Friday, June 17, 2011

Diari : Menulislah maka kau akan ditulis ulang

Menulislah maka kau akan ditulis ulang.

Kompasiana bagi saya adalah kebebasan. 
Bebas berekspresi dalam menulis  (lebih tepatnya mengetik) dan menuangkan ide-ide. 
Tanpa ada aturan yang mengikat dan membatasi. 
Kompasianer bebas memilih tema tulisannya, dari yang bertemakan politik, hukum, birokrasi, kesehatan, kuliner, fiksi sampai catatan harian.  
Kompasianer pun bebas menggunakan gaya bahasa, bahasa resmi boleh, bahasa gehol pun juga boleh. 
Yang penting para pembaca yang budiman sudah bisa baca tulis.

Setelah sekian minggu wara wiri di dunia perkompasianaan, saya menganggap bahwa kompasiana seperti sebuah buku diari online. 
Tidak sedikit kompasianer yang berkeluh kesah dalam tulisannya. 
Segala uneg uneg yang mengganjal di hati pun di tuangkan jadi sebuah tulisan. 
Kompasiana dijadikan sebagai media untuk mencurahkan isi hati atau sebagai media curhat yang mengasyikkan. 
Tidak sedikit juga kompasianer yang menceritakan tentang rutinitas yang di jalani sehari-hari. 
Segala peristiwa yang dilihat dan didengar di wartakan di kompasiana. 
Berbagai tulisan aktual, inspiratif, bermanfaat dan menarik pun bermunculan. 
Komentar-komentar serupun tak ketinggalan menghiasi tulisan-tulisan tersebut.
Naah … inilah yang mengasyikkan di kompasiana dan membuatnya sedikit berbeda dari sebuah buku diari biasa. 
Jika curhat di diari hanya si empunya dan Tuhan saja yang tahu (saya jadi ingat pada sebuah buku diari milik seorang teman yang dilengkapi dengan gembok dan kunci), tidak demikian di kompasiana. 
Curhat sedikit saja ada yang mengomentari. 
Dari komentar-komentar serius, komentar yang mengocok perut bahkan komentar yang nggak nyambung dengan tulisan…hehehee.

Kompasiana bukan hanya sekedar media untuk menyalurkan dan menuangkan ide-ide, tapi kompasiana juga sebagai media untuk berbagi rasa dan berbagi cerita dengan para kompasianer.

...