Tuesday, February 26, 2013

Majikanku dan Pacar Gelapnya

Dua tahun sudah aku tinggal di sini, di suatu kota di Dubai (atau Dumai ya? Ngga tau ah, ngga terlalu ngerti pisan, euy), entah apa nama wilayahnya. Berbagai kebiasaan penghuni rumah megah ini hapal aku rekam dalam memori kecil ini. Pun kejadian sehari-hari yang penting dan ngga penting dan sangat ngga penting pake banget.
Orang yang lalu lalang melewati halaman rumah, tukang sayur yang menawarkan dagangannya ke bi Romlah, tukang bakso yang selalu rajin berlama-lama mangkal di bawah pohon ciprus di muka rumah, atau pengemis perlente segar bugar dengan android di tangan yang sekadar singgah langak-longok saja.
Majikanku pun sangat perhatian dan sayang sama aku. Setiap kali sebelum berangkat kerja ia menyempatkan menyalamiku.
“Baik-baik di rumah ya. Jangan suka usil dan colak-colek bi Romlah!!!”
Aku hanya mengangguk dan memperhatikan majikanku naik ke Jazz putihnya. Katanya sih pemberian suaminya yang entah berada di mana. Makanya dia selalu cari pacar buat pengisi waktu. Tak pernah lebih dari tiga bulan, pasti ganti pacar, dan brondong tentunya.
Kebanyakan sih pacarnya itu mahasiswa kata bi Romlah dan yang terakhir malah katanya anak kelas 12. Kayak apa sih tampangnya? Soalnya majikanku ngga pernah bawa pacar barunya ke sini. Selalu dibawa ke apartemennya di pinggir kota.
Bi Romlah pernah cerita ke tukang mie ayam kalau pacar majikanku itu bapaknya Spanyol, ibunya Solo. Makanya badannya bongsor, putih mulus dan berwajah agak kearab-araban, mirip Kaka lah kalau mau dibayangkan.
Bi Romlah dapat pesan dari majikanku kalau pacar barunya pulang sekolah mau singgah dan makan siang di sini, dia pakai motor matik warna hijau dangdut.
Betul saja, lewat jam satu ada motor matik berhenti di muka rumah dan bi Romlah sengaja memang membuka pintu kecil agar si pacar baru bisa masuk.
Aku amati saja anak bongsor itu masuk dan turun dari motornya, dia tak menyadari keberadaanku. Dasar anak songong.
“Biii….. biiii…… bi Romlah……”
Weleh, weleh, weleh….. suaranya gambreng banget, bikin gatal nih telinga. Dan kok sok akrab banget sama bi Romlah. Aku pun melongok dan menyapanya…….
“Guk….. Guk…. Guk…..”
“Hwaaa….. ada duberman…… kabooor….”
Loh kok malah naik motor lagi dan ngacir keluar rumah……. Anak yang aneh, pikirku. Aku pun kembali ngampleh di gubug kecilku di sudut serambi rumah.