Friday, May 17, 2019

Cinta Sesat Sesaat antara Stasiun MRT Dukuh Atas - Stasiun MRT Senayan

Cinta Sesat Sesaat antara Stasiun MRT Dukuh Atas - Stasiun MRT Senayan
.
Pukul 06.13 WIB
stasiun Pondok Cina sudah berjubel para anker, juga para pencari cinta sesat sesaat, juga para vlogger, udikers, jawir-jawir berwajah tirus, para hapegrafer, copet, camat, presiden, tim sukses, influencer, hitman, emak-emak, bocah jermal, duda keren dan.... Cinta..... Semuanya rapi, wangi, gagah, optimis, enerjik.
.
ketika kereta datang, pesta pun dimulai..... berebut masuk komuterline yang sudah penuh sesak tak ada ruang tersisa..... DAN..... berakhir di stasiun Sudirman dimana Cinta turun bersama rombongan budak-budak ibukota, turun dengan baju kusut awut-awutan, wangi parfum sudah bercampur keringat dan sumbangan bau dari penumpang lainnya. Dan gawai tetap setia dalam genggaman.
.
Pukul 08.20 WIB.
kereta dari HI tujuan akhir stasiun Lebak Bulus tiba, penumpang transit asal stasiun Pondok Cina pun masuk ke MRT dengan sok tertib dan sok beretika.
.
masuk stasiun MRT Benhil, mereka masih asik mencumbu gawai tercinta, kecuali Cinta, yang tertidur penuh cinta di samping perjaka senja pemetik cinta beraroma vanila.
.
Pukul 08.26 WIB.
.
Cinta terbangun, Cinta sesat sesaat, gerangan dimana dia kini berada. Hanya dia sendiri dalam kereta bersama 15 kereta-kereta lainnya di Depo MRT Lebak Bulus. Cinta makin sesat lalu tertidur lagi.
.
Pukul 08.28 WIB
.
"Stasiun Senayan, mbak !!"
Cinta sesat sesaat sambil melihat ke lelaki yang membangunkannya.

"Terima kasih"
Untuk yang ke 8 kali, Cinta harus pindah ke kereta jurusan stasiun Istora lalu menyusuri jembatan berjuta warna yang selalu mengawalnya menggapai asa yang tak pernah usai.
"Hhhhh......"
Sepertinya Cinta kembali kehilangan gawai tercinta. Siemens C25 pun diembat juga. Dasar copet kutukupret !!! pura-pura nanya turun dimana segala......
Cinta merogoh Xperia 1 yang terlelap di balik bra coklatnya sambil meninggalkan JPO Istora menuju kantornya yang hanya butuh 115 langkah menuju ke sana.
.
Pukul 08.41 WIB
Cinta kembali sesat sesaat. Kali ini sungguh-sungguh sesat sesesat-sesatnya. Turun di Senayan barusan ternyata satu paket mimpi juga rupanya. Nyatanya Cinta tertidur hingga stasiun terakhir yang suasananya sangat hiruk pikuk hingar bingar. Entah apa sebabnya.
"Tertidur ya, mbak ?!"
Perjaka senja penjaja cinta membuyarkan mimpi Cinta yang tiada berujung. Wajah si perjaka sepucat mayat, seperti shock, panik, bingung, atau cuma sedikit lapar karena belum sarapan?
Cinta mengambil A8 star dari dalam tasnya. Ratusan notif, misscall, sms..... menunggu sentuhan Cinta yang selalu sesat sesaat.... Lalu dicomotnya Xperia 1 dari balik kutangnya dengan penuh perasaan.
"Mbak biasanya turun di Senayan ya ?!"
Cinta hanya menoleh sekilas karena kini matanya tertuju pada satu posting foto di ST2, grup WA yang cuma 5 anggota.
"INI BENAR ?!"
