Thursday, August 27, 2015

listrik naik, bbm naik, tol naik, cuma CD 'babe' yg turun.....

Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini lebih banyak disebabkan faktor eksternal.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, penyebabnya antara lain bank sentral AS yang hendak menaikkan tingkat suku bunga, perekonomian Tiongkok yang melemah karena penurunan komoditi selama tiga tahun berturut-turut, juga menurunnya harga minyak mentah di Iran.

"Dibarengi lagi devaluasi yuan, juga ada kondisi negara-negara yang mengalami tekanan. Semua ini berdampak adanya penurunan pemasukan uang di Indonesia," bebernya usai bertemu pimpinan DPR di komplek parlemen, Jakarta, Rabu malam (26/5).

Meski begitu, lanjut Agus, masyarakat tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kondisi rupiah saat ini karena hanya berlangsung sementara.

Kondisi perekonomian dan pasar global yang mengalami kejutan dari sejumlah kebijakan banyak negara berimbas pada aliran dana dari pasar uang menyebar luas ke negara besar di Asia maupun Eropa.

BI sendiri bakal bekerja terus menjaga stabilitas pergerakan rupiah terhadap dolar.

"Kondisi saat ini tidak menunjukkan adanya krisis ekonomi, ini suatu proses menuju fundamental ekonomi yang lebih baik," demikian Agus.

Berdasarkan penutupan hari ini di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah diperdagangkan sebesar Rp 14.102 per dolar atau kembali melemah 35 poin dibandingkan sebelumnya yang berada di angka Rp 14.067.