Tuesday, June 28, 2011

Tiap Peserta Kongres PSS1 Dikawal Dua Orang ‘Pagar Betis’ Putri Solo

Karaton Surakarta Hadiningrat

Sepeninggal Sri Pakubuwana XII pada tanggal 11 Juni 2004, terjadi perebutan takhta antara Pangeran Hangabehi (putra pertama) danganPangeran Tejowulan, yang masing-masing menyatakan diri sebagai Pakubuwana XIII. hangabehi merasa memiliki legitimasi atas takhta karena ia adalah putra lelaki pertama, sementara Tejowulan berargumen bahwa Pakubuwana XII telah menyatakan secara tertulis bahwa Tejowulanlah yang akan menggantikannya. Konflik ini belum berakhir dan berada pada status quo.

Perebutan kekeuasaan yang tak kunjung selesai ini awalnya cukup membuat bingung masyarakat soloraya, namun seiring dengan perjalanan waktu seakan ada pemakluman dari masyarakat bahwa ini adalah wajar dalam sebuah perebutan kekuasaan. sampai saat ini kedua raja tetap menjalankan fungsi yang kurang lebih sama seperti penyelenggaraan tingalan jumenengan. yang membedakan adalah sinuwun hangabehi menyelenggarakan di dalam keraton dan sinuwun tedjowulan menyelenggarakan di ndalem wuryaningratan. hal lain yang sama adalah kedua raja juga memberikan gelar gelar kepada kawula dan para tokoh seperti Sutiyoso oleh Sinuwun Tdejowulan dan Manohara oleh Sinuwun Hangabehi.

Kongres PSS1

Wali Kota Surakarta Joko Widodo menjanjikan sebuah kejutan dalam penyelenggaraan Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI pada 9 Juli 2011. Panitia kongres akan meminimalkan penjagaan oleh aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia atau TNI dan menggantinya dengan "pagar betis" seratus Putri Solo.

Joko mengatakan, para putri ayu itu akan menyambut kedatangan peserta kongres ketika masuk ke areal kongres. "Kongres itu sendiri akan dibuat tertutup untuk meminimalkan risiko ancaman keamanan," ujar Joko di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (27/6/2011) saat menjamu makan siang Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Soritaon Siregar.

Joko menambahkan, selama kongres, akan ada dua Putri Solo yang akan melayani para peserta kongres dengan mengantarkan mikrofon kepada peserta yang ingin bertanya atau menyampaikan pendapat. Kedua Putri Solo itu juga akan mendampingi penanya hingga selesai menyampaikan pendapat atau pertanyaan.

"Jika peserta kongres yang bertanya itu emosi, maka tugas kedua Putri Solo itu adalah mengingatkan peserta kongres itu agar tidak emosi," ujarnya.

Aparat kepolisian dan TNI juga tetap dilibatkan untuk mengamankan kongres, tapi hanya ditempatkan di lingkar luar kawasan kongres. Saat ini, panitia kongres dari Solo masih menyelesakan teknis terakhir yang dibutuhkan untuk hari pelaksanaan.

"Saya masih harus menyelesaikan diskusi soal kostum yang akan dikenakan oleh Putri Solo nanti," kata Joko.
...