Cinta menunjukkan posting itu ke perjaka senja yang kalau diperhatikan boleh juga. Badan bersih terawat tanpa lemak, wangi parfum isi ulang, bersendal gunung, kaos telnyashka, celana cargo 3/4, tas kanvas selempang dan topi Jeep warna krem tua.
"Iya"
Jawab si perjaka singkat.
"BENAR ?!"
Cinta ingin jawaban lebih.
"Benar, mbak..... Untung mbak gak turun di sana yang kini sudah luluh lantak terkoyak bagai kota Sokovia. Untung saya tertidur juga hingga stasiun Haji Nawi"
Cinta sudah bisa menguasai dirinya. Cinta tak selalu sesat sesaat.
Para penumpang kereta MRT yang tiba di Lebak Bulus digiring petugas menuju tangga demi tangga keluar area stasiun. Cinta sudah terbebas dari perjaka senja yang selalu menguntitnya tiap hari. Banyak polisi di hampir semua sudut stasiun. Dan lebih banyak lagi di luar stasiun beserta satu unit mobil GEGANA.
.
Pukul 09.07 WIB
.
"Mbak dimana?"
"Depan pintu keluar utara stasiun, pak"
Lalu meluncurlah Cinta bersama driver ojol langganannya menuju Gentari dimana empat anggota ST2 sudah menunggu di sana.
Sampai di pintu gerbang masuk kawasan kuliner, Cinta turun dan menyerahkan dua lembar uang kertas warna biru.
"Tak usah kembali"
"Terima kasih, mbak..... Terima kasih banget....."
Sang driver tak henti-henti mengucapkan itu. Sampai lupa meminta bintang lima seperti yang biasanya dia lontarkan setelah penumpangnya berlalu dua langkah darinya.
Inginnya Cinta memberi lebih dari itu, pun 10 lembar tak ada artinya dibanding apa yang ia dapat dari hasil tugasnya hari ini, misinya yang direncanakan sejak 200 hari lalu bersama ST2, yang kini sedang duduk di meja 7 Gentari.
.
Perjaka senja (PS) mengamati dari jauh ke empat anggota ST2 yang asyik menyantap ayam bakar. Cinta, Bintang, Capung, Ibra...... satunya lagi kemana ?! PS celingak celinguk..... rasanya tadi mereka berlima..... ke mana pemuda berkaos MU tadi ?! kemana si Raja ?!
.
PS tak tahu, anggota ST2 yang kelima adalah si tukang bakar ayam merangkap pelayan. Bukan pelayan biasa. Tapi pelayan serba bisa. Pandai menyamar dan berpindah tempat. Saat PS lengah, Megu alias Raja alias Cenot si tukang bakar sudah berganti kostum. Kaos Setan Merah sudah ditanggalkan.
.
Pukul 10.10 WIB
"Rokok, mas !!"
Tukang asongan menghampir si Perjaka Senja yang memanggilnya.
"Ini, den"
Sebungkus Magnum Blue berpindah tangan dengan selembar uang warna hijau.
"Terima kasih ya"
Tukang asongan pergi meninggalkan PS yang masih mengamati ST2 di seberang sana.
Sesaat PS tersadar, sepertinya barusan ia mencium bau yang aneh dari baju lusuh si tukang asongan. Bau sangit asap arang kayu dan wangi daging ayam terbakar, juga terendus aroma kopi keju panggang.
Tapi sudah terlambat.
Magnum Blue ditangannya bukan sebungkus rokok biasa.
.
Kamis, 23 Mei 2019
.
Pukul 06.01 WIB
.
BLACK WEDNESDAY menjadi headline di semua media online, diselingi berita ledakan di sudut Blok M.
.
Tiga hari sebelumnya
.
Pukul 14.07 WIB
.
Dari mobilnya, Bintang, teman Cinta di grup ST2 memperhatikan si perjaka senja sedang melayani pembeli, seorang satpam, yang memesan kopi hitam dan sepiring nasi campur.
