Wednesday, April 18, 2012

Dodo dan Celana Pendek Warna Merah Muda



Ini hanyalah sebuah kisah sambil lalu saja tentang seorang laki-laki dan celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga yang ternyata telah mengubah jalan hidupnya. Kamu tak akan menemukan kisah ini di buku Sejarah, harian Lampu Merah ataupun dibahas di TVOne, MetroTV, ataupun di tulis ulang oleh blog milik tetangga.
Jadi simak saja kisah ini baik-baik, jangan lupa makan dulu agar tak masuk angin hingga terkena tipes, karena kisah ini mungkin akan mengubah hidupmu dan saya tak akan menceritakan kisah ini dua kali.
Nama laki-laki itu adalah Agus Widodo. Panggilannya Dodo, bukan Agus, bukan Wid, bukan AW, bukan, bukan, bukan.
Dodo adalah jejaka asli Sunda. Asli Sunda karena ayahnya adalah Sunda Garut dan ibunya adalah Sunda Cililin. Asli Sunda karena sejak dilahirkan, SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah pun, Dodo habiskan waktunya di tanah Priangan.
Asli Sunda karena dalam sehari Dodo mampu menghabiskan lalapan lebih banyak dari kambing manapun yang pernah kamu jumpai. Dodo adalah salah satu contoh bentuk kehidupan hampa di muka bumi ini yang kegiatannya berkisar antara makan, tidur dan mengupil.
Berkulit coklat sawo terlalu matang, rambut keriting gondrong mirip Tom Hanks dalam film Cast Away, dengan raut muka tirus tak terurus dan bulu hidung menjulur-julur keluar, Dodo yang berstatuskan mahasiswa ini menghabiskan 21 tahun hidupnya dalam keadaan jomblo.
Bukan. Dodo bukanlah jomblo karena pilihan. Dodo adalah jomblo karena keterpaksaan. Satu-satunya aktifitas yang memberikan warna dalam kehampaan hidupnya adalah menonton pertandingan bola baik ISL, IPL, La Liga, Seri A, Premier League, dan menonton Lulebay ataupun dramaseri Korea.
***
Hari itu adalah ulang tahun Dodo yang ke-21. Dodo masih tertidur pulas ketika tiba-tiba ada seorang wanita berumur 30++ masuk ke dalam kamarnya. Dan wanita itu langsung menjerit keras.
“Dodooo! Kamuuu?!”
Dodo terbangun. Dia membuka matanya, memandang ke langit-langit kamar kostnya, menatap poster Britney Spears dalam balutan bikini merah jambu yang warnanya sudah mulai pudar (mungkin karena keseringan diliatin siang malam tanpa henti). Dodo tersenyum dan meneruskan tidurnya.
”Dodo!!!”
Dodo pun terbangun. Benar-benar terbangun kali ini.
“Eh, tante. Kok tante bisa di sini sih?”
“Kamu!?!! Kamu kenapa tidur gak pake celana?”
“Hmm..... biar adem mungkin tante. Tante kenapa kok bisa di sini sih?”
“Jantung kakekmu kambuh lagi. Ia sekarang sedang dirawat di ICU. Kakekmu ingin sekali bertemu sama kamu. Ia mungkin gak punya banyak waktu lagi”
“…....^*%%$@@^$@!&^%”
“Kok malah bengong? Ayo cepet ikut tante ke rumah sakit”
“Iya tante. Tapi sebentar yah tante”
“Gak pake sebentar-sebentar. Udah gak usah mandi. Mandinya nanti aja”
Bukan tante. Anuuu............. Saya pakai celana dulu yah tante”
Dalam keadaan rambut kribo kriwel-krikel, mulut bau naga, baju bau singa, dan ketek semerbak rasa asam manis, Dodo yang sudah bercelana meluncur bersama tantenya langsung menuju rumah sakit tempat kakek Dodo dirawat.
