Saturday, May 18, 2019

tak ada yang SAMA, banyak yang jauh BERBEDA

Bukan aku tak mencintaimu 
bila mengaduh pada tumpukan resah. 
Kalaupun kau tak suka, 
kan kusarungkan kembali belati kecewaku 
yang telanjur terhunus. 
Kusimpan ia, 
pada lipatan-lipatan kenangan 
yang tak tuntas. 
Memendamnya, 
sambil berharap waktu berkenang 
menghapusnya dengan maaf.
.
.
Sekedar untuk kau mengerti, 
ketegaranku adalah 
kumpulan-kumpulan kerapuhan 
yang tidak berdaya memisahkan, 
antara perasaan mencintai 
dengan ketidaktahuan membenci. 
.
.
Lalu, mengapa harus sangsi 
pada ketulusan?
Haruskah kecemburuan 
menjadi jawaban? 
ataukah kepura-puraan 
menjadi petunjuk atas ketidakmampuan kita 
menafkahi rasa?
ataukah kita berdua 
mesti kembali 
saling membuka catatan, 
untuk menyamakan paham 
pada ejaan yang bersebrangan?
.
.
Kalaupun kau masih tak beranjak 
dari pijakan ego, 
dan aku yang terlanjur terjebak 
pada pilihan diam. 
Biarlah kita saling melangkah 
dalam perbedaan, 
bercumbu pada 
ketidakpastian perasaan. 
Sampai akhirnya, 
kita berdua saling menemukan 
hadirnya kalimat peneduh, 
yang ejaannya 
mungkin bisa 
sama-sama kita mengerti.