Kabarnya si perjaka senja dan gerobak birunya sudah berjualan nasi campur di situ,  di perempatan Purnawarman, sejak 17 bulan yang lalu. Walau tugas utamanya menguntit Cinta, tapi ia tak sadar sedang diawasi. Tak hanya oleh Bintang, di sudut lain, Capung sang leader ST2 pun memata-matainya. Lewat kamera super mungil yang ditanam di empat pohon di sekitar perempatan.
.
Lima hari sebelumnya.
.
Pukul 05.55 WIB
.
Kedai roti di sudut stasiun masih sepi. Cuma seorang lelaki, amplop coklat dan sepotong roti yang tinggal setengah di meja.
La Haku membuka amplop folio itu. Isinya selembar dokumen dan lima lembar foto anggota ST2.
Tak lama datang seorang pria, walau kelihatan berpenampilan dan berwajah muda, tapi usianya hampir mendekati kepala lima.
"Sebentar lagi dia ke sini membeli dua potong roti"
La Haku memperlihatkan sebuah foto ke pria tadi. Lalu pergi meninggalkan si pria yang kini sedang berdiri di konter memesan sepotong roti.
Tak lama datang seorang gadis ingin memesan roti.
"Biasaaa....., Cenot !!"
Pelayan yang dipanggil Cenot hanya senyum tipis saja.
"Ini rotinya, Cintaaa......"
Cinta mengambil pesanannya sambil melirik si pria yang menunggu pesanannya.
"Cinta udah pesan duluan tadi, om.... online"
Cenot menjelaskan sedikit ke pria itu sambil menyerahkan sebungkus roti.
"Oh....."
.
.
Hari ini
.
Pukul 05.55 WIB
.
Di sebuah kamar di apartemen seberang stasiun UI.
La Haku membuka amplop coklat folio di tangannya. Hanya selembar foto. Tak ada dokumen atau kartu uang elektronik.
Diperhatikannya foto itu lekat-lekat. Tidak. Ia tidak salah lihat. Foto wanita paruh baya itu ibunya.
Dari layar monitor komputer terlihat sebuah maps dengan lima icon kepala menyala merah. Kelimanya tersebar di penjuru ibukota.
Mouse diarahkan ke icon yang berada di stasiun LA. Satu icon kini menyala hijau.
.
Pukul 07.11 WIB
.
di peron 2 stasiun LA, Ibra duduk sambil membaca sebuah sms di Siemens C35 miliknya. Ibra berkernyit sejenak. Dengan Realme X difotonya sms itu.
"Target yang cukup berat"
Tak lama kereta jurusan Kota datang. Ibra naik ke gerbong 5 yang tanpa sadar sedang diawasi oleh sepasang mata nun jauh di sana.
La Haku tersenyum di depan layar monitor.
.
Pukul 07.26 WIB
Ibra turun di Pasar Minggu dimana Megu sudah menunggu di depan pintu gerbong 5. Realme X  pun sudah berpindah ke tangan Megu. Ibra hanya turun sebentar membuang Siemens C35 yang sudah di reset ulang. 
"Sesuai instruksi"
Pikir Ibra dalam hati.
Kembali La Haku tersenyum ketika icon hijau kembali berwarna merah.
Diperiksa empat icon lainnya. Masih di posnya masing-masing. Kecuali satu icon yang bergerak sebentar ke halte Pancoran. Lalu kembali ke rombongnya di depan Bukit Moria.
"Ngapain Megu ke situ ?!"
La Haku membaca gelagat tak beres, langsung bergegas meninggalkan apartemennya. Meluncur menuju SL49, target utama.
.
Pukul 09.48 WIB
.
Megu yang kini menyamar sebagai gadis teknisi komputer berdiri di depan gedung megah memerah darah. Gedung yang berdiri di sisi jalan satu arah menuju Pasar Minggu.
.
"Mbak yang mau service ya ?!"
Megu mengangguk kepada security di gerbang depan. Penyamarannya sempurna.
.
Pukul 10.04 WIB.
.