Di sana sudah berkumpul sanak saudara mengelilingi tempat tidur kakeknya. Ketika kakek tahu Dodo sudah datang, kakek meminta semuanya supaya meninggalkan ruangan. Kakek ingin berbicara empat mata dengan Dodo.
“Dodo, uhuk-uhuk…..”
“Yaaa..... aki…..”
“Kamu belum mandi yah? Uhuk-uhuk...... Kamu bau sekali......”
“Yaaa..... aki..... Saya emang blom mandi. Tadi buru-buru kok ke sininya aki”
Dodooo... huk, huk, huk… Kemari... Huk, huk, huk. Ayo lari–lari.” (nyanyi)
“???”
“Maaph Dodo. Aki OOT niyh. Out Op De Taufik. Dodo, kayaknya hidup aki gak akan lama lagi. Uhuk-uhuk. Jadi dengarkan perkataan aki baik-baik. huk”
“Ya aki…”
“Dodo. Tadi malam aki dapat wasiat dari leluhur. Huk-huk. Demi keberlangsungan garis keluarga kita, kamu harus pakai jimat ini setiap hari. Huk. Jimat ini hanya boleh dilepas pada malam Jumat Kliwon. Kalo tidak kamu pakai, kamu akan dikutuk mencret seumur hidup. Kalo kamu pakai, kamu akan mendapat hoki besaaarrr.”
“Jimat apa aki ?”
“Ini.......”
Dodo pun membuka bungkusan yang ditunjuk aki. Mata Dodo terbelalak ketika melihat isi bungkusan itu. Celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga. Dodo hendak protes.
“Tapi aki!? Aki..... Akiiiii…”
Aki tak menjawab.
Mata aki sudah terpejam selamanya dan bibirnya menyunggingkan senyuman. Mungkin aki merasa lega sudah menyampaikan amanat terakhirnya. Mungkin aki udah merasa tenang karena yakin cucunya akan selalu pakai celana ketika tidur. Mungkin juga aki merasa senang udah bisa ngerjain cucunya di saat-saat terakhirnya.
Dodo termenung.
Termenung karena bersedih, karena kehilangan aki-nya yang dia sayangi. Termenung karena berpikir keras, berusaha mencari korelasi antara memakai celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga dan mendapatkan hoki besar. Mungkin kalo celana pendeknya berbahan kulit ketat dengan motif kulit harimau Dodo akan maklum karena Dodo percaya celana pendek seperti ini akan menarik hati banyak wanita. Tapi korelasi antara celana pendek merah muda motif bunga-bunga dan hoki besar sungguh sulit dimengerti.
Walau bagaimanapun ini adalah wasiat terakhir aki-nya, dia harus penuhi. Dodo tidak ingin melanggar wasiat terakhir kakeknya. Selain itu, Dodo pun gak ingin dikutuk mencret seumur hidup. Mendingan juga dikutuk tampan, kaya, dan berkuasa daripada dikutuk mencret, pikir Dodo. Maka dipakailah celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga setiap hari. Dan Dodo hanya mencuci celana ini sebulan sekali, setiap malam Jumat Kliwon.
***
Dodo pun kembali menjalani kehidupannya yang jomblo dan hampa, serta tak lupa memberikan sesajen setiap malam Jumat Kliwon untuk arwah kakeknya berupa sepiring nasi timbel lengkap dengan lauk gurame bakar + tempe goreng + lalapan + sambal cibiuk, secangkir kopi Neskafe Classics (gula 2 sendok teh) dan sebatang rokok Djisamsoe Filter.
Suatu saat ketika Dodo sedang jalan-jalan di tepi sungai Citarum, Dodo mendengar teriakan seorang gadis cantik dari kejauhan diiringi suara blurrr.
(Wait, wait, wait a second. How can he know she’s beatiful? Never mind, it’s just fiction, you know)
Dodo langsung menuju TKP dan melihat seorang bapak-bapak berkumis lebat, berkesan jantan, dengan tato ular naga luar biasa panjangnya sedang berteriak-teriak menunjuk seorang gadis cantik yang megap-megap di tengah sungai.
