Sunday, April 1, 2012

Doketisme, Minggu Palm & Always On Top Posting



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Baca
Banyak sekali sahabat yang selalu ngompori dan mempertanyakan kenapa saya tidak membukukan semua tulisan saya yang telah tersebar kemana-mana. Mereka selalu menyatakan bahwa saya sudah layak disebut penulis, tetapi saya selalu menjawab dengan santun bahwa cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi pembaca yang baik, bukan sebagai seorang penulis.
Saya selalu ingat dengan “Iqra”, dimana kewajiban kita sebagai manusia sebenarnya diminta membaca dengan baik Ayatullah yang tersebar di jagad raya ini. Bahkan seorang Muhammad-pun oleh Allah SWT di wajibkan untuk melakukan “Iqra”, bukan menulis.
Bagaimana mungkin saya beranikan diri untuk mentasbihkan diri saya ini sebagai penulis sementara seorang nabi besar sekelas Muhammad SAW hanya diwajibkan sebagai pembaca. Ada beban tersendiri dari dalam diri saya ini ketika terlalu berani menyebut diri sebagai penulis.
Terlepas dari banyak tulisan yang tersebar, sebenarnya itu hanyalah sebagai salah satu bentuk dokumentasi saya atas segala rekaman peristiwa, isi hati atau mungkin sedikit ulasan terhadap segala fenomena yang pernah saya amati. Saya bukanlah bertindak sebagai penulis, tetapi lebih tepat sebagai dokumentator atas segala impuls otak saya ketika membaca fenomena tertentu menurut pemahaman saya.
Jadi, saya bukanlah penulis, tetapi sekedar berusaha membaca dan meresapi maknanya dengan baik.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pengantar
Doketisme merupakan salah satu bida’ah tentang Yesus Kristus. Bida’ah ini berkembang pada abad pertama gereja. Tidak banyak sumber, yang secara mendalam, mengupas bida’ah ini secara khusus. Bida’ah ini lebih merupakan suatu kecenderungan daripada suatu doktrin yang utuh yang menyertakan pula rumusan-rumusan ajaran yang padat berisi.
Tokoh
Saat ini, amat sulit untuk mengetahui kira-kira siapa tokoh utama pencetus atau pelopor dari bida’ah ini. Hal ini kembali dapat dijelaskan karena bidaah ini bukanlah suatu ajaran yang terstruktur namun lebih pada sebuah kecenderungan. Dalam tulisan inipun keingintahuan akan siapa yang menjadi pencetus awal bida’ah ini tetaplah tak terjawab.
Isi Bida’ah
Doketisme berasal dari kata Yunani dokein, dalam bahasa Inggris to appear yang berarti melihat, tampak. Bida’ah ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus tampaknya atau kelihatannya saja sebagai manusia. Atau dengan kata lain, putra Allah hanyalah seolah-olah saja seperti manusia.
Para Doketis berkeyakinan bahwa seorang penebus ilahi (yang berasal dari Allah) tidak dapat menderita. Ketika ide doketik ini mulai meresap dalam kelompok kristiani, satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana dengan Yesus yang wafat di salib. Para Doketis praktisnya merujuk pada injil Markus yang sudah ada pada waktu itu. Walaupun Markus tidak pernah bermaksud agar tulisannya tentang kisah pelayanan dan penyaliban Yesus disalahmengertikan namun pendeknya dari kisah yang dia tulis membuka kesempatan bagi interpretasi yang salah dari para Doketis.
Markus memulai injilnya dengan kisah pewartaan Yohanes pembaptis sebagai persiapan bagi kedatangan Yesus. Dalam peristiwa selanjutnya, Yesus dipermandikan Yohanes Pembaptis.
Peristiwa turunnya Roh Kudus atas Yesus ketika dibaptis di sungai Yordan juga merupakan hal penting yang menjadi dasar pertimbangan para Doketis. Roh kudus itulah yang menyertai Yesus dalam karya pelayanannya. Roh itu pulalah yang memampukan Dia dalam melakukan ha-hal yang besar. Para doketis juga berpendapat bahwa selama penderitaan di salib, Roh Kristus itu meninggalkan tubuh manusiawi Yesus dan kembali ke kepenuhan. Di sini dapat dilihat sekali lagi bagaimana intrepretasi yang salah itu akan mereduksi inkarnasi menjadi kehadiran temporal.
Dalam beberapa bentuk, Doketisme berkeyakinan bahwa Yesus Kristus melepaskan diri (baca: melarikan diri) dari kematian yang memalukan, misalnya menukar tempat kematian dengan Yudas Iskariot atau Simon dari Kirene, pada saat-saat terakhir sebelum drama penyaliban.
Sebenarnya dalam Injil pun sudah muncul tulisan-tulisan peringatan terhadap kecendrungan Doketisme, misalnya I Yohanes 4:1-3: “saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh , yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah di dalam dunia.” Teks dapat dijadikan salah satu petunjuk bahwa Doketisme ini bahkan sudah ada sejak jaman para rasul.
Tokoh Pembela Ajaran Gereja
Ada beberapa tokoh dalam gereja yang menentang bida’ah ini. Diantaranya yang terkenal adalah Ignatius dari Antiokhia. Uskup Antiokhia ini menentang dengan tegas bida’ah ini. Hal ini nampak dalam tulisan-tulisannya. Salah satunya adalah bahwa dalam perjalanannya -sebagai tawanan- menuju Roma, ia dengan semangat banyak menulis surat kepada gereja-gereja di Efesus, Magnesia, Tralles, Roma, Philadelphia , dan Smyirna. Tulisannya berisikan pergulatannya menentang Doketisme di Antiokhia.
Kesimpulan
Doketisme adalah suatu bida’ah yang muncul pada abad pertama gereja yang mengajarkan bahwa Yesus kristus hanya kelihatannya atau tampaknya saja sebagai manusia. Kita dapat merumuskan kecendrungan itu dengan menyatakan bahwa bagi mereka kemanusiaan (humanitas) dan penderitaan (passio) yang dimiliki dan dialami oleh Yesus Kristus ketika Ia masih hidup di dunia ini hanya sebagai tampaknya dan tidak pertama-tama sebagai kenyataan yang sesungguhnya terjadi demikian.