Thursday, March 14, 2013

Dude Duda Dodol

Derita Duda yang Tiga Kali Ditolak Janda
.
upayaku yang ketiga untuk merangkai mahligai cinta di pelaminan jingga akhirnya kandas sudah. Dona menolak lamaranku. padahal kriteria dan standar darinya kupenuhi sudah. aku bekerja dengan masa depan cerah. aku punya rumah yang 10 bulan lagi lunas. aku punya datsun tahun 1998. Tiger sudah 4 bulan lalu bebas dari tagihan, BPKB sudah di tangan walau akhirnya mendarat di meja bank untuk agunan pinjaman lunak. tabungan ada, walau tak sampai gocap.
.
"ane haqul yakin, ente bakal tegar melalui ini semua. ane kenal ente dari dulu"
walau Bang Ben orangnya reseh, tapi pada saat-saat tertentu omongannya bisa sangat menyejukkan, bagai air salju yang meleleh dari Himalaya lalu menerpa Sungai Gangga di bawahnya.
.
"pertama ditolak mentah-mentah ame Yuni Shara. ente anggap angin lalu aje, kan?"
"iya juga. tapi itu kan kasusnya aku yang dikejar-kejar sama janda itu"
"itu karena tangkringan ente mirip Raffi. tapi akhirnya cuma sebulan kenalan, ente didepak ampe nyungsep"
"si Yuni ternyata pengalaman banget soal laki-laki. dia bisa bedain bujangan sama duda. aku kurang maknyus katanya"
.
kegagalan pertama karena masalah casing dan performa prosesornya. padahal secara spek sih udah oke banget. tapi mau bilang apa lagi.
.
janda berikut lumayan cerah dan menjanjikan masa depannya. keturunan priyayi tapi berpikiran modern. aktif di kegiatan sosial dan babenya orang yang sangat terpandang. mereka sudah membuka lebar-lebar pintu ukiran Jeparanya untukku. hingga sampai di obrolan sore di serambi pendopo agung di rumah Maharani sang janda calon idamanku.
babenya Rani ngajak ngobrol seputar kasus korupsi yang sedang hangat saat ini.
.
"kamu kok begitu membela mereka, ya?? buktinya sudah dijembreng dan terang benderang. sebagian sudah masuk sel pesakitan. apa lagi yang mau dibela dari si partai biru, hah?"
"begini, Ndoro. selama belum ada putusan pengadilan, kita tak bisa mengatakan mereka bersalah"
"tidak bisa"
aku ditinggal sendiri di pendopo oleh ayahnya Rani dan tak boleh lagi aku menemui Rani permata hatiku. aku pulang dengan membawa sedikit luka. pernikahanku dengan Rani terhempas hanya karena beda partai.
.
"kalo sama Dona gimana ceritanya ampe ente ditolak pas mau lamaran?"
"males cerita aku"
"ah ente, segitunya banget sih. ane mau tau nih. jangan sampe biografi ente yang lagi ane bikin ada bolongnya nih"
"kamu mau tahu aja....... atau....... mau tahu banget?"
"ane pulang nih!!!"
akhirnya aku cerita juga.
.
keluarga Dona sudah menunggu kami di rumahnya di Minggu siang yang cerah. aku didampingi si mbok saja, bapakku tak bisa ikut karena sedang panen tembakau.
.
"kelihatannya yang datang banyak juga ya? ada empat mobil"
ayahnya Dona heran juga dengan rombongan besar yang ikut lamaran.
"ini Sumijem ibu saya. itu Alit adik saya", kuperkenalkan ibu dan adikku ke ayahnya Dona.
"lalu mereka-mereka ini siapa lagi. berbaris kayak anak pramuka?", ayahnya Dona masih punya banyak pertanyaan rupanya.
"yang paling besar Aru. yang berbaju biru Arum. yang itu Ara dan Ari. yang gendut-gendut itu Panca, Dasa dan Sapta. yang paling kecil Zia"
"anak kamu!!??"
"iya. dan si kembar Prue dan Pras tak ikut, sedang sakit"
"jadi anakku Dona nantinya harus mengurus mereka semua?", Dona dan ayahnya saling tatap saja.
"kok aku tahunya kamu hanya punya 3 anak saja, ya?", sepertinya Dona kecewa.
.
akhirnya aku buka iklan di biro jodoh.
"duda beranak banyak mencari istri. perawan boleh. janda tak masalah"
bang Ben menghampiriku sambil bawa koran berisi iklan itu.
"ane punya calon buat ente. gak masalah ente punya banyak anak katanya"
"siapa namanya?"
"Alenka"
"yang lagi heboh sama Alexander? ogah...... buat kamu aja deh. terima kasih banyak, bang Ben"
"ngga mau ya udah"