“Anak muda!!! Anak muda!!!”
“Yaaa..... Pak Tua”
“Jangan panggil Pak Tua. Panggil Om aja”
“Iya Om aja”
“Ngga pake aja kaleee. Itu anak Om sedang megap-megap di tengah sungai Citarum. Coba yah tolong diselamatkan”
“Kenapa gak Om aja yang menyelamatkan? Kan Om macho, berkumis lebat, dan berkesan jantan?”
“Ssssttt...... Om gak bisa berenang”
“Jadi itu tato ular naga luar biasa panjangnya buat apa Om?”
“Udah ah kamu jangan banyak omong. Selamatkan aja putri Om. Nanti kamu Om kawinkan sama anak Om satu-satunya itu. Om orang kaya loh. Sawahnya aja luas dan punya 15 kos-kosan di daerah Sudirman”
“Sudirman Jakarta Om?”
“Bukan. Sudirman Garut...... dudul.....”
Demi mendengar iming-iming akan dijodohkan dengan putri si Om yang cantik jelita tiada tara (yang otomatis akan merubah status jomblonya) dan menjadi menantu dari seorang juragan kost, Dodo pun dengan sigap serta merta melepas baju dan celana jeansnya. Dengan hanya menggunakan celana pendek merah muda motif bunga-bunga wasiat sang kakek, Dodo segera melompat ke dalam sungai Citarum dan menyelamatkan sang putri. Lalu Dodo pun memberikan nafas buatan dan pijatan ke arah dada. Sebetulnya hal ini tidak perlu karena sang putri udah siuman. Tapi kapan lagi, pikir Dodo. Huhuyy.
“Akang, makasih yah udah nyelamatin eneng. Akang baik sekali. Neng mau nikah sama akang.”
“Iyah neng. Akang juga mau. Ngomong-ngomong neng namanya siapa?”
“Nama neng...... Jumariah Kadarsih. Panggil aja Asih”
“Nama akang Dodo. Agus Widodo. Tapi panggil aja Dodo”
Akhirnya Dodo, Neng Asih dan Om - berkumis lebat - berkesan jantan - juragan kos-kosan (figuran gak penting, jadi gak perlu disebut namanya) berjalan menuju jalan raya, mencari taksi.
Ketika mereka bertiga sedang menyeberang jalan, tiba-tiba ada truk besar dari arah sebelah kiri. Rupanya supir truk yang gendut itu kaget melihat celana pendek Dodo dan kehilangan kendali.
Dodo dengan refleks segera mendorong Neng Asih dan si Om ke arah pinggir jalan. Mereka selamat. Sayangnya Dodo tak sempat menyelamatkan dirinya sendiri.
Dodo tertabrak, tergilas, dan terseret truk besar itu sampai sejauh 25 meter atau lebih (lupa diukur sih). Dodo mati mengenaskan. Otaknya berceceran keluar dan matanya nyaris keluar. Tangan kirinya putus, kaki kanan dari mulai lutut hilang entah kemana, paha kiri terlihat tulang putihnya, dan usus dua belas jari tertarik terburai keluar. Hanya celana pendek merah muda motif bunga-bunganya saja yang masih utuh, tak sobek atau kotor sekalipun.
Dodo pun mati sebagai pahlawah bagi Neng Asih dan si Om.
Jasa Dodo selalu dikenang oleh masyarakat RT 01 / RW 02 desa Sukamajumundur yang tinggal di sekitar sungai Citarum. Terkenang hingga akhir jaman menjelang kenaikan BBM sekalipun.
Celana pendek warna merah muda bermotif bunga-bunga milik Dodo dijadikan bendera dan dikibarkan setengah tiang, sebagai peringatan agar supir-supir tak ngebut di jalanan.
...
...
...