Sunday, May 12, 2019

lelaki hampa miskin papa bukan milik siapa

.
.
.
Selalu begitu,
di saat hujan 
menyinggahkan peringatan
pada setiap malam
yang memanggungkan kesakralan
.
lelaki itu 
berulang-ulang 
memakamkan 
kesepian
.
Di sebuah pekuburan 
tanpa 
papan nama
.
Dalam hatinya
yang tersandera
lingkaran masa
.
Lelaki itu 
berusaha 
keras menyembunyikan 
rembulan 
di sepasang mata 
yang darinya 
tersembur percikan 
api 
berbahaya
.
Siap membakar 
hingga hangus
.
Apa saja 
yang menurut keputusannya 
adalah 
silabus 
rindu tak terurus
.
Pada suatu saat 
ketika sunyi 
benar-benar 
berkulminasi
merajam kepatuhannya 
agar terus berdiam diri
.
Lelaki itu 
tak kuasa 
menahan deburan 
ombak 
di dadanya 
yang retak
.
Tertusuk ujung tombak 
dari sisa-sisa peperangannya 
melawan 
kehendak
.
Ini tak bisa dibiarkan! 
Lama-lama 
dia 
hanyalah 
patung 
dalam kerumunan
.
Terpaku diam
Memaku diri 
di dinding-dinding 
jahanam
.
Seperti laron-laron 
yang berkamikaze
.
Mengejar cahaya 
lampu 
membakar 
yang dikiranya 
adalah 
oase
.
Lelaki itu 
menyudutkan diri 
di para-para langit 
yang pasang
.
Terbawa 
aliran tenang gelombang 
yang dinamakan 
waktu senggang
.
Hanya untuk 
membiarkan dirinya
dalam ruang 
yang lengang
.
Terbuang 
.
dan 
.
terhumbalang.
.
.
.
Bogor, 12 Mei 2019
.
.
.
.
.
.
.
.