"Hmmm...... canggih juga ruangan Ibu ini"
Megu mengamati sekeliling sambil memperbaiki komputer si Ibu. Dua orang staff yang masih cukup muda ikut membantu Megu atau 'mengawasi' ?!
"Mbak udah punya pacar, belum ?!"
Salah seorang staff sekitar tingkat 2 klo dia kuliah bertanya genit.
"Belum tau dia?!"
Batin Megu.....
.
Pukul 10.30 WIB
.
Cinta sedang memandang kabut yang menyelimuti ibukota. Cinta berdiri jinjit dari jeruji besi di atas tugu Monas. Fokusnya ke arah Barat. Xperia 1 berbunyi.
.
"Dia menuju ke arahmu"
Cinta menutup telpon dari Bintang.
"Bagaimana rupa si ELHA ini ?!"
Berpikir keras Cinta memikirkan ELHA sang playmaker, begitu banyak info yang masuk tentangnya, tapi tak ada yang berguna, tak ada yang bisa dipakai. 
.
Cinta merasa ada yang mengawasi. Tapi pengunjung Monas di atas sini cuma beberapa. Tak ada yang mencurigakan. Kecuali bocah kecil sekitar 4 tahunan yang berdiri sendiri melongo lewat jeruji sambil menggendong tas bergambar Batman. Tak lama ia turun dan berlari ke arah seorang wanita.
"Mamaaa......"
.
Wanita yang dipanggil mama masih cukup muda rupanya. Jaman sekarang memang begitu umumnya, masih muda sudah beranak satu, atau bahkan ada yang tiga. Generasi M.....
.
Pukul 10.32 WIB
.
Bintang menghubungi lagi
"Dia tadi dekat sama kamu, tapi sekarang menjauh  turun ke bawah sepertinya"
Cinta keliling cawan Monas. Hanya ada 11 pengunjung. Bocah dan mamanya tak ada. Berputar hingga tiga kali. Tak ada siapa-siapa. Mereka sudah turun.
.
Di sudut ruang cawan Monas tergeletak tas bergambar Batman.
.
Cinta buru-buru menghubungi Bintang.
"Batalkan !!!"
.
Pukul 10.35 WIB
.
Sang Ibu menyuruh staffnya menyalakan komputer yang baru diservice. Sementara Megu sudah meluncur menuju Pancoran.
"Barusan ada pesan masuk ke nomor saya, Bu....."
Staff tadi memperlihatkan chat WA itu.
"Dari siapa?!"
"Di baris akhir ada inisialnya.... LH..."
"El Ha ?!"
Tit. Tit.
Suara komputer menyala..... Lalu.....
.
Pukul 22.11 WIB
.
Di ruang bawah tanah, tepat 17 meter di bawah mimbar Masjid Istiqlal, beberapa lelaki dewasa berkumpul. Dua berpakaian militer lengkap, berbintang empat.
Lelaki berkemeja hitam-hitam mendekati pria yang paling muda di ruang itu.
"Bagaimana, Diaz?!"
"ST1 dan ST2, Pak Presiden"
"Lalu ?!"
"Dari kelompok tengah, hanya SL27, Pak"
"SL49 ?!"
"Terakhir terdetek di puncak Monas, Pak. Semua anggota kiri dan kanan sudah off semua, Pak"
"Katanya ada satu lagi ?!"
" Yang ini sulit dilacak, Pak. Simpang siur info statusnya"
"Maksudnya ?!"
Seorang pria berpeci kanvas adidas Putih atasnya merah mendekati Diaz dan berbicara ke arah pria berkemeja hitam-hitam.
"Tampaknya dia punya ilmu Malih Raga, Pak"
"Hmmm......"
"Bagaimana, Pak ?!"
"Kalau begitu infonya...... kita di sini dulu.... Menjelang tengah malam kita naik"
"Siap, Pak !!"
Semua pria dalam ruangan serempak menjawab.
"Elha...... dimana kamu! "
Batin pria berkemeja hitam-hitam.
"
(bersambung)