Jin Kas Kas mau menerima nasib “cintanya ditolak”. Dan tidak mau bertindak arogan.