Monday, July 14, 2014

Saksi Prabowo punya data C1 dari TPS, Saksi Sebelah Punya Gak?

Pemilu 2014 ini akan tercatat dalam sejarah kita sebagai pemilu yang paling unik dan istimewa dibanding pemilu-pemilu sebelumnya. Unik karena terjadi saling klaim kemenangan yang disertai "perayaan" dari kedua kubu yang bertarung sebelum ada hasil resmi dari KPU. Pada pemilu sebelumnya memang ada saling klaim, tapi tidak sampai disertai "perayaan". Istimewa karena menjadi pertaruhan hidup mati lembaga-lembaga survey dan para tokoh dari masing-masing calon.

Bayangkan, ada lembaga survey yang dengan gagahnya menantang KPU melalui pernyataan bahwa hasil Quick Count mereka adalah benar dan KPU salah bila mengumumkan hasil yang berbeda. Dan lembaga lain yang hasil QC nya berbeda sudah dipastikan abal-abal. Wow... benar-benar pertaruhan yang fantastis. Ibarat meja judi, lembaga survey ini mempertaruhkan seluruh harta benda yang dimilikinya, termasuk juga "kehormatan" nya. Ditambah lagi dengan perhatian dunia yang terus memantau detik demi detik prosesnya bahkan jauh hari sebelum pelaksanaannya, maka lengkaplah keunikan dan keistimewaan itu.

Saya sebetulnya tidak begitu tertarik dengan keunikan dan keistimewaan tersebut di atas. Dari pemilu ke pemilu (termasuk pilkada), oleh PKS saya selalu dipercaya untuk mengurus masalah saksi. Tapi masih level kelurahan sih. Saya sangat menikmati tugas ini karena jauh dari hingar bingar. Secara singkat tugas saya sederhana saja yaitu, mencari dan mengumpulkan orang-orang yang ditugaskan untuk menjadi saksi di tps dan membekali mereka dengan tugas dan tanggung jawab saksi.

Salah satu point penting seorang saksi yang selalu saya tekankan adalah semboyan "pantang pulang sebelum terima C1". Tentunya masih ada tugas-tugas penting lainnya. Ibarat bedil seorang prajurit, ibarat cangkul seorang petani, maka C1 adalah senjata utama peserta pemilu atau pilkada. Bahkan saya tegaskan bahwa tanpa menyetor C1, anda sebagai saksi dianggap tidak bekerja apa-apa.

Tak heran jika dalam pemilu legislatif yang pesertanya sangat banyak, sehingga saksi-saksi pun banyak juga, maka saksi-saksi tersebut saya fokuskan untuk memastikan dulu bahwa mereka akan mendapatkan C1 dari KPPS setelah proses pemungutan suara selesai. Karena biasanya persediaan formulir C1 terbatas.

Maka saya sedikit mengernyitkan dahi saat dalam rekapitulasi suara di pps kelurahan tempat saya bertugas kemarin, saksi dari Jokowi hanya berbekal satu lembar kertas yang berisi tabel perolehan suara tiap tps. Sedangkan saya membawa lengkap formulir asli C1 yang terkumpul dari setiap saksi di tps. Yang ada di benak saya adalah, kalau ada perbedaan rekap salah satu tps dengan "catatan" yg dibawa tersebut, bagaimana cara komplainnya ? Apa nanti PPS akan "meladeni" komplain mereka yang tanpa bukti C1. Dan memang sepanjang hari ternyata tidak ada keberatan sama sekali dari saksi tersebut.

Hmmm... semoga ini cuma terjadi di PPS tempat saya bertugas sebagai saksi kelurahan saja. Saya yakin timses Jokowi-JK tidak akan lalai dan mengabaikan pentingnya C1.

Seperti yang sudah saya singgung di atas, saksi adalah pekerjaan yang jauh dari hingar bingar pemilu itu sendiri. Mengumpulkan dan mengamankan C1 adalah pekerjaan yang kurang disorot dan diberitakan besar-besaran oleh media. Padahal dia adalah satu-satunya dokumen yang diakui oleh MK bila ada sengketa dan keberatan hasil suara pemilu yang diajukan oleh peserta.

Jadi, ayo Jokowi lovers, lengkapi dan kawal klaim kemenangan anda dengan adu data C1. Bravo indonesia.